Bagikan artikel ini :

Terjebak pencitraan diri

Matius 23:1-36

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, …
- Matius 23:27a

Satu kali saya membeli sepatu karena harganya istimewa, berbeda dari biasa-nya. Lalu saat pergi dengan beberapa jemaat, saya iseng-iseng tanya kepada mereka, “Coba tebak, berapa harga sepatu saya?” Seorang ibu menjawab, “Dua ratus ribu,” seorang pemuda menebak, “Seratus lima puluh ribu!” Ternyata muka saya ini ngga pas dengan sepatu yang mahal-mahal, memang murah sih sebetulnya, hahaha.. Tidak ada yang mengira bahwa harga sepatu yang saya pakai hanya lima puluh ribu saja (karena diskon). Ternyata harga sepatu saja sulit ditebak yah, apalagi hati orang.

Orang bisa salah menilai kita atau kita bisa salah menilai orang lain. Ada orang yang kelihatannya ramah sekali, padahal aslinya jauh dari ramah. Ada orang yang rajin melayani, padahal hatinya penuh kebencian kepada rekan sepelayanan. Ada orang yang berkata pemegang rahasia yang paling aman, tetapi ternyata tukang gosip. Kita juga terkadang bisa asal nyeplos tentang orang yang baru kita kenal atau yang jarang kita temui, dengan berkata “Oh, orang itu mah ngga baik” atau sebaliknya, “Orang itu baik bangett…” Tunggu dulu... jangan terlalu cepat menilai orang dan memang bukan bagian kita menilai hati seseorang yang sesungguhnya.
Tuhan Yesus di perikop ini sedang membuka kebobrokan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Perkataan Yesus sangat keras. Dia memakai padanan kata “celakalah kamu… orang-orang munafik” berulang kali. Yesus menyebut orang yang ingin dilihat saleh padahal aslinya tidak sebagai orang yang munafik. Ahli Taurat dan orang-orang Farisi sering kali hanya memainkan pencitraan bukan keaslian.

Tidak usah repot-repot menilai orang lain, mari melihat diri kita masing-masing. Apakah hidup yang kita tampilkan sebuah pencitraan atau sebuah keaslian? Kalau kita suka membagikan kutipan-kutipan ayat firman Tuhan, apakah itu sungguh kita lakukan atau hanya asal kutip? Tuhan tidak pernah salah menilai dan Dia berhak menilai kita. Mari hidup dengan asli, apa yang kita percaya, apa yang kita imani, apa yang kita pikirkan, biarlah semuanya tercermin melalui hidup kita.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sudah menampilkan diri Anda dengan asli?
  • Menurut Anda, mengapa seseorang bisa jatuh ke dalam pencitraan? Apa yang harus dilakukan supaya tidak terjatuh ke dalam pencitraan?