Bagikan artikel ini :

A Call To Keep Hoping (Panggilan Untuk Terus Berharap)

Ibrani 6:9-20

EKSPRESI PRIBADI

Victor Frankl, seorang psikiater Yahudi, mengisahkan pengalaman peliknya saat ia menjadi tahanan Nazi di perang dunia ke-2. Ia dibawa paksa ke kamp kerja paksa di Auschwitz bersama 1.500 orang lainnya. Setibanya di sana, ke-1.300 orang termasuk orangtua, istri, dan saudaranya, dibawa ke kamar gas untuk dieksekusi secara kejam. Frankl sendiri dibiarkan hidup di kamp, namun ia kehilangan semua orang yang dikasihinya. Walau tersiksa lahir batin, ia tetap bisa bertahan. Ia tidak menyerah menghadapi keadaan yang kelam. Mengapa? Karena ia punya harapan dan terus menjaganya. Harapan telah menjadi obat mujarab baginya untuk bertahan hidup dalam keadaan genting. Harapan meyakinkan dirinya bahwa yang terbaik pasti akan datang.

Bukanlah hal yang berlebihan ketika dikatakan pengharapan memiliki peran yang sangat vital dalam menumbuhkan semangat dan optimisme hidup seseorang. Anda bisa membayangkan apa jadinya, hidup dalam ketiadaan harapan? Apakah Anda memiliki pengalaman demikian? Jika, ya, ungkapkan perasaan Anda melalui satu kata, yang bisa Anda sharingkan di dalam CG Anda!

EKSPLORASI FIRMAN

Keberhasilan kita melewati perjalanan hidup yang dinamis, dibutuhkan keteguhan untuk tetap berharap kepada Tuhan. Tanpa harapan, kita bukan hanya kehilangan gairah dan kekuatan semata tapi kehilangan semuanya. Pejuangan sekeras apapun menjadi tiada arti. Kepastian pengharapan akan membuat kita bertahan di tengah badai ketidakpastian dan ombak tantangan hidup. Setidaknya ada tiga sikap yang harus kita lakukan ketika menaruh harapan kepada Tuhan dalam menggenapi janji-Nya.

