Bagikan artikel ini :

Takut Ditolak

1 Korintus 4:1-5

Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu
pengadilan manusia.
- 1 Korintus 4:3a

Di dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, budaya, dan agama, keharmonisan adalah nilai yang perlu ditegakkan agar perdamaian dan keteraturan dapat dirasakan. Bagi beberapa orang, hal ini berarti menghindari pembicaraan tentang agama atau iman dengan orang yang berbeda agama. Di sisi lain, kita percaya bahwa iman Kristen adalah sesuatu yang benar dan kebenaran tidak boleh ditoleransi. Sebagai contoh, jika seorang guru berkata, “2+2=4” dan seorang murid berkata, “2+2=5”, apakah guru tersebut bisa menoleransi pernyataan muridnya? Tentu tidak, karena jika “2+2=5” dibenarkan maka konsekuensinya akan fatal! Kebenaran haruslah ditegakkan.

Inilah yang sering terjadi di dalam kehidupan anak-anak Tuhan. Mereka enggan menyampaikan kebenaran firman Tuhan karena takut ditolak oleh masyarakat di lingkungan sekitar. Mereka memilih diam dan mengikuti keyakinan umum yang berlaku di masyarakat meski keyakinan tersebut mungkin bertentangan dengan iman Kristiani. Demi menjaga keharmonisan, anak-anak Tuhan ini memilih menolerir iman percaya mereka. Alasannya karena takut ditolak.

Rasul Paulus, dalam bagian Alkitab yang kita baca pada hari ini, menekankan bahwa setiap orang Kristen adalah hamba-hamba yang telah dipercayakan rahasia Allah (ay. 1). Apakah yang dimaksud dengan rahasia Allah? Rahasia Allah yang dimaksud adalah Injil serta kebenaran-kebenaran lain yang Allah telah wahyukan melalui Kristus. Melalui kehadiran Kristus, Allah telah beranugerah menyatakan diri-Nya dan rencana keselamatan-Nya bagi umat manusia.

Selanjutnya, Paulus menyatakan bahwa pelayan-pelayan Allah yang telah dipercayai rahasia Allah ini dituntut untuk secara setia membagikan rahasia ilahi ini (ay. 2). Paulus juga membagikan tentang pola pikir yang ia terapkan dalam hidupnya sebagai pelayan Allah. Ketika Paulus memberitakan tentang kebenaran Allah, ia tidak peduli dengan penghakiman atau opini manusia (ay. 3). Paulus kemudian mengingatkan bahwa Hakim yang terutama adalah Tuhan itu sendiri (ay. 4).

Sebagai orang Kristen, penilaian Tuhan harus menempati posisi lebih tinggi daripada penilaian manusia. Ketika kita setia dalam membagikan kebenaran Tuhan, Dia akan memuji kita (ay. 5) dan menyambut kita sebagai hamba yang baik dan setia. Ketika kita mengingat sambutan dan pujian yang akan kita dapatkan dari Tuhan, semoga ketakutan kita dalam menginjili bisa berkurang. Amin.

Refleksi Diri:

  • Apakah akibatnya jika Injil dan kebenaran Kristus tidak diberitakan kepada orang-orang? Apa alasan Anda tidak perlu takut dalam memberitakannya?
  • Adakah orang yang kita rindu doakan dan beritakan Injil? Apa langkah selanjutnya yang bisa Anda ambil?