Bagikan artikel ini :

By Faith, Not By Sight (Dengan Iman, Bukan Dengan Melihat)

2 Korintus 5:4-10; Ibrani 11:6

BAHAN CARE GROUP

Walau ku tak dapat melihat
Semua rencanaMu Tuhan
Namun hatiku tetap
Memandang padaMu
Kau tuntun langkahku

Ini adalah potongan dari lirik lagu Walau Ku Tak Dapat Melihat yang dinyanyikan oleh Grezia Ephipania. Secara tidak langsung, melalui lagu ini hendak menegaskan bahwa iman merupakan komponen terpenting dalam kehidupan orang percaya di dalam menghadapi kehidupan yang penuh ketidakpastian dan ditutupi oleh kabut ketidakmengertian. Karena iman, kita tetap optimis dalam menyusuri lorong kehidupan dan menatap hari esok. Pandangan kita tetap terarah dan melekat kepada Allah serta meyakini bahwa segala sesuatu dalam kendali-Nya untuk menggenapi rencana-Nya yang sempurna. Apakah selama ini kehidupan Anda mengekspresikan sebuah perjalanan iman? Sharingkanlah dalam CG Anda.

EKSPLORASI FIRMAN

Perjalanan hidup orang percaya adalah sebuah perjalanan dan pengalaman iman. Sehingga hidupnya berdasarkan dan berjalan dalam iman dan bukan berdasarkan penglihatan terhadap fakta kehidupan dengan segala dinamikanya yang berada di luar kendalinya. Sebagaimana Paulus katakan, “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.” Itulah yang menjadi alasan Paulus tetap tabah dalam menghadapi kehidupan di dalam kemah tubuh fisiknya yang rapuh dan terus mengalami kemerosotan (bdk. 2Kor. 4:16). Iman melampaui semua kenyataan tersebut. Sebab iman melekatkan pada dua hal penting:

Kemuliaan Kekal di Masa Depan

Ketika hidup berlandaskan pada penglihatan inderawi, maka hidup hanyalah sebuah pengalaman tubuh di dalam dunia yang ditandai dengan segala penderitaan, yang pada akhirnya akan ditelan oleh kematian. Tidak lebih daripada itu. Kehidupan yang demikian tampak suram dan pastinya akan kehilangan makna sehingga keluhan, keputasaan, kecemasan, ketakutan menjadi respons yang paling rasional saat harus menanggung beban berat kehidupan (ay. 2-4). Tetapi tidak demikian ketika hidup berjalan berdasarkan iman. Melalui iman, Paulus sanggup melihat apa yang tidak tampak kasat mata, yaitu memandang hidup melampaui fenomena kesementaraan kehidupan itu sendiri. Dimana, pada akhirnya kefanaan akan ditelan oleh kehidupan kekal lewat kematian, yang akan membawanya menuju kediaman kekal yang Allah sediakan di sorga (ay. 1). Disana akan mengenakan ‘bangunan’ tubuh baru, yang bersifat permanen (ay. 2). Pendek kata, kematian bukan berarti “meninggalkan rumah” (leaving) tetapi sebuah perjalanan pulang ke rumah yang sesungguhnya (going home; Yoh. 14:7). Disanalah Paulus akan mengalami apa yang paling utama dan dirindukan oleh hasrat terdalam dari jiwanya, yaitu menikmati keintiman dengan Kristus dalam relasi yang paling sempurna, “terlebih suka tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.” (ay. 8; Flp 1:21, 23). Kondisi demikian tidak akan pernah ia nikmati selama hidup di dunia ini (ay. 6). Apa yang diharapkannya itu adalah keniscayaan dan bukan sebuah kemungkinan. Paulus ungkapkan semuanya itu dengan penuh percaya diri. Bukan tanpa dasar. Jaminannya adalah Roh Kudus, yang berdiam dalam diri setiap orang percaya (ay. 5). Dialah jaminan (arrabon) dan sekaligus sebagai ‘uang muka’ untuk kehidupan yang akan datang (Ef. 1:13-14). Disini kita melihat betapa seriusnya Allah berkomitmen atas keselamatan kita. Penderitaan dan kematian dalam hidup ini tidak dapat mengubah apa yang telah Allah siapkan untuk kita di kehidupan selanjutnya.

Iman memantapkan kita melangkah dengan optimis sembari menatap hari esok yang cerah, dimana pada akhirnya hidup kita akan berlabuh dalam kemuliaan kekal (Rm 5:2; 2Kor. 3:18). Sehingga segala sengat penderitaan yang dialami saat ini, sedalam dan selama apapun, tidak pernah sebanding dengan kemuliaan tersebut (2kor. 4:17; Rm. 8:18). Maka benar, apa yang pernah dikatakan oleh Mother Teresa, “Dalam terang Sorga, penderitaan terburuk di bumi, kehidupan yg penuh siksaan paling buruk di dunia, akan dilihat tidak lebih serius dari satu malam di sebuah hotel yg nyaman.” Kebenaran ini akan selalu mengilhami keyakinan dan keberanian setiap orang percaya dalam menghadapi kesulitan hidup maupun kematian.

Perhitungan Allah atas penerimaan Upah

Paulus menegaskan bahwa secara eskatologis perjalanan hidup setiap orang percaya bukan hanya sedang menuju kepada kemuliaan sorgawi, melainkan juga menuju kepada pengadilan Kristus (ay. 10). Setiap orang percaya tanpa terkecuali, pada akhirnya harus menghadap tahta pengadilan Kristus (bema), untuk menerima apa yang pantas diterima. Jadi, penghakiman ini bukan untuk menentukan tujuan kekal, tetapi soal mendapatkan upah. Anugerah keselamatan dari Allah tidak membebaskan orang Kristen dari tuntutan ketaatan yang setia kepada Kristus. Setiap orang percaya harus mempertanggungjawabkan bagaimana mereka menjalankan hidupnya di dalam tubuh selama di dunia sama seperti Sang Tuan yang memperhitungkan dan mengevaluasi kinerja dari setiap hambanya untuk menerima upah yang layak diperolehnya (Mat. 25:14-19). Dengan demikian, hidup berdasarkan terang iman akan semakin menggairahkan kita untuk tidak sembarangan menjalani hidup di dunia ini dan saat ini. Melainkan semakin keras bekerja melayani Kristus melalui apapun yang dilakukan untuk menyenangkan hati-Nya. Sebab, hidup itu sendiri seutuh dan seluruhnya adalah ekspresi pelayanan sebagai hamba Kristus. Setiap detik adalah kesempatan berharga untuk mengungkapkan kasih dan kesetiaan kepada Kristus sekonkrit dan seradikal mungkin. Maka, setiap tantangan yang harus dihadapi sebagai risikonya, tidak akan pernah menyurutkan semangat untuk tetap terus melayani sampai titik akhir pertandingan hidup (2Tim 4:7). Sehingga ketika berjumpa dengan Kristus di depan tahta-Nya, suara lembut dan penuh pujian terdengar dengan begitu tajam berkata kepada kita, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat. 25:21)

Kiranya hidup yang kita nafasi menampilkan sebuah kehidupan yang dikendalikan oleh iman dan bukan berdasarkan penglihatan. Tambah hari tampak lebih jelas lewat keseharian praktis, bagaimana iman mengendalikan tutur kata, pikiran, keputusan, orientasi hidup, prioritas, emosi, tindak tanduk, dan membangun ketangguhan mentalitas hidup sehingga tidak mudah putus asa serta hancur saat digerus oleh badai persoalan.[DA]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apa kaitan antara ketabahan hidup dengan iman? Sejauhmana iman membangun kehidupan menjadi lebih kokoh?

Penerapan

Apa bentuk konkrit pengaruh iman dalam kehidupan praktis sehari-hari? Berikanlah contohnya berdasarkan pengalaman Anda!

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.