Bagikan artikel ini :

Grow Up As Christ's Disciples (Bertumbuh Sebagai Murid Kristus)

Yohanes 8:30-32

BAHAN CARE GROUP

Semua manusia mendambakan kebebasan. Pertanyaanya, bagaimana caranya memperoleh kebebasan? Apakah yang membebaskan kita? Inilah yang dicari manusia. Salah satu solusi yang ditawarkan dunia adalah, “Arbeit macht frei” yang berarti “kerja akan memerdekakan kamu” (“work will set you free”). Kalimat pelesetan dari Yohanes 8:32 ini berasal dari sebuah novel Jerman yang ditulis pada tahun 1873 yang ditulis oleh seorang ahli lingustik Jerman bernama Lorenz Diefanbach. Novel ini menceritakan tentang para penjudi dan pelaku kriminal yang pada akhirnya menjadi orang-orang yg bermoral ketika mereka mulai bekerja dengan sungguh-sungguh. Mereka dimerdekakan melalui pekerjaan mereka.

“Kerja akan memerdekakan kamu” sepertinya masuk akal. Bukankah dengan kerja kita bisa mendapatkan uang, yang pada akhirnya membuat kita dapat melakukan apa yang kita inginkan? Namun tahukah Anda apa yang terjadi beberapa dekade kemudian? Ungkapan “kerja akan memerdekakan kamu” dipasang di gerbang kamp konsentrasi Auschwitz, dimana Nazi mengurung dan memberlakukan kerja paksa kepada orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi banyak yang mati karena kerja paksa tersebut. Ironis sekali bahwa kerja menjadi kemerdekaan mereka hanya melalui kematian. Jadi, apakah yang membebaskan manusia?

EKSPLORASI FIRMAN

Di dalam Yohanes 8:32, Tuhan Yesus menawarkan kemerdekaan! Kemerdekaan apakah ini? Ada dua definisi yang salah mengenai kemerdekaan Kristen:

  1. Kemerdekaan = imunitas dari dosa?

Apakah kemerdekaan ini adalah kebebasan dari segala dosa, dengan kata lain bahwa kita tidak akan pernah lagi bisa berdosa begitu kita percaya pada-Nya? Bahwa kita imun terhadap dosa? Tentu saja tidak! Rasul sekaliber Paulus sendiri mengatakan, “sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku” dan “aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Rm. 7:19-20; 24). Jadi, kebebasan yang dimaksud Tuhan Yesus tentunya bukan berarti imunitas dari segala dosa semasa kita di dunia.

  1. Kemerdekaan = bebas berdosa tanpa hukuman?

Apakah kemerdekaan ini adalah kebebasan untuk berbuat dosa apapun, karena toh kita telah diselamatkan dan tidak akan mungkin kehilangan keselamatan tersebut? Sekali lagi, tentu saja tidak! Rasul Paulus juga mengatakan, “Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?” (Rm. 6:15-16)

Jadi, apa sebenarnya “kemerdekaan” yang dimaksud Tuhan Yesus dalam Yohanes 8:32? Jawabannya adalah: kebebasan untuk berjuang. Kebebasan untuk berjuang menjadi murid-murid Kristus yang semakin hari semakin dikuduskan dan disempurnakan menjadi serupa dengan-Nya. Kebebasan untuk berjuang melawan kedagingan dan mengekang dosa. Menurut definisi ini, justru mereka yang hidup dalam hedonisme adalah orang yang paling tidak merdeka. Mereka adalah budak dari hawa nafsu mereka sendiri. Tidak demikian dengan murid-murid Kristus yang dapat mengatakan “tidak!” kepada hawa nafsu dan dosa yang selama ini mengekang mereka. Itulah kemerdekaan yang sejati.

Seorang anak perempuan ikut teman-temannya pergi ke bar untuk berpesta. Namun, di dalam pesta tersebut gadis itu ditawari obat-obatan terlarang. Gadis itu menolak dan segera meninggalkan pesta tersebut. Kawan-kawannya mencibir dan mengejeknya, “Kenapa? Kamu takut ayahmu akan menyakitimu kalau kamu ketahuan?” (“Are you scared your dad’s gonna hurt you if he finds out?”). Gadis itu menjawab. “Tidak! Aku takut aku akan menyakiti ayahku jika aku ketahuan.” (“I’m scared I’m gonna hurt my dad if he finds out.”)

Kisah ini menggambarkan apa itu kemerdekaan murid-murid Kristus. Si gadis tidak bebas menggunakan obat-obat terlarang, namun ia mengekang kebebasannya karena ia mengasihi ayahnya yang telah mengasihinya dan tidak mau menyakiti hatinya. Demikian pula panggilan kita sebagai pengikut Kristus. Bertumbuh sebagai murid Kristus berarti menjadi makin tidak bebas karena makin menjauhi dosa, tetapi di sisi lain menjadi makin bebas karena ketaatan ini lahir atas dasar kasih. Inilah paradoks pemuridan. Pengikut Kristus yang sejati akan berusaha untuk menyenangkan hati-Nya meski itu berarti berjuang mengekang hawa nafsu dan kedagingan mereka.(DO)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apa kemerdekaan sejati yang dijanjikan Tuhan Yesus dalam Yohanes 8:32? Berdasarkan definisi ini, bagaimana caranya bertumbuh sebagai murid Kristus?

Penerapan

Adakah dosa-dosa favorit yang selama ini Anda lakukan dan tidak pernah berhasil mengatasinya? Maukah Anda berjanji kepada Tuhan untuk menyelesaikan dosa tersebut?

SALING MENDOAKAN

Akhirilah Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.