Bagikan artikel ini :

His Power Within Us (KuasaNya di Dalam Kita)

Kisah Para Rasul 1:6-9

BAHAN CARE GROUP

Salah satu penyakit rohani yang cukup berbahaya melanda tidak sedikit orang percaya adalah apa yang disebut dengan “amnesia rohani.” Sindrom rohani ini tidak hanya merujuk pada lupa Tuhan dengan segala kebaikan-Nya. Sehingga menimbulkan sikap lupa diri yang ditandai dengan susah bersyukur.  Tetapi juga dapat merujuk pada lupa terhadap Roh Kudus yang telah Tuhan anugerahkan dalam setiap orang percaya. Pada kenyataan-Nya Roh Kudus tinggal dalam dirinya (The Holy Spirit Within) untuk menyatakan kuasa-Nya yang dibutuhkan untuk memenuhi panggilan Ilahi menjadi saksi Kristus. Akibat lupa dan tidak menyadari fakta itu, membuat orang Kristen dikuasai oleh sikap apatis, kehilangan gairah dan daya untuk melakukan panggilan itu alias menjadi orang Kristen yang powerless. Maka tidak heran, jika banyak orang percaya hari ini seakan tidak berdaya untuk melakukan panggilan itu. Bahkan dianggap sebagai sebuah “kemustahilan!” Apakah Anda termasuk orang yang demikian?

EKSPLORASI FIRMAN

Saat sebelum Yesus terangkat ke Sorga, Ia menjanjikan Roh Kudus akan datang dan tinggal dalam diri setiap murid Kristus dan memberikan kuasa-Nya yang dibutuhkan oleh mereka dalam memenuhi panggilan Kristus menjadi saksi-Nya.  Panggilan ini sangatlah penting bagi Allah. Misi pemberitaan Injil merupakan pekerjaan utama Allah yang harus digenapi sampai kedatangan Kristus yang kedua kali. Para murid tidak hanya dilibatkan di dalamnya, melainkan pula di beri kuasa yang berasal dari Roh Kudus yang hadir dalam diri mereka. Sebab pekerjaan ini tidak bisa dilakukan dengan kedagingan dan mengandalkan kekuatan natural yang ada pada diri manusia. Tetapi butuh intervensi kuasa Ilahi. Itu adalah kebutuhan mutlak dan bukan sebuah kemewahan. Tanpa Roh Kudus yang bekerja dalam diri mereka, tidaklah mungkin mereka dapat menjadi saksi Kristus yang efektif. Sebagaimana dikatakan oleh Yesus “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Polanya jelas, diperlengkapi (empowered) terlebih dahulu dengan kuasa Ilahi, baru dapat menjadi saksi Kristus (Bdk. Lukas 24:46-49)

Pentakosta menjadi momentum penggenapan janji kedatangan Roh Kudus. Kuasa-Nya yang luar biasa sanggup mentransformasi para murid sehingga hidupnya menjadi sangat powerful (penuh kuasa). Seumpama sebuah dinamo, kuasa Roh Kudus menjadi daya dorong yang sangat kuat menggeliatkan mereka dengan penuh antusias dalam menyaksikan Kristus tanpa bisa dihentikan atau dihalangi lajunya seperti sebuah gerakan gelombang yang meluas dari lingkup terdekat, yaitu Yerusalem hingga lingkup yang paling jauh yaitu ke ujung bumi. Ini menjadi prinsip bersaksi, harus dimulai dari rumah, kemudian diperluas sampai ujung bumi. Oswald J Smith mengatakan “Cahaya yang bersinar paling jauh, bersinar paling terang di rumah.”

Kuasa yang sama itupun ada dalam diri setiap kita sebagai orang percaya seiring dengan Roh Kudus tinggal secara permanen untuk menjadi saksi bagi Kristus di tengah dunia ini. Kuasa itu membuahkan :

  • Keberanian yang tidak bisa dibendung oleh apapun (fearless unstopabble)

