Bagikan artikel ini :

Fearless

Roma 8:31-39

Ekspresi Pribadi

Jika kita melakukan googling kata "fear" maka akan muncul 178,000,000 hasil dalam 0.82 detik. Mulai dari definisi, daftar jenis ketakutan hingga taktik mengatasinya. Hal ini menunjukkan bahwa topik ini sangat memengaruhi kehidupan. Sebab setiap orang tidak luput dari perasaan takut. Namun di sisi lain, bagaimanapun itu, tidak seorang pun yang ingin mengalami rasa takut. Itulah sebabnya pelbagai upaya dan kiat dilakukan untuk mengatasi perasaan takut. Salah satunya seperti yang dinyatakan oleh Lao Tzu, yang dikutip dan menjadi premis dari film Fearless yang dibintangi oleh Jet Li, "Mastering others is strength. Mastering yourself makes you fearless," Persoalan ketakutan ada pada diri sendiri. Maka untuk mengatasinya, seseorang harus mengendalikan dirinya sendiri. Apakah Anda setuju dengan pernyataan ini? Menurut Anda bagaimana mengatasi ketakutan itu sendiri, khususnya ketika menghadapi hidup yang sarat dengan persoalan dan penderitaan?

Eksplorasi Firman

Paulus menutup bagian ini (Roma 8) dengan menekankan soal "keamanan" yang dimiliki oleh setiap orang yang ada di dalam Kristus dengan pelbagai pertanyaan retoris yang menegaskan apa yang terjadi pada setiap orang percaya, yang tidak bisa diubah oleh siapapun. Itulah yang menjadi alasan mengapa setiap orang percaya mantap dan optimis di dalam melangkah untuk mengarungi kehidupan tanpa terjerat oleh ketakutan. Dasarnya bukan karena apa yang ada pada dirinya dengan segala potensinya, tetapi dalam relasinya dengan Allah yang berkarya menyelamatkan dirinya.

Allah di pihak kita – Tidak ada yang dapat melawan [ay. 31-32] Paulus mengemukakan dengan gamblang, "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita!" Ini merupakan kebenaran yang sangat mengagumkan bahwa Allah ada di pihak kita. Keadaan ini bertolak belakang ketika kita ada di bawah kutuk dosa dimana "Allah menentang kita," sebuah keadaan yang sangat mengerikan dan tidak pernah aman sebab berada di bawah bayang-bayang murka Allah. Anugerah Allahlah yang telah mengubahnya secara radikal. Sekarang Allah ada di pihak kita. Terjemahan secara hurufiahnya, "If God is for us." Bukan hanya di "pihak kita," melainkan "untuk kita." Dengan demikian, kita tidak perlu takut lagi menghadapi apapun, jika Pribadi yang paling agung dan berdaulat ada untuk kita. Sebab tidak ada persoalan, situasi ataupun musuh yang melampaui Diri-Nya. Bahkan, situasi yang paling kronis, rancangan kejahatan yang paling kejam sekalipun Allah bisa pakai untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Rm 8:28; bdk Kej 50:20; 45: 7). Itu berarti, kita akan selalu aman ada di dalam-Nya.

Bukti Allah ada untuk atau di pihak kita adalah "tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?" (ay. 32, bdk Yoh 3:16). Jika yang terbaik dan terbesar Allah berikan bagi kita (the greatest gift of all), masakan hal yang lebih kecil atau lebih rendah dari itu, Allah tidak berikan? John Piper mengatakan, "If God did not spare his infinitely precious Son, he will most definitely give us all things." Ide dibalik pernyataan Paulus ini adalah untuk menegaskan karena Allah menyerahkan Anak-Nya untuk membeli kehidupan kekal Anda, Dia pasti akan memberi Anda apa pun yang Anda butuhkan untuk menjalani hidup yang telah diselamatkan, sekarang ini. Tentu saja pengertian "segala sesuatu" disini tidaklah bersifat inklusif tanpa ada batasan yang mengacu pada segala apapun yang kita inginkan, termasuk di dalamnya rumah mewah, perhiasan mahal, kesuksesan secara finansial dsbnya. Melainkan merujuk pada segala sesuatu yang dibutuhkan dalam menjamin keselamatan kita. Disini kita melihat bahwa Allah bertanggungjawab secara penuh atas keselamatan yang Ia kerjakan atas kita. Jaminan itu ada pada Allah sendiri, bahwa Ia akan melakukan apapun yang dibutuhkan untuk keselamatan kita sehingga tidak ada satupun yang dapat menggagalkannya.