  1. Menunjukkan Kesungguhan Iman
    Pengharapan yang sejati selalu didasarkan pada kebenaran dan kepastian, bukan bertumpu pada fantasi atau perasaan subjektif. Sebagaimana pengharapan yang ditegaskan oleh penulis Ibrani adalah pasti, karena bertumpu pada janji-janji Allah di dalam Kristus. Jadi, kita berharap tidak berharap dengan harapan itu sendiri, tetapi di dalam Kristus dan semua yang dijanjikan di dalam Dia, yaitu keselamatan yang dikerjakan oleh-Nya. Ia adalah Imam Besar yang telah melakukan karya pendamaian melalui darah-Nya yang mahal dan berharga (ay. 20). Sehingga pengharapan akan keselamatan yang telah Ia kerjakan adalah pasti dan sempurna. Bahkan, penulis Ibrani mempertegas hal ini dengan menyebutkan bahwa Kristus adalah “Perintis” yang telah terlebih dahulu pergi ke Sorga, yang suatu saat kelak, ketika waktunya tiba, setiap orang percayapun akan mengikuti Dia ke sana (ay. 20). Dan pengharapan sejati itu digambakan sebagai sauh yang dilabuhkan hingga ke belakang tabir, tempat dimana Kristus telah masuk, dan kita pun akan berada di sana bersama-Nya dalam kekekalan. Disanalah setiap orang percaya akan menikmati penggenapan janji keselamatan secara penuh dan sempurna. Dengan kata lain, siapapun yang ada di dalam Kristus, hidupnya ada di dalam kepastian akan masa depan yang terbaik (ay. 9). Maka, hidup yang dijalani seharusnya mencerminkan kesungguhan iman (ay. 11) yang diungkapkan melalui gairah melayani, perbuatan kasih, bertahan dalam penganiayaan karena iman, tidak putus asa dan menyerah ketika berhadapan dengan situasi yang tidak ideal, memiliki kerinduan untuk bertumbuh secara rohani dan menjadi dewasa secara karakter. Itulah tanda, seseorang yang berpengharapan dan memiliki kepastian keselamatan. Ia tidak akan bersikap pasif dan terlena dalam kemalasan. Sekali lagi, semua tindakan itu tidak bermotifkan untuk meraih keselamatan, justru sebaliknya, bermotifkan adanya keyakinan akan realisasi penuh dari apa yang kita harapkan di dalam Kristus dan karena kita mencintai Kristus, pribadi yang telah memberi kita jaminan keselamatan.
  2. Menanti dalam kesabaran
    Bersikap sabar adalah penting ketika menanti penggenapan janji Allah. Sebab, kesabaran akan membuat kita tetap melekat dalam pengharapan tersebut, dimana waktu tidak sanggup meredupkannya. Sekalipun, di terjang oleh tantangan. Ia tidak akan tergoncang dan berpaling dari pengharapan tersebut. Kesabaran membuat dirinya memiliki daya tahan untuk tetap teguh menanti sembari memegang janji Allah dengan penuh confident sekalipun diperhadapkan dengan penderitaan, karena ia menyadari bahwa pengharapan di dalam Kristus adalah pasti. Dalam hal ini, penulis Ibrani memberikan contoh dari Abraham. Bagaimana ia menanti selama 25 tahun untuk mendapatkan keturunan sebagai penggenapan janji Allah (ay. 12-15). Kuncinya adalah, sabar. Ketika kita memiliki iman kepada Allah, maka buahnya adalah kesabaran. Keduanya terkait erat dan integratif. Maka tepat sebagaimana dikatakan oleh John Piper bahwa ketidaksabaran adalah suatu bentuk ketidakpercayaan.
  3. Meyakini kualitas dan komitmen Allah
    Kita tidak bisa mengingkari, bahwa semuanya adalah karena Allah. Apa yang membuat kita bisa bertahan di dalam pengharapan, adalah karena kualitas dan komitmen Allah itu sendiri. Inilah yang sangat di tekankan dalam bagian ini. Allah yang menjanjikan kepastian keselamatan, Ia pasti akan menggenapi janji-Nya itu. Ia tidak mungkin berdusta dan ingkar janji karena hal itu bertolak belakang dengan Diri-Nya sendiri yang adalah kebenaran (ay. 18-19; bdk. Yes. 65:16; Yoh 14: 6; 17:17). Maka, penggenapan janji Allah itu tidak tergantung pada kualitas yang kita miliki, apakah itu kesetiaan, kesabaran, ketekunan, kondisi kerohanian dan segala sesuatu yang ada pada kita. Atau bahkan kelemahan, kegagalan kita dalam memuaskan tuntutan-Nya. Tetapi bergantung sepenuhnya pada kualitas karakter dan komitmen Allah sendiri, yang setia. Kembali kepada apa yang terjadi pada Abraham. Ia menunggu bukan tanpa cela. Abraham pernah terpeset jatuh dalam kesalahan dan ketidaksabaran. Namun, janji Allah untuknya tetap digenapi karena kesetiaan-Nya. Penegasan ini, diungkapkan oleh penulis Ibrani melalui pernyataan, “Ia bersumpah demi Diri-Nya sendiri” (ay. 13; 17). Allah mengikatkan Diri dengan sumpah-Nya yang tidak mungkin Ia ingkari. Pendek kata, jaminan penggenapan janji tersebut ada pada Diri Allah itu sendiri-- God provides us security because of his own character. Ia selalu dapat dipercaya dalam menggenapi janji-Nya. Tentu saja, sesuai dengan waktu dan cara-Nya, bukan waktu dan cara kita. Maka, tidak ada pilihan lain, selain kita mempercayakan diri sepenuh kepada-Nya. Tanpa bimbang dan membuka ruang hati sedikitpun terhadap keraguan akan kualitas karakter dan komitmen-Nya.

Tataplah hari esok, bukan dengan pandangan kosong dan pesimis. Tetapi dengan optimis, karena kita memiliki harapan pasti akan keselamatan di masa depan yang kita peroleh di dalam Kristus. Itu adalah sauh yang sangat meneduhkan dan meneguhkan jiwa kita di tengah badai yang dapat kita alami, apakah itu badai persoalan, penderitaan, kekecewaan, cobaan, keraguan, kegagalan dsbnya.[DA]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Bagaimana Anda yakin bahwa keselamatan yang Allah janjikan di dalam Kristus adalah pasti?

Penerapan

Apa yang Anda akan lakukan sebagai ekspresi bahwa Anda adalah orang yang memiliki pengharapan di dalam Kristus, sekalipun berada di tengah situasi sulit?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.