Kuasa Roh Kudus mengubah para murid dari yang putus asa dan dikuasai oleh ketakutan (fearful) menjadi tidak takut sama sekali (fearless). Mereka yang tadinya hancur dan bersembunyi dibalik ketakutan saat Yesus di tangkap, diadili dan disalibkan. Petrus menyangkal Sang Guru sebagai ungkapan dari sikap pengecutnya. Berubah saat Pentakosta terjadi. Roh Kudus memberikan kuasa kepada mereka yang ditandai dengan sikap berani mereka tampil di depan publik dan dengan vulgar (terang-terangan) mereka menyaksikan Kristus sebagaimana yang ditunjukkan oleh Petrus dan kesebelas rasul lainnya (Kis 2:14-40). Keberanian itu tidaklah bersifat natural berasal dari dalam diri mereka atau semacam sikap nekat yang buta. Tetapi bersifat supranatural, berasal dari adanya kuasa Roh Kudus, sehingga mereka menjadi saksi Kristus yang militan tanpa rasa takut menghadapi tantangan seberat apapun. Antusiasme mereka tidak pernah padam dan nyali mereka tidak pernah menjadi kerdil dan ciut walaupun harus berbenturan dengan kesulitan, penjara, ancaman, penganiayaan dan bahkan kematian dengan cara yang paling menyakitkan sekalipun. Hal itu dikarenakan Roh Kudus memberikan energi dinamit (dunamis) yang eksplosif dan melampaui rasa takut. Sehingga mereka tidak pernah mau dihentikan oleh apapun untuk tetap dan terus menyaksikan Kristus seperti yang ditunjukkan oleh Petrus dan Yohanes (Kis 4:13). Tekanan tidak membuat mereka berhenti. Sebab kuasa Roh Kudus tidak pernah bisa diredam oleh apapun dan memberikan keberanian untuk bersaksi (Kis 4:31).

Stefanus memberikan kesaksian nyata bagaimana kuasa Roh Kudus membuat dirinya berani dalam menyaksikan Kristus. Sekalipun ia harus menghadapi sendirian kekuatan raksasa dari kalangan pemimpin agama yang berupaya menyingkirkannya karena kesetiaannya menyaksikan Kristus. Stefanus tidak memperlihatkan kegentaran sedikitpun walau hukuman rajam menjadi taruhannya. Kunci keberaniannya menjadi martir karena hidupnya “dipenuhi oleh Roh Kudus.” (Kis 6:3). Darisanalah keberanian itu mengalir.

  • Kerelaan untuk berkorban demi Injil diberitakan  

Kita akan menjadi heran saat menemukan para rasul rela berkorban apapun asalkan Injil diberitakan. Bukan sekadar berkorban waktu, berkorban tenaga, melainkan rela mengorbankan nyawanya. Menurut catatan tradisi gereja, semua rasul, kecuali Yohanes, mati sebagai martir. Mereka rela mati sebagai saksi Kristus.  Tentu saja sikap seperti demikian dianggap aneh dan tidak biasa di tengah dunia yang egois. Kecendrungan manusia bernatur dosa selalu mengutamakan kenyamanan dan kepentingan sendiri di atas segala-galanya. Menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk meraup keuntungan diri sendiri. Memanfaatkan kuasa yang dimiliki untuk memanipulasi dan mengendalikan orang lain demi diri sendiri. Namun kuasa Roh Kudus justru sebaliknya. Kuasa itu sanggup menghancurkan kekuatan egoisme dengan segala kecendrungannya. Seperti kekuatan dinamit, sanggup meruntuhkan gedung atau bukit sebesar apapun. Demikian kekuatan dinamit Roh Kudus yang bekerja dalam diri setiap orang percaya, sanggup meledakkan apapun yang bertentangan dengan Allah (to blast out anything that is unlike God), termasuk sikap egois. Kuasa Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk peduli dan rela berkorban demi kebaikan dan berkat terbesar dapat dialami oleh orang lain sebagaimana yang Tuhan kehendaki. Hidup kita berdampak dan menjadi berkat bagi banyak orang. Tidak ada berkat dan dampak yang jauh lebih besar dan lebih penting yang dapat kita lakukan selain menyaksikan Kristus kepadanya. Dengan kata lain, kuasa Roh Kudus sanggup mengubah hidup kita menjadi semakin serupa dengan Kristus. Hidup berorientasi pada orang lain melalui sikap melayani dan rela berkorban (Flp 2:5-8; )!

Kiranya kita selalu menyadari bahwa kuasa Ilahi yang super dahsyat itu ada pada kita. Itulah yang memampukan kita sebagai orang biasa, dapat melakukan perkara yang luar biasa, yaitu menyaksikan Kristus dengan penuh keberanian dan pengorbanan. Hal itu terjadi karena Roh Kudus yang bekerja dalam diri kita. Benar sebagaimana yang dikatakan oleh Charles Spurgeon, “Segala sesuatu yang ingin dicapai dalam pelayanan tergantung pada Roh Allah yang bekerja melalui roh manusia.” Allah menyalurkan kuasa-Nya dalam hidup kita untuk menyanggupkan kita menjadi alat-Nya sebagai saksi Kristus.(DA)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apa hubungan hidup dipenuhi Roh Kudus dengan kuasa untuk menjadi saksi Kristus?

Penerapan

Bagaimana caranya agar Anda mengalami kuasa Roh Kudus yang memampukan Anda menjadi saksi Kristus?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.