Be still
Yakobus 5:10-11
EKSPRESI PRIBADI
Perhelatan akbar Asian Games 2018 telah usai dilaksanakan. Setiap atlet dari pelbagai cabang olah raga yang berasal dari pelbagai negara sudah bertarung untuk meraih prestasi yang bergengsi. Tentu saja bukan karena faktor keberuntungan seseorang dapat memenangkan kejuaraan, tetapi buah dari perjuangan yang tidak kenal lelah. Salah satu kunci dari kemenangan itu adalah adanya daya tahan [endurance]. Bertahan dari kelelahan, bertahan dari rasa sakit, bertahan dari tekanan serta situasi sulit dsb. Mentalitas tahan banting seperti demikianlah yang membuat seseorang tidak berhenti untuk terus berjuang tanpa mengenal lelah. Hal serupa ketika kita berhadapan dengan kenyataan perjalanan hidup yang sarat dengan dinamika. Kita tidak bisa menghindari dua pilihan yang selalu diperhadapkan kepada kita, apakah menghadapinya dengan tetap sabar bertahan atau justru sebaliknya, kita bersikap reaktif, putus asa lalu keluar dari gelangang kehidupan dan menyerah! Sharingkanlah dalam CG Anda, selama ini, Anda cenderung mengambil pilihan yang mana? Apakah alasan Anda tetap bertahan saat diperhadapkan dengan badai persoalan ?
EKSPLORASI FIRMAN
Pada bagian ini, Yakobus dengan gamblang menyoroti sikap bertahan dalam menghadapi penderitaan. Nasihat ini ditujukan kepada orang percaya yang sedang mengalami situasi sulit dan penuh tekanan pada saat itu. Dalam situasi demikian tidak ada kata "menyerah" dan membiarkan penderitaan mengalahkan iman. Sekalipun hal itu tidak mudah untuk dilakukan. Namun, setiap orang percaya harus terus bertahan atau bertekun dengan penuh kesabaran. Berulangkali Yakobus menyebut "bersabar" makrothumeo (ay, 7, 8, 10) dan "bertekun" hupomone (ay. 11). Kerapkali penafsir membedakan keduanya: makrothumeo mengarah pada kesabaran yang berhubungan dengan orang (1 Kor. 13:4; Ef. 4:2; 1 Tes. 5:14), sedangkan hupomone mengarah pada kesabaran yang berhubungan dengan situasi sulit (Rm. 8:25; 2 Kor. 1:6; 2 Tes. 1:4). Sederhanya, kita harus "sabar dengan orang lain dan menanggung kesulitan." Penggunaan kedua kata ini adalah untuk saling melengkapi, dan menegaskan bahwa bertekun dalam kesabaran merupakan kualitas mental dan karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya ketika mengalami penderitaan. Tentu saja, kita harus memahami bahwa sikap sabar disini tidaklah bersifat pasif seperti anggapan banyak orang. Duduk diam, menanti persoalan akan usai dengan sendirinya, seiring dengan bergulirnya waktu. Tetapi sabar bukanlah sikap pasrah pada takdir, melainkan bersikap aktif, bersedia berjalan maju, tetap berpegang pada kebenaran dan memperjuangkan apa yang kita yakini sebagai kebenaran. Kita bertahan sebagai saksi Kristus yang tidak pernah berhenti mengeluarkan "aroma Kristus" sekalipun di tengah tekanan situasi yang sulit. Bila diumpamakan, bertekun dalam kesabaran itu seumpama kita sedang menghadapi badai dan bukan memunggungi badai yang ada di depan kita.
