Bagikan artikel ini :

Hati bagi bangsa

Nehemia 1:1-11

EKSPRESI PRIBADI

Seandainya Anda berada di dalam sebuah kapal yang sedang berlayar di tengah lautan dan Anda melihat ada seorang penumpang sedang membolongi lambung kapal itu, apa reaksi Anda? Apakah Anda diam saja atau bersikap masa bodoh dan berpikir itu bukan urusan Anda? Anda pasti melakukan sesuatu untuk menghentikan orang itu bukan? Karena jika kapal itu tenggelam maka Anda pun akan ikut tenggelam. Demikian juga dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita patut bersyukur atas segala pencapaian, keberhasilan dan pembangunan infrastruktur di berbagai tempat di Indonesia saat ini. Namun di sisi lain ketika menyaksikan masih adanya kemiskinan, korupsi dan ketidakadilan, ancaman terorisme dan radikalisme di negeri ini, apa reaksi Anda? Apakah Anda masih memiliki hati yang peduli atau justru bersikap apatis, dan masa bodoh? Apa yang harus kita lakukan untuk membangun bangsa ini?

EKSPLORASI FIRMAN

Kitab Nehemia adalah kitab sejarah yang mencatat pemulangan umat Israel ke Yerusalem tahap ketiga pasca pembuangan ke Babel. Kitab ini mengisahkan proses pembangunan kembali tembok kota Yerusalem dan pembaharuan iman kerohanian umat Israel. Nehemia, penulis kitab ini adalah seorang yang insipiratif dalam hal kepemimpinan dan organisasi. Ia seorang Israel, lahir dan berhasil di Persia. Ia memiliki keberanian menghadapi bahaya, peduli dan bertanggung jawab, memiliki visi dan dapat mengambil keputusan dengan tepat. Ia adalah juru minuman bagi raja Persia, Artahsasta I (465-424 SM). Melayani sebagai juru minuman raja merupakan tugas yang sangat istimewa karena ia dipercaya raja dan selalu dekat dengan raja di istana (Neh. 2:1). Juru minuman bertugas mencicipi makanan dan minuman raja untuk memastikan apakah semua itu beracun atau tidak sebelum disuguhkan kepada raja. Sebab itu Nehemia tinggal di dalam kemewahan di puri Susan bersama dengan kurang lebih 15 ribu prajurit. Namun ketika ia mendengar kabar tentang orang-orang Yahudi buangan yang kembali ke Yehuda dari Babel dan Persia sedang dalam kesulitan dan tembok Yerusalem masih runtuh, maka ia sangat sedih dan hancur hatinya (ayat 1-4). Setelah itu ia menghadap raja Artahsasta dan diberi kuasa untuk pergi ke Yerusalem sebagai Bupati (445 SM) dan membangun kembali tembok kota Yerusalem yang telah runtuh selama kurang lebih 150 tahun itu hanya dalam waktu 52 hari (Neh. 2:1-6:15). Apa rahasia keberhasilan Nehemia?

  1. Ia memiliki hati yang terbeban dan peduli dengan kondisi bangsanya.

    Dikatakan di ayat 4a, “Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari…” Reaksi Nehemia ini memperlihatkan keterbebanan dan kepeduliannya yang mendalam terhadap bangsanya. Kepedulian muncul ketika ia mendengar berita yang disampaikan oleh Hanani tentang orang-orang Yahudi yang terhindar dari penawanan Babel hidup di dalam kesukaran dan kondisi tembok dan pintu gerbang kota Yerusalem masih terbongkar (ayat 2-3). Pada waktu itu Nehemia sudah hidup nyaman dan berhasil di Persia (ayat 1, 11b). Namun semua kenyamanan dan keberhasilan itu tidak melunturkan kecintaan dan kepeduliannya terhadap bangsanya sendiri. Karena dia mengenal Tuhan dan mempraktekkan kebenaran firman untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya. Hari ini ketika kita menyaksikan situasi dan kondisi bangsa kita yang masih memprihatinkan, apa reaksi Anda? Apakah masih memiliki hati yang terbeban? Firman Tuhan mengatakan bahwa kita harus mengusahakan kesejahteraan kota dimana pun kita berada (Yer. 29:7). Kita adalah ibarat garam dan terang yang harus membawa perubahan, pencerahan dan dampak positif bagi bangsa kita (Mat. 5:13-15).
     
  2. Ia memiliki hati yang tekun berdoa bagi bangsanya

    Dikatakan di ayat 4b, “Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit”. Doa bagi Nehemia adalah prioritas utama sebelum melakukan tindakan apa pun. Karena ia percaya bahwa Allah yang Mahabesar dan Mahakuasa selalu setia pada perjanjianNya dan sanggup menolong umat-Nya (ayat 5-6). Itulah sebabnya, ketika mendengar tentang kondisi bangsanya yang sangat memprihatinkan, ia tidak hanya sedih, menangis dan apatis, tetapi ia mulai berpuasa dan berdoa kepada Allah siang dan malam selama empat bulan (Neh. 1:6; 2:1). Bagaimana Nehemia berdoa? Pertama, ia merendahkan diri, mengakui baik dosa-dosa bangsa Israel maupun semua dosa dirinya sendiri (ayat 6). Ia menyadari bahwa penderitaan yang dialami bangsa Israel disebabkan oleh pelanggaran terhadap perintah-perintah Allah (ayat 7). Jadi langkah pertama dan terpenting yang dilakukan Nehemia adalah berdoa dengan sepenuh hati mengakui segala dosa dan memohon pengampunan Allah. Kedua, ia berdoa agar kemuliaan Allah dinyatakan ditengah umatNya (ayat 8-10). Itu berarti fokus doa Nehemia tidak hanya tertuju pada kepentingan manusia agar diberkati, tetapi juga untuk kemuliaan Allah. Inilah doa yang sesuai dengan kehendak Allah dan akhirnya dikabulkanNya (1Yoh. 5:14). Ketika menyaksikan kesulitan dihadapi bangsa ini, mari kita berdoa mohon ampun atas semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan para pemimpin dan warga bangsa ini, agar terjadi pemulihan (1Tim. 2:1-2). Sampaikan segala keluh kesah kita kepada-Nya dan percayalah bahwa Tuhan pasti akan menolong.

APLIKASI KEHIDUPAN

PENDALAMAN

Nehemia sudah memiliki kehormatan dan kehidupan yang nyaman dan aman di istana raja Persia, mengapa dia rela berkorban dan bersusah payah kembali ke negerinya untuk membangun tembok-tembok kota Yerusalem? Apa yang memotivasi dia melakukan hal tersebut?

PENERAPAN

Mari kita mengambil waktu yang khusus setiap hari untuk mendoakan bangsa dan negara Indonesia. Doakan para pemimpin agar dikaruniakan hikmat dan kemampuan melakukan tugas mereka untuk membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi bangsa ini. Berdoa agar mereka semua dapat menerima anugerah keselamatan di dalam Kristus dan agar kita dapat leluasa beribadah dan melayani Tuhan.

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain