Bagikan artikel ini :

Sanggup Turun Dari Salib? (1)

Matius 27:33-44

“Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.
- Matius 27:42

Tuhan Yesus pernah dicobai berkali-kali. Perikop Alkitab yang kita baca adalah pencobaan (sekaligus hujatan) terakhir yang dialami-Nya. Dia dicobai untuk menyelamatkan diri dengan turun dari salib. Pencobaan itu dilontarkan oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua orang Yahudi, (ay. 41) serta penjahat yang disalibkan bersama-Nya (ay. 44). Kalangan terhormat dan terbawah mencobai dan menghina-Nya.

Dari kedua tipe orang yang mencobai Yesus, kita bisa melihat gambaran motivasi mereka untuk percaya dan mau mengikut Kristus. Pada renungan hari ini kita melihat tipe orang yang pertama, yaitu dari kalangan para pembesar. Mereka mencobai Yesus dengan iming-iming akan percaya kepada-Nya jika Dia turun dari salib. Dengan kata lain, kalau mereka melihat mukjizat yang diperbuat Yesus maka mereka akan percaya. Apakah betul mereka akan percaya jika Yesus benar-benar turun dari salib? Jawabnya: tidak. Selama ini mereka sudah menyaksikan Yesus berulang kali membuat mukjizat dan mereka tetap tidak percaya. Satu mukjizat lagi tidak akan berpengaruh apa-apa. Sejak awal mereka sudah meniatkan diri untuk tidak percaya. Dari semula mereka berkeras hati untuk tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan yang berkuasa dan berdaulat. Sungguh ironis, melihat dan mengalami tetapi tidak percaya!

Inilah gambaran orang-orang yang sudah melihat bahkan mungkin mengalami mukjizat Tuhan tetapi tidak percaya kepada-Nya. Saya mengenal seorang yang mengalami mukjizat selamat dari kecelakaan pesawat terbang. Ia bercerita tentang betapa baiknya Tuhan kepadanya. Akan tetapi, pengalaman itu hanya mengubah hidupnya sebentar. Tak lama kemudian, ia kembali berbuat dosa yang dulu diperbuatnya, bahkan semakin buruk. Bagi orang yang tidak mau percaya Tuhan dan bertobat, berapa banyak mukjizat pun tidak akan cukup baginya.

Iman sejati tidak berlandaskan mukjizat. Mukjizat adalah peneguh iman, bukan landasan iman. Ada atau tidak mukjizat, seorang beriman tetap akan percaya kepada Tuhan. Mari percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang menjamin hidup kekal bagi kita, terlepas kita mengalami mukjizat atau tidak.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda setuju bahwa mengalami mukjizat jangan dijadikan landasan dalam beriman? Mengapa?
  • Bagaimana Anda bersikap ketika doa meminta mukjizat tidak atau belum dikabulkan?