Bagikan artikel ini :

Stop Clinging To Me!

Yohanes 20:11-18

Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”
- Roma 10:15

Injil Yohanes adalah Injil yang paling membuat banyak penafsir harus putar otak. Bagaimana tidak? Di bagian yang kita baca, Tuhan Yesus mengatakan kepada Maria Magdalena untuk tidak memegangnya (ay. 17). Namun, di dua perikop sesudahnya Yesus malah menyuruh Tomas untuk mencucukkan jarinya di luka-Nya (Yoh. 20:24-29). Mengapa Yesus tidak mau disentuh oleh Maria, tetapi justru menyuruh Tomas menyentuh-Nya?

Entah berapa banyak tafsiran yang sudah diberikan untuk menjawab pertanyaan ini. Salah satu tafsiran melihat kunci dalam menjawab kontradiksi ini adalah kata “memegang” yang Tuhan Yesus gunakan pada ayat tersebut. Di dalam bahasa aslinya, kata “memegang” lebih tepat diterjemahkan “terus berpegangan” (seperti dalam Alkitab bahasa Inggris ESV dan NKJV “do not cling to Me”, serta NASB “stop clinging to Me”). Jadi, Tuhan Yesus tidak mau Maria Magdalena terus-menerus memegang-Nya, tetapi menyuruhnya untuk memberitakan kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya, seolah-olah Dia mengatakan, “Berhenti memegangi-Ku terus! Sebaliknya, kabarkan yang kamu lihat kepada mereka!”

Kadang kala kita seperti Maria. Alih-alih pergi dan memberitakan Injil, kita lebih suka diam di zona nyaman kita di dalam gereja. Kita menyibukkan diri dengan aktivitas-aktivitas gerejawi dan pelayanan, kemudian mengabaikan panggilan untuk mengabarkan kabar baik dengan dalih, “Ah, penginjilan bukan karunia rohaniku! Bukan panggilanku!” “Aku seorang introvert, tidak pandai berbicara!” “Aku pelayan di balik layar saja!” Kita seperti anak burung elang yang daripada mengepakkan sayap dan mencoba belajar terbang, lebih suka bergelantungan ke induknya. Yang dilakukan oleh induk elang kepada anak-anaknya yang seperti ini adalah mengguncang sarangnya dan sengaja menjatuhkan mereka supaya belajar terbang. “Stop clinging to Me!” “Berhenti memegangi-Ku terus!”

Apakah kita selalu siap sedia untuk mewartakan Injil atau setidaknya menjelaskan sumber pengharapan kita seandainya ada seorang tidak percaya bertanya kepada kita? Tentu saja tidak harus selalu dalam perkataan. Penginjilan terutama dimulai dengan tingkah laku. Jika hidup kita menjadi terang, tentu orang akan tertarik pada Injil. Apakah kita berani melakukan hal-hal yang Tuhan kehendaki, meski berbeda dengan cara dunia?

Refleksi Diri:

  • Apakah pelayanan gerejawi dapat menggantikan tugas untuk memberitakan Injil?
  • Apakah Anda selama ini membatasi diri dari panggilan menginjili dengan alasan tidak punya talenta? Apa hal yang membuat Anda takut/enggan menginjili?