Bagikan artikel ini :

Hati-hati Ilah Palsu

Keluaran 20:3; 1 Korintus 10:14

EKSPRESI PRIBADI

Segala sesuatu bisa menjadi berhala. Uang bisa menjadi lebih dari sekadar uang. Uang bisa menjadi ilah dimana makna hidup bergantung penuh kepadanya. Demikian pula gadget, keluarga, jabatan, kecantikan, pekerjaan, hubungan, kompetensi, liburan, seseorang, perut, materi, apapun bentuknya. Berhala tidak dapat dibatasi hanya merujuk pada patung dewa-dewi tertentu tetapi apa pun yang menggantikan tempat Tuhan dalam hidup kita. Apa pun yang kita hargai dan utamakan lebih dari-Nya. Apa pun yang membuat kita rela mengorbankan waktu, sumber daya, dan hubungan kita. Itu sudah menjadi berhala. Seperti yang dikatakan oleh Thomas Watson, seorang Puritan dari tahun 1600-an, berkata, “Mempercayai sesuatu yang lebih dari Tuhan, sama saja dengan menjadikan sesuatu itu sebagai tuhan.” Pendek kata, berhala bisa berupa apapun, tanpa bisa dibatasi bentuknya. Tanpa disadari mungkin kita sedang terjebak oleh berhala tertentu. Tentu kita tidak bisa berkata bahwa kita ada dalam keadaan baik-baik saja. Kita ada dalam keadaan yang tidak pernah disenangi oleh Allah.

Berhala apa yang tanpa disadari sedang menjerat Anda saat ini? Mari kita cek dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini: Prioritas terbalik, apakah yag selama ini Anda utamakan selain Allah? Ketergantungan emisonal, apa yang dapat membuat Anda merasa aman dan tenang selain Allah? Obsesi, apa yang Anda pikirkan terus-menerus dan tidak bisa hidup tanpanya? Sharingkanlah jawaban Anda dalam CG masing-masing.

EKSPLORASI FIRMAN

Sepuluh perintah Allah di awali dengan sikap ekslusif Allah agar Diri-Nya ditempatkan sebagai Allah satu-satunya dalam kehidupan umat-Nya. Itu artinya, tidak ada ruang bagi berhala atau ilah palsu. Allah tidak ingin hubungan dengan umat-Nya di nodai oleh perselingkuhan rohani, dikotori oleh penyembahan berhala. Allah menuntut sebuah relasi ekslusif, dimana Allah diutamakan dalam hidup mereka. Itulah sebabnya dalam perintah pertama dari Sepuluh Hukum-Nya (Dekalog), Allah menegaskan “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku!” Hubungan Israel dengan Allah terikat dengan perintah ini dan berlandaskan perintah ini, yaitu Allah harus menjadi yang terutama dalam kehidupan Israel. Ini bersifat mutlak, tidak bisa ditawar, diencerkan menjadi pilihan alternatif. Dimana tidak ada ruang sedikitpun bagi berhala lain ada dalam kehidupan umat-Nya. Tidak ada ruang bagi penyembahan berhala, selain kepada Allah. Tidak ada ruang bagi kehidupan yang bermain dua kaki dan menduakan Allah, di satu sisi menyembah berhala, lalu di sisi lain mencari Tuhan tanpa meninggalkan berhala-berhala tersebut.

Tentu saja perintah ini sangat relevan dengan Israel saat itu. Sebab mereka sangat akrab dengan banyak berhala. Ingat, bahwa mereka baru saja keluar dari Mesir, setelah berada disana sebagai budak selama lebih dari 400 tahun. Mereka hidup di tengah budaya yang paling politeistik, yang pernah ada. Budaya demikian berdampak besar pada Israel. Perlahan-lahan akhirnya merekapun menyerah terhadap godaan penyembahan berhala. Bahkan hingga berurat akar dalam hati mereka.

