Bagikan artikel ini :

A Love-Filled Home (Keluarga yang penuh kasih)

Efesus 5:2; Kolose 3:18-19

EKSPRESI PRIBADI

Setiap keluarga yang dibentuk pada umumnya dimulai dengan kasih, tetapi tidak sedikit akhirnya banyak keluarga yang dipenuhi kebencian. Suami-istri yang mengikat janji setia karena saling mengasihi, menjadi saling menyakiti. Orang tua yang sangat menyayangi anak-anaknya, menjadi kecewa dan sakit hati kepada anak-anaknya. Di sisi lain ada anak-anak yang berharap dapat kasih dari orang tuanya, kenyaataannya berbeda, malah hatinya terluka dan pahit. Ada juga kakak beradik sedarah dan sekandung, menjadi musuh bebuyutan. Ketiadaan kasih di dalam keluarga menghasilkan kisah-kisah memilukan. Seandainya keluarga dipenuhi dengan kasih ceritanya pasti berbeda dan inilah panggilan orang percaya.

EKSPLORASI FIRMAN

Cara hidup orang percaya itu penting, rasul Paulus menunjukkan bagaimana hidup sebagai manusia baru di dalam Kristus berbeda dengan manusia lama yang tidak mengenal Kristus. Cara hidup sebagai anak Tuhan adalah hidup di dalam kasih, frasa “hiduplah di dalam kasih” (Ef.5:2a) berarti juga adalah berjalanlah di dalam kasih. Inilah cara hidup orang percaya yang Tuhan kehendaki yaitu hidupnya senantiasa ada di dalam jalan kasih. Mengapa orang percaya harus hidup di dalam kasih? Standar kasih seperti apa yang harus diterapkan di dalam keluarga?

Alasan Mengasihi: Mengasihi karena sudah mengalami kasih Kristus

Titik awal yang paling penting untuk seseorang dapat mengasihi seperti yang Tuhan kehendaki adalah sudah mengalami kasih Kristus itu sendiri, seperti yang dikatakan (Ef.5:1-2a) “Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu”. Firman Tuhan menyebut jemaat di Efesus yang adalah orang percaya sebagai anak-anak yang terkasih, artinya orang-orang yang telah dikasihi oleh Tuhan, orang-orang yang tadinya jauh sekarang telah menjadi anak-anak-Nya. Ini titik awalnya, karena mereka telah dikasihi Tuhan, barulah mereka diminta untuk hidup di dalam kasih. Orang yang mengalami kasih Kristus adalah orang yang percaya Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dalam kasih karunia disadarkan bahwa dirinya orang berdosa, tidak dapat menyelamatkan dirinya dengan cara apa pun dan satu-satunya jalan keselamatan hanyalah Tuhan Yesus. Anak-anak yang kekasih, mengerti bahwa dirinya dikasihi dengan kasih Allah dengan melimpah, karena dalam keadaan terburuk (keadaan berdosa, tidak layak), Tuhan mengasihi dan menyelamatkannya (Rm.5:8). Saat seseorang mengerti betapa tidak layaknya dia menerima kasih itu, maka dia akan mengerti betapa berartinya dan dalamnya kasih Kristus. Orang yang belum pernah mengalami kasih Kristus, mustahil untuk dapat mengasihi dengan kasih Kristus.

Orang yang dapat mengasihi keluarganya dengan kasih Kristus adalah orang yang sudah mengalami kasih Kristus. Jika Anda sudah mengalami kasih Kristus, Anda bukan dianjurkan, tetapi diharuskan mengasihi termasuk keluarga Anda. Keluarga yang sudah mengalami kasih Kristus, seharusnya menghidupi kasih Kristus di dalam keluarganya. Kasih Kristuslah yang mengikat, mengokohkan, menolong, memulihkan keluarga-keluarga.

Standar kasih: Mengasihi seperti Kristus mengasihi

Banyak orang menerapkan standar kasih yang berbeda-beda, tetapi dengan jelas firman Tuhan mengatakan bahwa standar kasihnya adalah kasih Kristus. Ayat ini mengatakan (Ef.5:1-2) “hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” Hidup dalam kasih itu, berarti mempraktekkan kasih sebagaimana kita telah dikasihi Kristus. Kasih yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus adalah dengan menyerahkan diri-Nya untuk berkorban sekaligus memuliakan Allah. Standar kasih yang harus dipraktekkan kita adalah kasih yang tanpa syarat, bukan kasih yang menuntut, tetapi kasih yang memberi, kasih yang mau mengampuni. Setiap tindakan di dalam relasi, termasuk di dalam keluarga harus mengacu pada kasih Kristus, tidak ada standar yang lain (Kol.3:18-19; Ef.5:22-6:4). Tuhan Yesus mengasihi bukan setengah-setengah, tetapi memberikan hidup-Nya sebagai korban untuk menyelamatkan manusia. Pemberian diri Tuhan Yesus itu korban yang harum bagi Allah, yang berarti berkenan kepada Allah. Kasih yang sejati itu adalah pemberian yang terbaik supaya orang lain dapat mengenal Tuhan. Jika orang percaya mempraktekkan kasih seperti Kristus mengasihinya, maka itu adalah persembahan yang harum di hadapan Tuhan.

Standar kasih di dalam keluarga bukan kata orang atau perasaan pribadi, tetapi kasih Kristus saja. Di dalam keluarga, kasih itu bukan dimulai dengan menuntut anggota keluarga lainnya untuk mengasihi kita, tetapi kasih itu harus dimulai oleh kita sendiri untuk mempraktekkannya. Adakalanya kasih kita itu dilakukan tidak dengan mudah, karena adanya hal-hal yang mungkin menyakiti kita, tetapi tetap kasih Kristus itu yang harus dipraktekkan. Jika seluruh keluarga mempraktekkan kasih Kristus maka keluarga-keluarga akan sungguh dipenuhi oleh kasih. Suami/istri perlu memakai standar kasih Kristus untuk mengasihi pasangannya, orang tua juga mengasihi anak-anak dengan standar kasih Kristus sekalipun mungkin anak-anak ada yang mulai tidak menghiraukan orang tuanya, anak-anak mengasihi orang tua yang melukainya dengan kasih Kristus, dll. Jika keluarga rindu dipenuhi kasih Kristus, Anda harus mengalami kasih Kristus (percaya kepada-Nya) dan mengasihi seperti Kristus telah mengasihi Anda.[RR]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Mengapa orang percaya harus hidup di dalam kasih Kristus?

Penerapan

Apa langkah konkrit Anda untuk mempraktekkan kasih Kristus di dalam keluarga Anda?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.