Bagikan artikel ini :

Sandiwara Si Munafik

Lukas 6:1-5

"Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" ... Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat" Lukas 6:2, 5

Yesus mengkritik orang Farisi bukan karena adanya aturan hari Sabat tetapi karena atas nama aturan, orang Farisi memandang rendah sesamanya. Ayat ini mengingatkan kita agar aturan yang kita tegakkan jangan sampai menjauhkan atau bahkan memisahkan kita dengan saudara seiman. Menghargai sesama adalah karya Ilahi yang jauh lebih utama daripada menekan sesama dengan bermacam aturan yang terkadang sarat dengan kepentingan manusiawi. Singkatnya, Tuhan mengingatkan kita agar menjauhi orang-orang yang sarat dengan kemunafikan dan senang memuji diri.

Hypocises adalah asal kata dari “munafik” yang artinya orang yang sedang bersandiwara atau tindakan yang dilakukan hanya sebagai sebuah kepura-puraan. Kemunafikan adalah sifat yang sangat dibenci Tuhan! Kemunafikan bukanlah bahasa Yesus, yang berarti bukan bahasa orang Kristen pula. Orang Kristen sejati tidak mungkin menjadi orang munafik dan orang munafik tidak bisa menjadi orang Kristen sejati.

Seperti orang-orang Farisi yang berbicara kepada Yesus dengan kata-kata pujian yang menenangkan, demikian pula orang-orang Kristen yang terlibat dalam kemunafikan berbicara dengan lembut tetapi “secara brutal menghakimi seseorang.” Hanya karena kita mendengar apa yang dilakukan seseorang, tak berarti kita bisa menghakiminya. Kita tak tahu apa yang telah dilaluinya. Seringkali kita menjadi munafik hanya karena mendengarkan berita tentang seseorang dan kita menghakiminya.

Menurut sebuah survei, tidak kurang dari 86% kepribadian seseorang cenderung memakai topeng-topeng kehidupan. Ada topeng tertawa, menangis, marah, empati, dan sebagainya. Tiap hari kita bisa memakai topeng kita, guna memenuhi tuntutan-tuntutan kehidupan di sekeliling kita. Berganti-ganti tiada henti. Tiap kali berubah situasi, topeng kita dicopot dan diganti pula. Sehingga akhirnya, kita sendiri pun menjadi ragu dan bingung menemukan jati diri kita sesungguhnya. Orang bingung tak bisa jadi saksi Kristus.

Saudaraku, mari kita perangi sifat kemunafikan. Tuhan Yesus menerima diri Anda apa adanya. Diri Anda yang sesungguhnya adalah hidup yang bisa menjadi berkat bagi sesama. Kemunafikan hanyalah alat kehancuran hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Ingatlah, di hadapan manusia kita bisa bersandiwara tetapi tidak di hadapan Yesus.

Salam tidak munafik.

MENERIMA JATI DIRI SESUAI KEPRIBADIAN YANG DIBENTUK YESUS MENGHINDARKAN ANDA DARI SIKAP MUNAFIK.