Upah Memberitakan Injil
1 Korintus 9:16-27
Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.
- 1 Korintus 9:18
Ada berbagai macam motivasi seseorang melayani Tuhan. Bisa jadi demi materi atau demi popularitas pribadi. Coba kita bandingkan dengan bagaimana Rasul Paulus saat melayani. Paulus memberitakan Injil tanpa upah karena ia sadar sudah diberi upah oleh Tuhan, yaitu hidup yang kekal.
Pada ayat emas di atas, Paulus menekankan pentingnya memiliki sikap pelayanan yang tanpa pamrih atau tanpa mengharapkan imbalan material dan dengan penuh tanggung jawab memberitakan Injil sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Bagi Paulus, upah termegah bukanlah tentang pencapaian pribadi atau pujian manusia, melainkan kebahagiaan yang mendalam ketika melihat hidup orang yang dilayaninya diberkati dan diperbarui oleh kasih dan kebenaran Kristus. Paulus menegaskan bahwa panggilannya untuk memberitakan Kabar Baik adalah suatu kewajiban (ay. 16). Ia mencontohkan bahwa pelayanan Kristus memerlukan kesiapan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai konteks budaya dan latar belakang orang yang kita layani, tanpa harus mengorbankan isi Injil. Ini menekankan pentingnya fleksibilitas dan adaptasi dalam membawa Injil kepada semua orang, tanpa memandang ras, budaya, atau status sosial. Paulus mengadaptasi dirinya dalam berbagai situasi untuk memenangkan orang bagi Kristus dan membawa mereka kepada pengenalan akan kebenaran yang terdapat dalam-Nya (ay. 20-27). Ini menjadi suatu teladan bagi kita untuk memprioritaskan pelayanan kepada Tuhan dan mengabdi kepada sesama tanpa memandang latar belakang atau status sosial.
Mari meneladani semangat pelayanan Paulus, yang selalu siap menjadi segala-galanya bagi semua orang demi membawa mereka pada pengenalan akan Tuhan Yesus. Dalam pelayanan kita kepada Tuhan, pahamilah bahwa upah termegah bukanlah sesuatu yang dapat diukur dengan materi semata, melainkan melihat hidup-hidup yang terubahkan dan jiwa-jiwa yang diselamatkan. Kiranya pelayanan kita menjadi wujud kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Biarlah kasih Kristus yang menggerakkan kita dalam pelayanan (2Kor. 5:14) bukan berdasar pada kesejahteraan materi, melainkan pada kesejahteraan rohaniah sesama. Sebagai pelayan Tuhan, hendaklah kita memiliki kesediaan untuk berkorban, baik waktu, bakat, maupun harta, demi kemajuan Injil.
Refleksi Diri:
- Apa yang dapat Anda pelajari dari semangat pelayanan Paulus yang siap menjadi segalagalanya bagi semua orang demi membawa mereka pada kebenaran yang terdapat di dalam Kristus?
- Bagaimana Anda menyesuaikan pelayanan Anda dengan berbagai konteks budaya dan latar belakang orang yang Anda layani?