Bagikan artikel ini :

Semuanya dari-Mu, Semuanya Milik-Mu

1 Tawarikh 29:10-19

Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu. 1 Tawarikh 29:14

Kalau Anda menghitung sumbangan pribadi Daud untuk pembangunan bait Allah dalam nilai uang masa kini, pastilah Anda tercengang. Tiga ribu talenta emas saja nilainya mencapai Rp75 triliun (asumsinya 1 talenta = 50 kg, 1 gram emas Rp500.000). Mengapa Daud berani memberikan sebesar itu? Kita bisa mendapatkan jawabannya dari ayat 12, 14, dan 16. Tiga kali ia mengungkapkan hal yang serupa. Daud memiliki pemahaman yang benar tentang Allah dan kekayaan. Pertama, ia memahami bahwa segala sesuatu harta, kuasa, kemuliaan adalah milik Tuhan. Tidak ada satu pun dari segala hal itu yang atasnya manusia boleh mengklaim, “Itu punya saya.” Kedua, ia memahami bahwa Tuhanlah yang memberikan kepada manusia segala hal itu. Jerih payah manusia tidak menambahi sedikit pun berkat Allah (bdk. Mzm. 127:2). Manusia hanyalah penatalayan (steward).

Atas dua pemahaman itulah, Daud sanggup memberikan persembahan yang sangat besar kepada Allah dengan tulus. Ia tidak merasa rugi atau takut hartanya berkurang. Perasaan rugi timbul kalau kita merasa itu milik kita dan menjadi berkurang ketika diberikan. Namun, kalau saya merasa itu bukan milik saya tetapi milik Allah, maka saya hanya mengembalikan apa yang diberikan-Nya.

Dosa telah merusak pemahaman manusia tentang harta dan kepemilikan. Karena kita bekerja mendapatkan semua itu, kita merasa berhak untuk menguasai sepenuhnya. Kita mengklaim diri sebagai pemilik dan penguasa atas apa yang sebenarnya dimiliki Allah. Inilah pembajakan rohani.

Mari kita kembali kepada ajaran Kitab Suci. Mari kita belajar dari keteladanan Daud. Sungguh-sungguh ia tidak memikirkan menyimpan harta untuk tujuh turunan. Daud tidak pernah diperhamba harta. Ia menjadi penatalayan segala milik yang dipercayakan Allah kepada-Nya. Mari kita akui seperti Daud mengakui: “segala kelimpahan bahan-bahan yang kami sediakan ... adalah dari tangan-Mu sendiri dan punya-Mulah segala-galanya.” (ay. 16).

SEMUA ADALAH MILIK TUHAN, MAKA JANGAN BERAT MENGEMBALIKAN KEPADA-NYA.