Bagikan artikel ini :

Terusno AE!

Amos 4:4-5

Tetapi jawab Samuel: “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.”
- 1 Samuel 15:22

Di Surabaya (dan mungkin daerah-daerah berbahasa Jawa lain), kata “terusno ae” dalam bahasa Indonesia artinya “teruskan saja”, bisa jadi senjata ampuh untuk menyuruh orang menghentikan tindakannya. Anak bandel satu kali? “Nak, jangan dilakukan lagi ya” Bandel dua kali? “Nak, jangan diulangi ya.” Ketiga kali? “TERUSNO AE!” Si anak berhenti justru ketika disuruh meneruskan kenakalannya. Minimal inilah yang terjadi pada saya. Bagian perikop yang kita baca mungkin agak membingungkan. Kenapa Tuhan menyuruh orang-orang Israel berbuat jahat sekaligus memberikan korban? Karena Tuhan sedang mengatakan kepada mereka, “TERUSNO AE!” Orang-orang Israel berbuat jahat, tetapi pada saat yang sama tidak merasa bersalah. “Kan aku sudah mempersembahkan korban?” Diharapkan dengan ini mereka akan sadar (sedikit bocoran, besok kita akan membaca bahwa mereka tetap saja bebal).

Ayat emas di atas juga menguatkan kita bahwa Tuhan lebih berkenan atas keinginan hati kita untuk mendengar dan mengikuti kehendak-Nya dibanding segala aktivitas pelayanan kita di gereja atau pun semua persembahan yang kita berikan. Tuhan ingin hati kita sepenuhnya tertuju kepada-Nya bukannya kesibukan kita yang mengalihkan hati kita daripada-Nya. Ingat cerita Maria dan Marta (bdk. Luk. 10:38-42).

Menjadi orang yang beragama, rajin ke gereja, ikut pelayanan, apalagi menjadi seorang hamba Tuhan adalah hal yang baik. Namun ingat, hal-hal ini bisa mengaburkan fokus kita dari menjadi pengikut Kristus yang berjuang untuk makin serupa dengan-Nya, pada kesibukan dan ritual-ritual belaka. Inilah yang terjadi pada orang Israel. Bukannya sibuk membenahi diri, mereka malah suka menyibukkan diri dengan hal-hal yang kesannya “agamawi”. Pertumbuhan rohani bukan hanya sekedar yang bersifat ritual (seperti yang Anda lakukan saat ini), melainkan menjadi pribadi yang serupa Kristus. Mungkin kemarin Anda lembur seharian dan kurang tidur. Apakah Anda bangun hari ini dengan masih mengingat bahwa Anda adalah terang dunia atau membiarkan diri Anda dipengaruhi emosi seharian? Jangan sampai setiap hari Anda bersaat teduh tetapi ternyata Tuhan sesungguhnya sedang berteriak, “TERUSNO AE!”

Refleksi diri:

  • Adakah dosa, kelemahan emosi dan kepribadian, atau kebiasaan buruk dan tidak produktif yang tidak Anda sadari terlalaikan akibat aktivitas-aktivitas rohani?
  • Apa komitmen Anda untuk memperbaiki dan menyelesaikan hal-hal tersebut?