Bagikan artikel ini :

Testimoni Kasih Allah

Yunus 4:1-11.

Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
- Galatia 2:20

Secara antropologi budaya, bangsa Indonesia merupakan masyarakat dengan budaya malu (shame culture). Masyarakat yang demikian sangat mencari dan menjunjung tinggi rasa hormat, sedangkan rasa malu atau aib menjadi sebuah momok yang menakutkan. Hal-hal yang memalukan bagi seseorang tentu tidak akan dipublikasikan agar tidak membawa aib bagi pribadi atau keluarga. Uniknya, kisah Yunus yang tercatat dalam kitab ini berisi cerita-cerita yang “memalukan” bagi seorang nabi. Lantas mengapa kisah ini dituliskan?

Kisah Yunus merupakan testimoni atas kasih Allah bagi orang tak sempurna. Pembaca kitab Yunus melihat beragam orang yang tak sempurna tetapi mengalami kasih Allah. Para pelaut dan orang Niniwe, mereka adalah penyembah berhala yang seharusnya tak mendapat kasih Allah, tetapi ternyata Allah menunjukkan kasih-Nya bagi para penyembah berhala tersebut. Lebih ironis lagi, Yunus yang merupakan nabi Allah menunjukkan beragam tindakan yang tidak seharusnya ia lakukan, tetapi Allah juga menunjukkan kasih-Nya baik dengan cara yang keras maupun lembut. Pada akhirnya, Yunus menuliskan kisah ini sebagai teguran bagi Israel agar tidak sombong dengan status “umat pilihan”, tetapi tidak mengenal Allah yang memilih-Nya. Kasih Allah tercurah juga bagi semua orang yang tidak sempurna yang datang kepada-Nya.

Kisah rasul-rasul Yesus Kristus juga merupakan testimoni terhadap kasih-Nya yang menyelamatkan orang berdosa. Mereka bukanlah orang-orang yang sempurna dan memiliki kekurangan. Petrus mengkhianati Yesus, Matius seorang pemungut cukai yang dibenci masyarakat, dan Paulus adalah penyiksa jemaat mula-mula. Namun, mereka dengan berani menuliskan kisah hidupnya karena sudah ditebus oleh Yesus. Penebusan Yesus membuat aib mereka menjadi testimoni kasih Allah yang nyata.

Kisah hidup kita sebagai orang Kristen juga dapat menjadi testimoni kasih Allah. Kita tentu pernah melakukan dosa atau kesalahan dalam hidup, tetapi jangan biarkan kesalahan kita menghambat kasih Allah untuk merubah kita. Yesus justru datang untuk orang-orang yang berdosa seperti kita. Setelah kita diubah oleh kasih-Nya, mari kita juga mengabarkan kasih tersebut kepada orang-orang tidak sempurna di sekitar kita.

Refleksi Diri:

  • Apa kesalahan Anda dalam kehidupan yang dapat menjadi testimoni kasih Allah?
  • Siapa orang-orang di sekitar Anda yang butuh untuk mendengar kasih Allah? Bagaimana Anda akan menyampaikan kasih Allah kepada mereka?