Allah membenarkan – Tidak ada yang dapat mendakwa [ay. 33-34] Melalui pertanyaan retoris yang berikutnya, Paulus hendak menegaskan bahwa ketika kita ada di dalam Kristus, tidak ada seorangpun yang dapat menggugat atau mendakwa kita sebagai terdakwa yang bersalah (ay. 33). Sebab, Allah telah membenarkan dan menyatakan kita benar, sehingga hukuman tidak berlaku lagi pada kita (Rm 8:1). Jika Sang Hakim yang tertinggi, memutuskan bahwa kita adalah benar, siapa yang dapat menggugatnya untuk naik banding? Tentu saja tidak ada. Kepastian itu didasarkan pada apa yang Kristus telah lakukan bagi kita secara final, Ia mati dan bangkit untuk menyelesaikan persoalan dosa dengan tuntas. Semua hutang dosa dan tuntutannya sudah dihapus karena telah dibayar lunas oleh Kristus dengan jalan memakukannya pada kayu salib (Kol 2:14). Tidak hanya itu, Yesus naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah dan menjadi pembela kita saat ini ("pendoa syafaat"). Keempat tindakan yang Yesus lakukan, yaitu mati, bangkit (masa lalu), naik ke Sorga dan duduk disebelah kanan Allah sebagai pembela, menegaskan sebuah jaminan bahwa kita pasti diselamatkan. Satu-satunya alasan bahwa kita akan menghabiskan kekekalan dengan Allah adalah karena karya yang Yesus kerjakan bagi kita.

Allah mengasihi – Tidak ada yang dapat memisahkan [ay. 35-39] Paulus mengungkapkan penegaskan yang mengagumkan melalui pertanyaan retoris bahwa Allah mengasihi kita, "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?" Begitu kokoh dan teguhnya Allah mengasihi kita, dimana Ia akan terus mengasihi kita selama-lamanya, sehingga apapun dan siapapun, baik itu penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan atau ketelanjangan, bahaya, bahkan maut dan malaikat sekalipun, tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Memang Allah tidak pernah berjanji bahwa langit selalu cerah dan perjalanan hidup yang kita tempuh bebas dari segala situasi yang buruk. Namun, dibalik awan sekelam apapun, matahari tetap bersinar, yang menandaskan bahwa Allah berjanji tidak pernah meninggalkan kita dan mengkhianati kasih-Nya kepada kita. Allah akan selalu mengasihi kita dan apapun yang terjadi, tidak dapat mengubah dan menggoyang kasih-Nya kepada kita, termasuk sekalipun gairah kasih kita kepada Allah mengalami fluktuatif antara panas dan dingin.Tidak ada alasan bagi kita untuk meragukan kasihNya kepada kita. Inilah yang seharusnya membuat kita berani menghadapi hidup. Selama kita ada di dalam kasih-Nya selama itulah kita dapat bertahan dalam situasi apapun dan keluar sebagai pemenang kehidupan, "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (ay, 37). Melalui Kristus, kita bukan hanya menang, tetapi kita "lebih dari pemenang!"

Aplikasi Kehidupan

PENDALAMAN

Mengapa begitu banyak orang Kristen yang hidupnya justru takluk dan dikalahkan oleh realitas hidup yang sarat dengan kesulitan, persoalan, tantangan? Alasan apa yang menyebabkan hal itu terjadi?

PENERAPAN

Langkah konkrit apa yang Anda dapat lakukan agar Anda selalu menyadari apa yang telah Allah kerjakan dalam kehidupan kita, yang seharusnya membuat Anda confident dan penuh keberanian menghadapi hidup ini?

Saling Mendoakan

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain