Bagikan artikel ini :

Tujuh Perkataan Salib (3)

Yohanes 19:25-27

"Ibu, inilah, anakmu!" ... "Inilah ibumu!" Yohanes 19:26-27

Di atas kayu salib, Yesus mengalami situasi yang sangat miris. Sebagai manusia yang sedang menderita, Dia tentu membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat-Nya. Namun, mereka nyaris menghilang semua. Alkitab mencatat hanya ibu Yesus, Maria Magdalena, dan seorang murid yang paling dikasihi-Nya, yaitu Yohanes berada di dekat Yesus. Meski ditinggal oleh banyak orang yang dikasihi-Nya, perkataan ketiga Yesus ini kembali menegaskan betapa Dia penuh kasih dan kepedulian, sekalipun di tengah penderitaan.

Perkataan, ”Ibu, inilah, anakmu!” ditujukan kepada ibu Yesus dan kata “anak” mengacu kepada Yohanes. Yesus sedang mengalihkan konsep anak bukan secara jasmani melainkan secara rohani. Secara jasmani, Yesus memang dilahirkan dari kandungan Maria tetapi lebih dari itu Yesus juga adalah Allah. Dengan demikian, sekalipun Yesus seperti seorang bayi anak manusia, namun posisinya bukan lagi sebagai anak tetapi sebagai Juruselamat. Perkataan ini merupakan bentuk kepedulian dan rasa hormat Yesus kepada Maria dan juga persiapan bagi Maria sebelum Dia meninggalkan dunia. Adapun Maria pada saat itu sebatang kara karena Yusuf, suaminya sudah meninggal.

Perkataan selanjutnya, “Inilah ibumu!” memberi pengertian sebuah permintaan agar Yohanes menerima dan merawat ibu-Nya seperti ibunya sendiri. Yesus hendak menekankan kepada Yohanes bahwa perwujudan kasihnya kepada Yesus juga dapat ditunjukkan dengan mau menerima tanggung jawab untuk mengasihi Maria sebagai ibunya. Yohanes meresponinya dengan ketaatan, “Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” (ay. 27b). Catatan ini sangat menarik, ketaatan Yohanes dibuktikan karena ia adalah satu-satunya murid Yesus yang mendampingi-Nya di kayu salib. Kehadirannya bukan tanpa risiko, bisa saja Yohanes ikut dihujat atau dianiaya karena posisinya sebagai pengikut Yesus. Namun, Yohanes tetap setia. Ia telah begitu mengenal, memahami, dan menghayati kasih Yesus yang agung itu di dalam hidupnya sehingga ia sangat mengasihi dan taat terhadap kehendak-Nya.

Implikasi yang dapat dipelajari dari perkataan ini adalah ikutilah teladan Yesus yang tetap menunjukkan kasih-Nya kepada orang lain di tengah penderitaan. Selain itu, hendaklah Anda tetap setia dan taat kepada perintahNya karena Anda memahami benar kasih Yesus kepada Anda, seperti kata Yohanes, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1Yoh. 4:19).

KASIH SEJATI MENGATASI SEGALA PENDERITAAN.