Allah memerintahkan umat-Nya untuk berpaling dari berhala dan hidup menyembah serta mengutamakan Diri-Nya. Itulah sebabnya, melalui perintah pertama ini, Allah menghendaki umat-Nya meninggalkan semua berhala dan hidup mengutamakan-Nya. Seperti yang ditegaskan Paulus, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!” (1 Kor 10:14) Jelas, ini bukan kalimat basa-basi atau semacam saran agar kita menghindari penyembahan berhala, atau mencoba menjauhinya. Tidak, ia menyuruh kita untuk lari darinya, untuk berlari secepat mungkin ke arah yang berlawanan. Sebab hal itu berbahaya. Kita tidak mungkin berhubungan dengan Allah namun secara bersamaan melakukan apa yang Allah benci. Kita harus segera berbalik kepada Allah yang asli. Allah yang hidup, yang telah mennyatakan Diri-Nya di Gunung Sinai dan di atas Salib. Tinggalkan dan jangan bermain-main dengan berhala.

Pilihan hidup kita hanya satu, yaitu hidup mengutamakan Dia, pertama-tama karena Dia satu-satunya Allah yang sejati, dimana yang lain dipastikan adalah palsu dan penipu. No others God, titik! Seperti yang Allah tegaskan, “Akulah TUHAN Allahmu…” (ay. 2). TUHANlah Allah yang hidup dan sejati. Ini menegaskan kemutlakan Diri-Nya sebagai Allah, pribadi yang kekal, mahakuasa, mulia. Hal serupa ditegaskan dalam Yesaya 45:18b "Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain." Maka, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku!” NIV menterjemahkanya “before Me!” Artinya, bukan menempatkan Tuhan di urutan pertama, tetapi diurutan utama. Tidak ada tempat lain, selain Tuhan sebagai yang utama. Tidak ada yang kedua dan ketiga. Sebab hanya Dia adalahsatu-satunya Allah yang sejati (He was not just to be the first among several but the only One). Setiap umat-Nya harus menjalani kehidupan yang memperlakukan Allah bukan sekadar yang pertama tetapi sebagai yang utama dalam hidupnya. Seluruh komitmen, penyembahan, pengabdian, kesetiaan cinta yang tidak terbagi, melainkan secara utuh dan totalitas diberikan kepada-Nya! Tidak boleh ada ilah lain yang menjadi saingannya!

Alasan kedua, Allah harus diutamakan dalam hidup, karena karya penebusan-Nya. Sebagaimana dikatakan di ayat 2 "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.” Allah mengingatkan Israel bahwa Allah yang sejati itu adalah Allah yang telah menebus dan membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Tujuan-Nya adalah untuk memanggil mereka menjalin relasi dengan diri-Nya, terikat perjanjian dengan-Nya. Dimana Tuhan menjadi Allah atas mereka dan mereka menjadi umat kepunyaan-Nya. Sehingga Israel tidak bisa berdalih, hidup mereka sepenuhnya milik Tuhan. Dan Tuhan menjadi milik mereka. Maka, selayaknyalah mereka menjadikan Allah sebagai yang utama dan tujuan hidup mereka adalah untuk kemuliaan-Nya sesuai dengan tujuan Allah menebus mereka! Dan Soli Deo Gloria menjadi prinsip yang berlaku atas hidup umat Allah. Artinya, tidak ada satu bagian dari hidup yang tidak sepenuhnya didedikasikan bagi kemuliaan Allah. Sepenuh dan seluruhnya, hidup secara utuh menyatakan bahwa Allahlah yang utama. Hidup seperti itulah yang harus kita tunjukan sebagai orang yang telah ditebus di dalam Kristus,—hidup mengutamakan Allah. Dimana, tidak ada ruang untuk ilah palsu, sebab ruang itu telah diisi penuh oleh Allah yang sejati. (DA)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Bagaimana segala sesuatu bisa berpotensi menjadi ilah palsu? Apa bahaya dari ilah palsu?

Penerapan

Langkah konkrit apa yang Anda dapat lakukan untuk mereformasi hubungan Anda dengan Allah yang telah dikotori oleh penyembahan berhala?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.