Bagikan artikel ini :

Ucapan Bahagia (1) ‒ Miskin di Hadapan Allah

Matius 5:1-12

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Matius 5:3

Dalam beberapa hari ke depan, kita akan merenungkan ucapan bahagia yang disampaikan Yesus. Ucapan pertama-Nya dimulai pada ayat 3. Empat kata pertama, “Berbahagialah orang yang miskin”, mengungkapkan sesuatu yang bertolak belakang dengan pandangan dunia, yaitu berbahagialah orang yang kaya. Namun, perhatikan tiga kata berikutnya, “di hadapan Allah.” Dengan adanya ketiga kata ini, Yesus tidak berbicara tentang kepemilikan akan uang. Yesus sebenarnya sedang berbicara tentang “miskin secara rohani”. Kaya atau miskin secara materi belum tentu membuat seseorang berbahagia tetapi miskin di hadapan Allah akan diberkati kebahagiaan.

Apa itu yang dimaksud dengan “miskin secara rohani”? Kata ptochos (miskin) dapat diterjemahkan juga sebagai “melarat” atau “bangkrut”. Suatu kondisi, di mana seseorang merasa tidak memiliki apa-apa sehingga mau tidak mau harus mengandalkan Tuhan. Dalam kondisi seperti ini, keakuan seseorang benar-benar berada di titik nol. Orang seperti inilah yang empunya Kerajaan Sorga. Maksudnya, Kerajaan Allah ada di dalam dirinya ketika seseorang sampai pada akhir keakuannya, ketika Tuhan menjadi tumpuan dan kekuatan hidupnya.

Ketika keakuan dihancurkan, seseorang akan berpaling kepada Tuhan dan menikmati kebahagiaan. Keakuan ini biasanya dihancurkan melalui penderitaan. Seperti kisah Craig, di dalam buku, Frienship Counseling. Craig adalah pendeta, konselor, dan penulis berbakat. Ia seorang yang rendah hati dan tidak seorang pun menganggapnya sombong, sampai pernikahannya mulai retak. Keluarganya diizinkan Tuhan mengalami keretakan dan ia mengalami apa yang namanya penderitaan. Semua yang baginya menyenangkan seakan-akan ditarik dari hidupnya. Dia berpikir, bagaimana orang-orang bisa menghormatiku apabila pernikahanku hancur? Aku tidak berharga bagi siapa pun. Rasa frustasi Craig muncul saat sadar seberapa besar ia telah bergantung pada pencapaiannya sendiri, daripada kepada Tuhan. Tuhan menghancurkan keakuannya. Kebanggaan Craig pada dirinya sendiri dihancurkan Tuhan. Dan di saat itulah ia tersungkur di hadapan Tuhan, lalu akhirnya memperoleh penghiburan dan pemulihan hidup.

Menjadi miskin di hadapan Allah akan membawa kebahagiaan di dalam hidup ini. Janganlah Anda menjadikan diri sendiri sumber kekuatan untuk meraih kebahagiaan. Andalkan Yesus semata. Penderitaan yang Anda alami bisa jadi merupakan cara-Nya untuk menghancurkan keakuan Anda, supaya Anda menyadari betapa indahnya berserah kepada Tuhan Yesus.

MISKIN ROHANI DI HADAPAN TUHAN ALLAH ADALAH MELEPASKAN DIRI DARI KEAKUAN DAN MENJADIKAN YESUS TUMPUAN HIDUP ANDA.