Bagikan artikel ini :

Upside Down

Markus 10:35-45

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani ... Markus 10:45

Ada tempat wisata menarik, yang diberi nama, Upside Down. Di tempat itu semua ruangan didesain terbalik, termasuk seluruh isinya, seperti tempat tidur, bantal, televisi, lemari, rak dan sebagainya, diletakkan secara terbalik. Jadi kalau kita berfoto, seakan-akan kita yang terbalik, kita aneh bisa melawan gravitasi, kita tidak normal. Padahal kitanya normal, tapi ruangannya yang tidak normal. Seperti itu juga situasi yang dihadapi anak-anak Tuhan di dalam dunia, kejatuhan ke dalam dosa membuat banyak pola di dalam dunia ini menjadi terbalik-balik, termasuk dalam hal kepemimpinan. Seakan-akan, jika kita mengikuti cara main dunia maka kita tampaknya normal. Padahal ngawur.

Cara main Kerajaan Sorga berbeda dengan kerajaan dunia. Perhatikan yang Tuhan Yesus sebutkan, “... pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.” (ay. 42). Dengan cara itulah Kerajaan Romawi pada saat itu berjaya. Pola itulah yang berlaku di masyarakat zaman itu. Yang dihargai adalah yang punya kuasa, yang punya kuasa bisa mengontrol yang lemah, yang kuatlah yang bertahan. Maka pengejaran tertingginya kuasa. Pandangan dunia ini adalah normal.

Kemudian Tuhan Yesus menunjukkan cara mainnya Kerajaan Allah, Dia berkata, “Tidaklah demikian di antara kamu” (ay. 43a). Dengan kata lain Yesus sedang berkata, “Kalian adalah murid-murid-Ku. Bukan begitu cara main Aku, jalan yang harus ditempuh murid Kristus beda sama sekali, bukan beda sedikit tapi betul-betul bertolak belakang.” Sistem Kerajaan Allah-lah yang normal karena itu sesuai dengan kehendak Allah. Tuhan Yesus menekankan, barangsiapa ingin menjadi besar, bukan dengan berkuasa tapi dengan menjadi pelayan. Barangsiapa ingin menjadi terkemuka jadilah hamba untuk semuanya (ay. 43-44). Yesus kemudian berkata, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (ay. 45). Inilah yang menjadi panggilan setiap kita, bukan untuk mendapatkan kekuasaan, tapi justru kita dipanggil untuk menjadi pelayan-Nya yang setia.

YANG “TERBESAR” ADALAH MEREKA YANG MAU MENJADI PELAYAN. YANG TAAT DAN SETIA MELAKUKAN TUGASNYA SEBAGAI HAMBA.