Bagikan artikel ini :

Yang Baik dan Yang Buruk

Lukas 14:16-27

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Lukas 14:27

Martir adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang menderita persekusi dan mati karena mempertahankan keyakinan atau alasan tertentu. Istilah itu sering digunakan dalam kekristenan untuk menyebut orang-orang Kristen yang mati karena mempertahankan iman kepada Kristus. Keberadaan martir menyatakan bahwa menghidupi iman Kristen bukanlah hal yang mudah. Ada risiko menderita dari yang ringan hingga yang paling berat, yaitu kematian.

Tuhan Yesus menyebut tentang konsekuensi menjadi murid-Nya: memikul salib dan mengikut Dia (bdk. Luk. 9:23 ada tambahan “menyangkal diri”).
Dia juga menyebut konsekuensi lainnya mengenai pemisahan dengan keluarga (ay. 26 bdk. Mat. 10:34-36), kehilangan harta milik (ay. 33) dan kesusahan-kesusahan. Semua itu jelas bukan hal yang menyenangkan. Itu adalah perkara yang buruk. Namun di sisi lain, penderitaan itu juga menyatakan bahwa anugerah dari Allah bukan anugerah murahan dan menuntut harga yang mahal.

Tuhan Yesus tidak berhenti pada hanya mengatakan konsekuensi yang buruk. Ia juga menjanjikan hal yang baik, bahkan terbaik. Dalam pasal yang sama (ay. 16-24), Dia menceritakan perumpamaan tentang perjamuan. Yesus menjanjikan perjamuan bagi orang yang memperoleh anugerah-Nya. Perjamuan identik dengan sukacita. Masih dalam pasal yang sama (ay. 14), Dia menjanjikan kebangkitan yang mulia. Sekalipun kita mati karena iman, kita akan dibangkitkan kembali. Maut tidak akan berkuasa selamanya. Ia bahkan mengatakan bahwa meskipun kita dibunuh karena nama-Nya, “tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang.” (Luk. 21:18). Ada lagi banyak janji yang berharga dari-Nya.

Pada intinya, perkara baik yang diberikan Kristus jauh melampaui segala perkara buruk yang kita alami di dunia ini karena iman kepada-Nya. “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” (2Kor. 4:17, bdk. Rm. 8:18). Jadi meskipun ada konsekuensi berat dalam mengikuti Kristus, Dia juga memberikan berkat terbaik bagi muridNya yang setia.

BERKAT DARI KRISTUS JAUH LEBIH INDAH DARIPADA PENDERITAAN SESAAT YANG KITA ALAMI.