Bagikan artikel ini :

Waspada Nabi Palsu (2) : Perdukunan Yang Menyesatkan

Yehezkiel 13:17-23

Oleh karena kamu melemahkan hati orang benar dengan dusta, sedang Aku tidak mendukakan hatinya, dan sebaliknya kamu mengeraskan hati orang fasik, sehingga ia tidak bertobat dari kelakuannya yang fasik itu, dan kamu membiarkan dia hidup.
- Yehezkiel 13:22.

Nabi-nabi palsu susah untuk dihadapi, bukan hanya karena pesan palsu yang mereka sampaikan yang susah dibedakan dengan kebenaran Alkitab, tetapi juga karena mereka terkadang menggunakan kuasa-kuasa gelap (okultisme). Hal tersebut juga dihadapi orang Israel pada zaman Nabi Yehezkiel. Lebih menantang lagi buat orang-orang Kristen di Indonesia yang hidup dekat dengan okultisme. Hal-hal “ajaib” dan di luar nalar dapat disalahpahami sebagai kuasa yang datang dari Tuhan. Bagaimana kita dapat mengenali nabi-nabi palsu yang menggunakan okultisme untuk mengelabui umat Tuhan?

Nabi-nabi palsu yang menggunakan kuasa-kuasa gelap biasanya akan menggunakan praktik-praktik perdukunan yang ada di masyarakat sekitar. Asimilasi adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan apa yang mereka lakukan. Para nabiah palsu mencampurkan praktik perdukunan dengan mengenakan tali-tali azimat (sejenis jimat) yang lazim digunakan (ay. 20). Mereka juga menyediakan jasa tenungan (ramalan) untuk mengetahui kehendak Tuhan, padahal yang mereka lakukan adalah menyesatkan (ay. 23). Raja Saul juga pernah jatuh ke dalan praktik demikian, padahal ia tahu bahwa tenungan adalah sesuatu yang
dibenci Tuhan (lih. 1Sam. 28; Ul. 18:9-14).

Nabi-nabi palsu biasanya digerakkan oleh kepentingan pribadi. Tuhan yang Mahatahu melihat ke kedalaman hati mereka dan menyingkapkan hal ini kepada umat-Nya (ay.18). Tuhan tidak rela umat-Nya ditipu dan kehilangan hidup mereka hanya karena keinginan duniawi para nabiah palsu tersebut untuk mendapat “beberapa genggam jelai dan beberapa potong roti” (ay. 19). Firman yang berasal dari Tuhan tidak selalu bersifat supranatural, bahkan terkadang dapat mendukakan hati orang, tetapi tujuannya agar orang fasik bertobat dan orang benar dapat menjaga hidupnya.

Hendaklah kita awas terhadap nabi-nabi palsu, terutama yang menggunakan halhal mistis untuk menipu umat Tuhan. Dengarkanlah Nabi sejati, yaitu Tuhan Yesus yang dijanjikan sejak zaman Musa (bdk. Ul. 18:15; Luk. 24:19; Kis. 3:20-23), yang mengatakan kebenaran, yang tidak ragu menegur dosa, dan memikirkan kepentingan orang lain di atas kepentingan-Nya sendiri. Jika kita melihat orang-orang yang tertipu oleh praktik-praktik tersebut, marilah membawa mereka kepada Yesus. Pertemuan dengan Sang Nabi sejati akan menyelamatkan mereka.


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah mendapati seseorang yang berusaha mengasimilasi iman Kristen dengan hal-hal mistis? Bagaimana respons Anda saat itu?
  • Bagaimana Anda melindungi diri dari memercayai hal-hal mistis tersebut?