Bagikan artikel ini :

God's Wisdom & The Future (Hikmat Allah & Masa Depan)

Kejadian 50:1-26

EKSPRESI PRIBADI

Jika seorang arsitek atau perancang bangunan selesai mengerjakan sesuatu yang dianggap sebagai sebuah mahakaryanya misalnya sebuah rancangan gedung bertingkat yang unik karena gaya arsitekturnya yang khas, maka untuk menilai hasil karyanya itu secara utuh dan menyeluruh maka ia akan pergi berkeliling dan melihat seluruh gedung tersebut dari berbagai sisi dan sudut pandang. Sama halnya dengan seorang seniman pemahat yang dengan teliti mengerjakan karyanya selama berbulan-bulan, maka ketika karyanya itu selesai maka ia tidak akan merasa cukup bila melihatnya dari satu sisi saja melainkan ia akan berusaha melihatnya dari berbagai sisi dan sudut untuk bisa menilai secara utuh dan menyeluruh hasil karyanya itu. Demikianlah seharusnya setiap kita di dalam melihat segala yang terjadi dalam hidup ini. Kita perlu melihatnya dari berbagai macam sisi dan sudut pandang. Bahkan ada yang berkata: persepektif kita melihat yang terjadi lebih penting daripada kejadian itu sendiri. Bagaimana pendapat Anda akan hal ini?

EKSPLORASI FIRMAN

Kita tentu tidak asing dengan kisah hidup Yusuf dalam catatan Kitab Kejadian. Hidupnya dipenuhi dengan lika-liku yang menarik untuk disimak bahkan diambil hikmahnya. Salah satu kisah yang menarik ketika saudara-saudaranya yang sudah membuang dia datang dengan bersujud kepada Yusuf dan berkata: kami datang untuk menjadi budakmu. (Kej. 50:18) Yusuf kemudian berkata: ‘Jangan takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.” (Kej. 50:19-21a) Perkataan ini sangat menarik untuk ditelaah mengingat tidak ada satupun indikasi Yusuf ingin membalaskan dendam kepada kakak-kakaknya. Apa yang membuat Yusuf dapat mengatakan hal ini? Jawabannya ialah perspektif – sudut pandang. Yusuf melihat segala yang terjadi dalam hidupnya dari sudut pandang yang menyeluruh. Yusuf tidak terjebak dengan kebencian atau keinginan balas dendam yang seringkali menjebak dan mengurung cara pandang yang lebih luas. Untuk ini, kita perlu belajar dari Yusuf tentang bagaimana melihat segala yang terjadi dalam hidup ini secara utuh dan menyeluruh.

  1. Yusuf menyadari bahwa dirinya bukan Allah.

Pada saat itu, Yusuf bisa saja menjadi seperti Allah. Kedudukannya sebagai orang terkuat kedua di dalam kerajaan mendukung dia untuk menjadi seperti Allah. Namun, Yusuf sadar bahwa dia bukanlah Allah. Hal ini jelas lewat perkataan: jangan takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Max Lucado dengan sangat indah mengatakannya, ‘Berbahagialah orang yang menemukan bahwa hanya ada satu Allah dan berhenti melamar untuk posisi itu.’ Disini kita perlu belajar untuk memahami bahwa Allah adalah Allah dan kita manusia bukanlah Allah. Kemahakuasaan Allah tidak dapat dibandingkan dengan keterbatasan manusia. Sesungguhnya jika kita sadar akan keterbatasan kita dalam melihat hidup ini maka kita perlu datang kepada Allah dan meminta hikmatNya untuk memahami hal tersebut.

  1. Yusuf melihat hidupnya dari perspektif Allah.

Melihat dari perspektif Allah tidak melulu tentang melihat dan memahami dengan cara yang supranatural. Melihat dari perspektif Allah perlu diawali dengan adanya penerimaan terhadap realitas hidup itu sendiri. Yusuf menampilkan hal ini lewat perkataan ‘memang kamu mereka-rekakan yang jahat terhadap aku.’ Yusuf tidak menyangkali adanya kejahatan yang menimpa dirinya. Yusuf juga berbicara secara langsung kepada kakak-kakaknya yang sudah menjahati dirinya bahwa apa yang mereka lakukan itu ialah tindakan kejahatan. Namun, Yusuf tidak berhenti sampai disini. Dia melangkah kepada sebuah pengakuan bahwa Allah berdaulat atas segala yang terjadi dalam hidupnya. Kedaulatan Allah terekspresikan lewat Allah sanggup meresponi situasi hidup Yusuf dan mengubahnya untuk kebaikan. Rasul Paulus mengungkapkan hal ini dengan berkata: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rm. 8:28)

Melihat dari perspektif Allah juga tidak selalu berarti bahwa kita akan selalu tahu apa yang Allah rancangkan. Yang terpenting dari hal ini ialah bahwa Allah selalu menang ketika kejahatan mencoba untuk melawan. John Piper pernah mengatakan: ‘Tuhan selalu dapat melakukan 10.000 hal dalam hidup Anda dan Anda mungkin hanya menyadari 3 dari itu.’ Intinya, tujuan melihat dari perspektif Allah bukanlah untuk mengetahui segala sesuatu melainkan untuk percaya bahwa Allah selalu pegang kendali dan Ia akan selalu merancangkan kebaikan dalam hidup setiap umatNya.

  1. Yusuf menyalurkan kasih karunia dari Allah.

Karena Yusuf sadar bahwa dirinya bukan Allah dan karena Yusuf tahu bahwa Allah selalu bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan dalam diri umatNya, maka Yusuf dengan sadar pula untuk menyalurkan kasih karunia dari Allah itu kepada saudara-saudaranya. Hal ini terlihat jelas dari perkataan Yusuf, ‘Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.’ Pemeliharaan Allah yang sempurna atas diri Yusuf tidak disimpan untuk dirinya sendiri melainkan dibagikan kepada orang-orang disekelilingnya termasuk untuk kakak-kakaknya yang telah menyakiti dirinya. Kehidupan Yusuf disini mengingatkan kita pada kehidupan Yesus. Sekalipun dunia menolak Yesus namun Dia tidak pernah berhenti untuk menyalurkan kasih karunia yang daripada Allah kepada dunia ini. Puncaknya ketika Yesus memberikan nyawa-Nya bagi kita manusia yang berdosa ini. Yesus bukan hanya memberikan kita sesuatu tetapi Dia memberikan segalanya bagi kita. Masakan kita tidak meneladani Kristus dalam hal ini? Sekiranya ada orang-orang yang berlaku jahat kepada kita, ingatlah untuk tetap menyalurkan kasih karunia kepada orang tersebut.[NT]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Bagaimana mendamaikan realitas kehidupan yang sarat penderitaan dengan rencana Allah yang mendatangkan kebaikan?

Penerapan

Bagaimana Anda dapat melatih diri untuk tetap rendah hati, tetap percaya kepada Tuhan bahkan bisa berbagi sekalipun anda harus mengalami masa yang sukar dalam hidup?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.