Setidaknya ada 3 hal yang mendorong orang percaya untuk terus bertahan dalam kesabaran di saat menghadapi situasi sulit:
- Pengharapan yang Pasti
Yakobus menegaskan bahwa bertekun dalam kesabaran harus sampai akhir dan tidak menyerah di tengah jalan. Ia mengingatkan bahwa Yesus akan datang segera untuk kedua kalinya (ay. 7, 8). Kepastian kedatangan-Nya memberikan harapan yang pasti bahwa ketidakadilan, penindasan, penderitaan, yang mereka alami akan sirna. Ia datang untuk mengakhiri semuanya itu, sebab Ia akan datang sebagai Hakim yang akan menegakkan keadilan dan kebenaran. Kedatangan-Nya memberikan jaminan bahwa yang terbaik akan Tuhan nyatakan bagi kita. Yakobus menjelaskan hal ini melalui sebuah ilustrasi mengenai seorang petani yang menanam dan dengan penuh kesabaran menantikan hasil panennya. Ia bisa bertekun dengan sabar dalam waktu yang sangat panjang karena memiliki pengharapan bahwa suatu waktu, pasti akan datang masa panen. Demikian pula, kita bertahan di tengah situasi sulit saat ini, karena kita memiliki pengharapan yang pasti di dalam Tuhan. Pendek kata, bertekun dalam kesabaran merupakan sebuah respon iman bahwa Allahlah yang berdaulat atas segala sesuatu dan peduli dengan penderitaan umat-Nya. Ia tidak akan pernah kehilangan kendali atas apapun yang terjadi dan tidak akan pernah meninggalkan kita. Dengan bersabar, kita sedang menunjukan keyakinan kita bahwa pada akhirnya, Tuhanlah yang akan menentukan segala sesuatunya, dan itu mendatangkan kebaikan bagi kita. - Keteladanan yang Nyata
Yakobus memberikan beberapa contoh teladan nyata dari mereka yang bertahan dalam penderitaan. Pertama-tama ia mengarahkan perhatian kita kepada para nabi di Perjanjian Lama, yang menderita karena kesetiaan mereka menghidupi kehendak Allah. Sekalipun ada dalam keadaan yang sulit, mereka tetap bertahan tanpa mundur satu langkahpun untuk tetap menggemakan suara ilahi. Tidak hanya itu, Yakobus merujuk tokoh lain bernama Ayub, seorang yang saleh dan jujur, yang populer dengan ketekunannya di tengah penderitaannya. Dalam satu hari, seluruh miliknya telah lenyap dari genggamannya secara ekstrim. Namun, Ayub tetap bertahan di dalam imannya tanpa mengutuki Allah (Ayb 1:22; 2:10). Bukan hanya mereka saja yang telah menunjukkan keteladanan bertahan di tengah penderitaan. Ada banyak contoh tokoh-tokoh di Alkitab lainnya, seperti Yusuf, Stefanus, Paulus, dsbnya. Bahkan di luar itu, ada banyak kesaksian dari anak Tuhan lainnya di konteks saat ini. Mereka semua adalah manusia biasa sama seperti kita. Namun, mereka tetap bertahan karena iman mereka yang luar biasa kepada Allah. Dibalik semua itu, tentunya, faktor yang menentukan adalah adanya kuasa Allah yang memelihara mereka. Pendek kata, jika mereka bisa, maka kitapun bisa. - Upah yang Memberkati
Mereka yang bertekun di dalam penderitaan dikatakan adalah orang yang berbahagia dan diberkati. Segala perjuangan mereka untuk tetap bertahan di dalam penderitaan tidak pernah sia-sia. Allah sangat menghargai, berkenan dan memberkati sikap yang demikian. Sebagaimana yang terjadi pada Ayub. Allah tidak membiarkan Ayub menderita dengan percuma. Dapur penderitaan telah membawa Ayub semakin dalam mengenal Allah (Ayb 42:2-5) dan sebagai ujian yang memurnikan imannya (Ayb 23:10). Tidak hanya itu, Allah memulihkan Ayub dengan memberkatinya dengan harta yang dua kali lipat lebih banyak dari sebelumnya, dan juga mengembalikan seluruh anak-anaknya. Allah memberkati hari-hari terakhir Ayub lebih dari sebelumnya. Inilah upah dari kemenangan Ayub. Bertahan dalam menghadapi penderitaan tidak pernah sia-sia. Semua itu mendatangkan kebaikan bagi kita (Rm 8:28; 5:3-4; 1 Ptr 6-7). Dan tentunya, Allah yang maha penyayang dan penuh belas kasihan itu akan melakukan perhitungan atas apa yang telah kita perjuangkan demi kemuliaan-Nya, terlepas dari segala kekurangan dan kelemahan yang menunjukkan ketidaksempurnaan yang melekat dalam diri kita.
APLIKASI KEHIDUPAN
PENDALAMAN
Apa kaitan antara iman dengan tekun di dalam kesabaran ketika menghadapi penderitaan ? Jelaskan !
PENERAPAN
Bagaimana caranya agar kita semakin bertekun dalam kesabaran ketika menghadapi situasi sulit ? Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dan lakukan ?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain