Bagikan artikel ini :

For My People (Bagi Orang Sebangsaku)

Roma 9:1-3; Roma 10:14-15

BAHAN CARE GROUP

Andai saudara ditanya, “Apakah yang menjadi keinginan hatimu?” Bagaimana jawab saudara? Ada yang ingin ketemu kawan lama? Ada yang ingin sembuh dari sakit lama? Ada yang ingin diberi kesempatan hidup lebih lama? Atau dalam hal kerohanian, ada yang ingin meninggalkan manusia lama? Kebiasaan lama? Tapi adakah dari kita yang sedih hatinya dan ingin menangisi anggota keluarga, kerabat atau kenalan yang belum percaya? Inginkah kita terus mendoakan mereka hingga pada suatu hari mereka akan mengenal Tuhan Yesus dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi?

EKSPLORASI FIRMAN

Surat Roma pasal 8 berakhir dengan pernyataan yang luar biasa bahwa tidak ada yang akan dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Tapi sebelum rasul Paulus lanjut dengan bagian penerapan dalam suratnya ini, ia perlu menyampaikan keprihatinan atas mereka yang di luar Kristus. Nada kata-kata dalam Roma pasal 9 memberi petunjuk pada kita berkenaan dengan hidup doa Paulus: “Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!” (ay. 5). Paulus berdoa bagi keselamatan kaum sebangsanya. Ia mencurahkan isi hatinya tentang penolakan bangsanya pada Kristus. Kita perlu belajar teladan dan pengalaman Paulus dalam kepedulian yang besar dan nyata kepada sesama yang belum percaya.

  1. Kita berkata benar

Dalam Roma pasal 9 ini, kita akan melihat Paulus mempraktikkan baik kebenaran maupun kasih. Ia mulai pasal ini dengan mengingatkan para pembacanya bahwa, “Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus” (ay. 1), kemudian langsung ia teguhkan dengan dua pernyataan: “aku tidak berdusta” dan “suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus.” Kebenaran dibarengi dengan kasih akan nyata dari sikap dan perhatian Paulus kepada kaum sebangsanya. Kebenaran tanpa kasih adalah kekejaman, tapi kasih tanpa kebenaran adalah kemunafikan. Pada waktu yang tepat, kebenaran perlu disampaikan, tentu dengan sikap penuh kasih. Kita perhatikan bagaimana Paulus menyebut mereka dengan sapaan “saudara-saudaraku, kaum sebangsaku” (ay. 3), bukan “pembenci-pembenci” apalagi “musuh-musuh.” Paulus tidak menghakimi mereka, ia menunjukkan kasih dan perhatian yang mendalam kepada mereka walau mereka menolak Kristus dan melawan Paulus. Kebenaran mesti disampaikan dan dihidupi. Kristus, suara hati dan Roh Kudus menjadi saksi.

  1. Kita berbelas kasih

Paulus membuat pernyataan: “bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati” (ay. 2). Kata “berdukacita” (great sorrow) juga bisa diartikan “beban berat,” “kesakitan,” dan “kesedihan terus.” Ini adalah istilah yang biasa dipakai untuk rasa dukacita karena meninggalnya orang yang dicintai. Kata “dukacita” juga dipakai oleh Yesus pada malam waktu Ia diserahkan untuk disalibkan (Yoh 16:20). Di sini, Paulus meratap dan menangisi kaum sebangsanya yang terhilang. Paulus bersedih hati untuk saudara sebangsa yang mungkin belum pernah ditemui, mereka yang membencinya dan bahkan berencana untuk membunuhnya. Paulus juga pernah bersaksi saat perpisahan dengan para penatua jemaat Efesus, “Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata” (Kis 20:19). Yeremia dikenal “nabi yang meratap,” maka “siang malam aku akan menangisi orang-orang puteri bangsaku” (Yer 9:1). Yesus juga ketika telah dekat dan melihat kota Yerusalem, “Ia menangisinya” (Luk 19:41). Kita perlu punya tangisan bagi jiwa-jiwa yang belum percaya.

  1. Kita mau berkorban

Dalam ayat 3-4, kita melihat betapa besar kesiapan Paulus untuk rela berkorban bagi kaum sebangsanya, Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. Sebab mereka adalah orang Israel.” Paulus sampaikan dia siap kehilangan keselamatan demi yang belum selamat. Ia rela mengorbankan apa yang paling berharga pada dirinya demi orang lain. Nabi Musa juga siap berkorban bagi bangsa Israel, “Kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu--dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis” (Kel 32:32).  Di atas segalanya, Yesus tergantung di kayu salib, terpisah dari Allah Bapa, supaya kita dapat jaminan sorga. Yesus relakan diri ditinggalkan oleh Bapa agar Ia dapat menanggung dosa kita dengan kematian-Nya di kayu salib. Sekarang bagian kita, apakah kita mau berkorban supaya anggota keluarga, kerabat, kenalan atau tetangga, teman kerja bahkan orang yang tidak kita kenal, bisa mendengarkan Injil? Korban waktu? Korban tenaga? Korban perasaan? Korban keuangan?

Roma pasal 10 dibuka dengan kerinduan hati Paulus bagi orang sebangsanya: Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan” (ay. 1).  Bagian firman berikutnya (Rom 10:14-15) merupakan pertanyaan berkesinambungan: “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” Paulus mengundang kita untuk memberitakan Injil agar orang dapat menjadi percaya kepada Tuhan Yesus. Kita perlu sungguh peduli kepada mereka yang Tuhan bawa ke dalam perjalanan hidup kita: berkata benar, berbelas kasih, dan berkorban bagi mereka.

APLIKASI KEHIDUPAN

(PROFIL MURID : KRISTUS, KARAKTER, KOMUNITAS, KELUARGA & KESAKSIAN)

Pendalaman

Kerinduan seperti apa yang Paulus ungkapkan mengenai keselamatan saudara sebangsanya?

Penerapan

Bagaimana mengungkapkan kerinduan agar saudara sebangsa dapat diselamatkan dalam langkah konkrit?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.