Bagikan artikel ini :

Taman Eden Ke-2

Kidung Agung 7:10-13

Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju.
- Kidung Agung 7:10

Manakah tempat terindah di dunia? Beberapa orang berpendapat Venesia dengan gondolanya, yang lain di bawah pohon sakura Jepang. Sebetulnya tempat terindah yang pernah ada di dunia adalah Taman Eden ketika belum tercemar dosa. Ini bukan pendapat saya, melainkan kata Alkitab. Sungguh sayang sesudah kejatuhan, tidak ada lagi keindahan. Tuhan mengusir manusia dari Taman Eden dan menghukum mereka dengan susah payah dalam pekerjaan (Kej. 3:17) dan rasa sakit ketika melahirkan (Kej. 3:16a). Hukuman yang jarang diingat, berkaitan dengan hubungan pria-wanita, yaitu seorang istri akan berahi kepada suami tetapi suami akan menguasainya (Kej. 3:16b).

Apa kaitannya dengan sebaris ayat pendek yang baru kita baca? Meski terlihat seperti kata-kata romantis yang insignifikan, ternyata ada nilai teologis penting terkandung di dalamnya. Kata “gairah” hanya muncul tiga kali di seluruh Perjanjian Lama, yakni “birahi” (Kej. 3:16b) dan “menggoda” (Kej. 4:7). Hukuman Tuhan kepada Hawa (dan seluruh perempuan) adalah mereka akan haus cinta suami sehingga lebih mudah merasa tidak disayang. Saat di mal mata pasangan meleng sedikit atau pasangan lupa ulang tahunnya, ia merasa pasangannya tidak mencintainya. Tidak romantis juga diidentikkan sebagai tidak cinta.

Namun, ayat pendek ini berkata sebaliknya. Justru si suami yang akan bergairah kepada istrinya. Ayat ini ingin menegaskan bahwa pernikahan yang indah akan membalikkan hukuman Tuhan atas dosa. Pernikahan yang indah membawa laki-laki dan perempuan kembali ke Taman Eden. Hasrat istrinya untuk cinta, hal-hal romantis, diimbangi dengan hasrat suaminya. Sepanjang kitab Kidung Agung membuktikannya, begitu banyak yang dilakukan sang suami untuk mengekspresikan cintanya.

Sayangnya, di masa kini justru banyak suami memanfaatkan tempat kerjanya sebagai pelarian dari rumah. Di sisi lain, istri juga memusatkan seluruh perhatiaannya hanya kepada anak agar tidak perlu menanggapi suami. Pernikahan bukannya menghadirkan Taman Eden, tetapi neraka dunia.

Hidup ini susah. Dunia penuh kegilaan dan penderitaan. Bukankah merupakan sebuah kebaikan ketika Anda dan pasangan dapat kembali ke Taman Eden ke-2 yang hadir di rumah Anda?

Refleksi Diri:

  • Di manakah “Taman Eden” Anda? Apakah Anda menggunakan tempat kerja, gereja atau tempat-tempat lainnya sebagai tempat melarikan diri dari rumah, tepatnya dari pasangan Anda?
  • Hal konkrit apa yang dapat Anda lakukan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan ketika Anda menghabiskan waktu bersama pasangan?