At The Right Time (Pada Saat Yang Tepat)
Lukas 23:33-43
EKSPRESI PRIBADI
“You Only Live Once.” Ungkapan dalam bahasa inggris ini sempat begitu terkenal di kalangan anak muda dengan singkatan YOLO. Ungkapan ini ingin menularkan sebuah semangat tentang berharganya kehidupan yang cuma sekali ini, sehingga jangan menyia-nyiakannya dengan menjalani secara biasa-biasa saja. Banyak anak-anak muda mewujudkan semangat ini dengan memenuhi wishlist (daftar keinginan) mereka. Mereka yang memiliki banyak sumber daya dapat melakukan banyak hal, tetapi mereka yang tidak punya sumber daya hanya dapat banyak mengelus dada. Jika anda diberikan kesempatan untuk mewujudkan wishlist anda pada hari ini, kira-kira pilihan apa yang akan Anda buat untuk memastikan hidup ini tidak berjalan secara biasa-biasa saja? Semangat dari YOLO ini, sebenarnya, tidak harus berkaitan dengan melakukan atau memiliki sesuatu yang kita idamkan, tetapi semangat ini dapat menjadi pengingat bagi kita untuk menjalani hidup yang sekali ini dengan penuh makna. Namun, kehidupan dan segala kondisi yang tidak menentu dapat membuat kita rentan untuk jatuh ke dalam kehidupan yang tidak bermakna. Apa kata Alkitab mengenai hal ini?
EKSPLORASI FIRMAN
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa hidup manusia menjadi bermakna ketika hidup di dalam Yesus (Ef. 2:10). Perjumpaan dengan Yesus secara pribadi menjadi titik balik krusial dalam kehidupan seseorang. Pada saat itu seseorang akan membuat keputusan apakah akan berdiri bersama atau berlawanan dengan Yesus. Kebenaran ini tergambar dengan jelas dalam peristiwa penyaliban Yesus di tempat yang bernama Tengkorak (Luk. 23:33). Momen krusial dalam sejarah itu menunjukkan ada dua kelompok yang terbentuk di hadapan salib Yesus, yaitu kelompok orang yang berlawanan dan yang bersama dengan Yesus.
Kelompok orang yang berlawanan dengan Yesus menghabiskan waktu mereka bersama dengan Yesus untuk mengolok-ngolok-Nya. Kelompok orang ini dapat kita lihat terdiri dari para pemimpin (ay.35), para prajurit Roma (ay.36), dan juga penjahat yang disalib (ay.39). Mereka mengejek Yesus dengan sarkasme atas identitas Yesus. Para pemimpin mengejek Yesus yang menurut mereka tidak dapat menyelamatkan orang lain sebagai Mesias. Ironisnya, ucapan dari para pemimpin orang Israel ini sangat mirip dengan perkataan ujian dari Iblis ketika Yesus di padang gurun (lih. Luk. 4:3, 9). Para tentara Roma pun melakukan hal yang sama, bahkan ada seorang ahli yang mengatakan mereka menunjukkan anggur asam sebagai bentuk ejekan terhadap Yesus (ay. 36-37). Demikian juga dengan seorang penjahat di samping Yesus yang meski dalam kondisi di hukum pun tetap menghina Yesus (ay.39). Di hadapan semua ejekan dan olokan ini Yesus berdoa meminta pengampunan terhadap mereka (ay. 34), betapa besar kasih Tuhan bagi para pendosa! Hal ini pun harusnya menjadi ingat-ingatan bagi kita yang mengaku pengikut Yesus, agar menunjukkan kasih yang sedemikian terhadap saudara-saudara dan bahkan musuh-musuh kita (Mat. 5:44-45; Yoh. 13:34-35).
Kelompok orang yang bersama dengan Yesus dalam narasi ini adalah penjahat yang lain, yang tidak ikut menghina Yesus. Identitas dari penjahat ini tidak dijelaskan dalam Injil Lukas dan kitab Injil yang lainnya. Satu hal yang dapat dengan jelas diketahui bahwa orang ini melakukan tindak kriminal dan layak untuk menerima hukuman yang sangat berat seperti salib (Luk. 23:41; bdk. Mat. 27:38, Mrk. 15:27). Kita tidak dapat tahu kesalahan apa saja yang sudah diperbuat atau seberapa lama ia melakukannya, tetapi ia membuat pilihan terbaik dalam hidupnya ketika ia merendahkan diri di hadapan Yesus pada saat terakhir hidupnya. Di saat terakhir hidupnya, ia tidak berusaha “sok tahu” tentang siapa Yesus, ia menyebut Yesus dengan nama-Nya, tidak seperti kelompok orang yang berlawanan dengan Yesus. Ia dengan iman hanya meminta agar Yesus “mengingat” dia (Luk. 23:42). Kata “mengingat” ini menunjukkan ia mengakui bahwa Yesus adalah Raja dan respon ini tercatat sebagai respon positif pertama terhadap salib Yesus. Yesus menjawab iman sang penjahat ini dengan janji keselamatan (ay. 43). Pada momen krusial dalam hidup sang penjahat, karena anugerah Tuhan, ia dapat melihat siapa Yesus dan membuat keputusan terbaik dalam hidupnya pada waktu yang tepat.
Dua kelompok yang terbentuk di salib Yesus ini menyisakan pertanyaan bagi orang banyak yang hadir pada saat penyaliban Yesus. Penulis Injil Lukas dengan sengaja menuliskan ada orang banyak yang menonton semua peristiwa penyaliban ini tanpa menunjukkan tindakan apa pun (ay. 35). Mereka tidak menyatakan posisi mereka, apakah bersama atau berlawanan dengan Yesus, tetapi setelah peristiwa ini Lukas mencatat bahwa orang banyak ini pulang dengan penyesalan, mereka “memukul-mukul diri” (ay.48). Penyebab dari penyesalan mereka ini pun tidak dicatat dengan jelas, apakah mereka menyesal tidak membela Yesus atau ada alasan lainnya. Namun, ketika mereka diam, maka secara pasif mereka menunjukkan tidak bersama dengan Yesus.
Hal ini pun juga dapat dialami oleh orang Kristen masa kini, terutama dalam masa pandemi yang berkepanjangan ini. Banyak orang yang mungkin masih mempertahankan status Kristen, tetapi hidupnya pun tidak diwarnai dengan Alkitab ataupun kasih dari Yesus. Bagi kita yang mungkin merasakan hal ini, tersedia kabar baik dari Tuhan. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yoh. 1:9). Kisah hidup sang penjahat yang bertobat menyerukan kabar baik ini bagi kita yang hidup di masa kini. Jika kita sudah jauh dari Tuhan, akuilah di hadapan-Nya dan kembalilah ke dalam dekapan-Nya. YOLO. Kita hanya hidup sekali, karena itu janganlah sia-siakan hidup tanpa Yesus. Pilihlah Yesus maka engkau akan dapat mengarui kehidupan ini dengan penuh makna.[JP]
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Apa arti hidup bermakna di dalam Kristus?
Penerapan
Komitmen apa yang Anda hendak ambil untuk hidup bersama dengan Yesus dalam masa pandemi ini?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.