Bagikan artikel ini :

Takut Akan Tuhan

Pengkhotbah 5:6; 8:9-17

Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. - Amsal 1:7

Sampailah kita di bagian tengah kitab Pengkhotbah yang merupakan inti dari seluruh pengajaran Raja Salomo, yakni “takutlah akan Allah”. Intinya sama dengan pendahuluan dari kitab Amsal dalam Amsal 1:7. Penulis Amsal dan Pengkhotbah adalah orang yang sama, yakni raja yang sangat bijaksana, tetapi dalam perjalanan waktu ia jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala.

Salomo yang telah berkenalan bahkan menyembah banyak dewa-dewi sesembahan para istrinya mengamati bahwa agama-agama ini menekankan mimpi-mimpi yang spektakuler dan fantastis. Dengan seribu satu takhayul, para pemeluknya dibuat hidup dalam ketakutan. Agama-agama ini juga dipenuhi dengan banyak mantra untuk membuat para penganutnya beruntung. Inilah yang Salomo sebut “mimpi” dan “perkataan sia-sia” pada ayat 6. Semua ini tidak ada gunanya, kata Salomo. Mengapa? Karena tetap saja ini sekadar membuat para penganut menyukai berkat dewa-dewi dan tanpa mengasihi dewa-dewi itu sendiri. Di sisi lain, mereka takut tertimpa nasib buruk, bukan takut kepada dewa-dewi mereka.

Pada akhirnya, Salomo melihat bahwa di dalam kehidupan yang paling penting adalah takut kepada Allah yang sejati. Bukan takut akan hukuman-Nya atau takut kalau-kalau Dia mengizinkan sesuatu yang tidak kita sukai terjadi, melainkan kepada pribadi-Nya. Takut bukan berarti teror, melainkan taat kepada Tuhan sebagai sumber otoritas tertinggi kita. Mengapa? Semata-mata karena kita mengasihi-Nya, bukan sekadar menyukai berkat-berkat-Nya. Itulah sebabnya Pengkhotbah 8:9-17, meski Salomo melihat banyak orang benar malah menerima ganjaran orang fasik, ia tetap mengatakan “orang yang takut akan Allah akan memperoleh kebahagiaan” (Pkh. 8:12).

Suatu kali seorang gadis Amerika pergi berpesta bersama teman-temannya di sebuah bar. Begitu melihat kawan-kawannya mengeluarkan narkoba, ia beranjak pergi, “Maaf, aku pergi dulu. Aku tidak mau menggunakan ini.” Mereka menertawakannya, “Kenapa? Kamu takut papamu akan melukaimu kalau ia tahu?” (“Why? Are you scared you dad’s gonna hurt you if he finds out?”). “Tidak,” kata gadis itu, “aku takut menyakiti hati papaku kalau ia tahu” (“No. I’m scared I’m gonna hurt my dad if he finds out”).

Hendaklah kita hidup dalam takut akan Tuhan. Milikilah ketaatan karena kita tidak ingin mendukakan hati-Nya, melainkan selalu ingin menyenangkan hati Tuhan Yesus.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda percaya takhayul-takhayul atau menjadi orang beragama semata-mata supaya memiliki hidup enak dan terhindar dari nasib buruk?
  • Bagaimana seharusnya sikap Anda di hadapan Tuhan? Sikap takut seperti apakah yang benar?