Bagikan artikel ini :

Tukang Kayu Di Bawah Matahari

Pengkhotbah 1:3

Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
- 1 Korintus 15:58b

Menurut sebuah penelitian, seseorang menghabiskan rata-rata 25-35% hidupnya untuk bekerja. Penelitian lain mengatakan bahwa manusia menghabiskan sekitar 90.000 jam untuk bekerja. Apa tujuan seseorang bekerja? Untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain, untuk bertahan hidup. Sayangnya, hidup diisi dengan pekerjaan untuk bisa hidup lebih lama dan hidup lebih lama kemudian diisi dengan pekerjaan lebih lama lagi. Yang paling celaka, sebagian besar orang tidak menikmati pekerjaannya. Tidak heran Pengkhotbah mempertanyakan apa gunanya jerih payah manusia.

Bekerja adalah perintah Tuhan kepada manusia pertama, bahkan sebelum kejatuhan. Bedanya, sesudah manusia jatuh ke dalam dosa, bekerja menjadi sesuatu yang tidak bisa dinikmati (Kej. 3:17). Jadi, yang Pengkhotbah keluhkan di ayat bacaan sebenarnya bukanlah pekerjaan itu sendiri, melainkan bekerja di dunia yang sudah jatuh dalam dosa atau menggunakan istilah Pengkhotbah “di bawah matahari”. Istilah “di bawah matahari” menggambarkan tanah yang sudah dikutuk. Kebalikannya, yang berada di atas matahari adalah surga. Maksudnya adalah bekerja di surga, yakni melayani Allah yang Maha Pemurah di hadirat-Nya, memang berguna. Namun, apa gunanya bekerja di dunia dimana Allah yang Maha Pemurah itu tidak ada?

Tunggu. Siapa bilang Allah yang Maha Pemurah tidak ada di dunia? Bukankah Dia telah turun ke dunia “di bawah matahari”, hadir di tengah-tengah kita, bahkan menghabiskan tiga puluh tahun hidupnya menjadi seorang tukang kayu, berjerih payah seperti kita? Tukang kayu memang terdengar sebuah pekerjaan receh, sampai-sampai keempat penulis Injil tidak mengisahkan apa pun tentang pengalaman-Nya bekerja sebagai tukang kayu. Namun, apakah hidup-Nya yang tiga puluh tiga tahun itu tidak ada gunanya? Tentu tidak. Kedatangan Tuhan Yesus tidak hanya menunjukkan bahwa “di bawah matahari” pun Allah yang Maha Pemurah hadir. Kedatangan-Nya juga menunjukkan kemurahan-Nya yang besar, yakni Dia pun berjerih parah bersama-sama kita.

Jadi, ketika tangan Anda pegal karena pekerjaan, bayangkan tangan-Nya yang kasar dan kering oleh kayu. Ketika bos atau klien komplain mengenai pekerjaan Anda, bayangkan Yesus sebagai seorang pekerja kasar diperlakukan lebih buruk dari Anda. Namun, tiga puluh tahun dilalui-Nya demikian untuk menunjukkan bahwa Dia bersama-sama dengan Anda.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sering mengomel dan menggerutu mengenai pekerjaan Anda sekarang?
  • Bagaimana bayangan Tuhan Yesus mengalami pekerjaan yang Anda alami, bahkan mungkin lebih buruk, memberi kekuatan untuk tetap bekerja dengan giat?