Bagikan artikel ini :

How Do We Find Strength? (Bagaimana Kita Beroleh Kekuatan?)

Mazmur 46:1-11

EKSPRESI PRIBADI

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah menjadi trending topic saat ini. Dunia sedang menghadapi situasi sulit dengan adanya wabah ini. Seorang tokoh milenial Injili bernama, Trevin Wax, mencermati dan menuliskan: “Saat ini, dunia sedang mengalami suatu perendahan diri yang besar (a great humbling). Segenap pemimpin hebat dunia dan adikuasa, termasuk bidang ekonomi yang baru beberapa minggu lalu nampak meningkat seperti belum pernah terjadi sebelumnya, saat ini telah tiarap berhenti. Dengan rangkaian pasokan yang terganggu, gereja-gereja berbakti secara online, rumah sakit menambah kamar bahkan rumah sakit mendadak dibangun demi penanganan kasus-kasus baru, kios dan toko bahan makanan sehari-hari kehabisan sejumlah barang dan kebutuhan pokok, kita sedang mengalami keadaan genting dan merasakan bahayanya.” Sungguh umat manusia mendapati dirinya sederhana dan terasa tanpa daya.

Apa yang Anda renungkan dengan adanya situasi pelik saat ini? Diskusikan dalam CG Anda masing-masing!

EKSPLORASI FIRMAN

Mazmur 46 menjunjung tinggi keperkasaan Allah dan mengajak kita untuk mengandalkan-Nya di tengah ketidakstabilan dan ketidakpastian keadaan. Mazmur ini, yang biasanya dipakai dalam ibadah Israel, “Untuk pemimpin biduan... Dengan lagu... Nyanyian” (ay. 1), terdiri dari tiga bait, setiap bait diakhiri dengan “s e l a” berhenti sejenak, untuk direnungkan. Bait pertama mengungkapkan tema: keandalan Allah dalam persoalan (ay. 1-4). Bait kedua menyatakan caranya: Allah hadir menyertai (ay. 5-8). Dan, bait ketiga berbicara soal ajakan kepada peserta ibadah untuk memperhatikan karya Allah yang mulia dan nyata (ay. 9-12). Mari kita cermati satu persatu dalam setiap baitnya.

  1. Keandalan Allah dalam Persoalan (ay. 1-4)

“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti” (ay. 2). Kita yang rajin beribadah pun bisa mengalami kesesakan, tetapi Allah menjadi tempat perlindungan, kekuatan dan penolong yang pasti. “Sebab itu kita tidak akan takut” (ay. 3a). Kemudian kesesakan itu dilukiskan dengan empat “sekalipun” situasi, yaitu sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut, sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya” (ay. 3-4). Sedahsyat apapun teror atau wabah yang saat ini melanda situasi global, seharusnya kita tidak tenggelam dalam ketakutan dan kepanikan yang berlebihan, sebab Allah sungguh dapat diandalkan, dan itu “sangat terbukti” (ay. 2). Allah mengendalikan semua kejadian di muka bumi ini karena Dia berdaulat atas segala sesuatu.

  1. Allah Hadir Menyertai Kita (ay. 5-8)

Bait satu dan dua dikaitkan oleh pola kiasmus, yakni pernyataan tentang Allah sebagai “tempat perlindungan” (ay. 2) atau “kota benteng” (ay. 8). Ada gunung-gunung yang “goncang” (ay. 3) baru air laut yang “ribut” (ay. 4); bangsa-bangsa “ribut” (ay. 7), dan kerajaan-kerajaan menjadi “goncang.” Maka, dengan demikian ayat 5-6 menjadi sentral: karena hadirat Allah, kota tidak akan goncang, sebab Allah akan menolong. Kota Allah, “kota benteng,” tempat Allah hadir menyertai kita. Yang dipuja-puji sebagai tempat perlindungan adalah Allah, bukan tembok-tembok kota. Kita yang meneguhkan hati untuk berlindung di dalam naungan Allah Yang Mahatinggi, akan mengalami rasa tenang dan aman yang luar biasa. Air bah yang melambangkan kuasa kekacauan, di dalam kontrol Allah tidak lebih dari aliran-aliran sebuah sungai” (ay. 5) yang menyukakan hati. Bersyukurlah orang yang tinggal di dalam kota benteng itu, sebab ia tidak akan takut, tetapi malah akan menyaksikan demonstrasi kedaulatan Allah atas dunia ini. Janji Allah teruji bagi kita yang memuji-muji Tuhan adalah perlindungan yang menyertai kita.

  1. Karya Allah yang Mulia Membumi (ay. 10-12)

Bait ketiga (ay. 9-11) menggunakan kata kerja perintah, “Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN” (ay. 9), lalu “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” (ay. 11). Pekerjaan TUHAN dilukiskan mulai dari yang paling besar, “mengadakan pemusnahan… menghentikan peperangan,” sampai dengan yang paling konkret, “mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang” (ay. 10). Allah yang Mahabesar, sungguh mengerti dan peduli terhadap yang kecil dan sederhana. Selanjutnya adalah perintah dari Allah sendiri kepada kepada orang yang pergi untuk memandang pekerjaan TUHAN itu, untuk berdiam diri dan mengakui ketuhanan Allah. Karya keselamatan Allah bagi umat-Nya akan membawa kemuliaan nama-Nya, “ditinggikan di bumi” (ay. 11), Dialah TUHAN semesta alam, berkenan hadir menyertai kita.

Mazmur 46 ini sangat menjunjung tinggi Allah agar umat-Nya mengandalkan-Nya di tengah berbagai persoalan dan kekacauan, bahkan teror dan wabah seperti Covid-19 saat ini. Kita harus merenungkan kesaksian tentang keandalan Allah, tempat perlindungan dan sumber penyegaran di tengah kesesakan terus menerus, di dalam keadaan apapun. Mazmur 46 ini juga telah menginspirasi Martin Luther (1529) menuliskan syair lagu, "Allah-ku Benteng yang Teguh"("A Mighty Fortress Is Our God"). Manakala Luther mengalami tekanan hidup yang sungguh tak tertahankan, dikisahkan ia berujar, Marilah kita menyanyikan Mazmur 46.” Betapa janji yang luar biasa, saat dunia tidak pernah berkurang persoalannya, Tuhan Yesus telah berjanji bahwa Dia akan beserta kita sampai kesudahan zaman.[YM]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Allah seperti apa yang diperlihatkan oleh pemazmur dalam Mazmur 46?

Penerapan

Langkah konkrit apa yang dapat Anda lakukan dalam menerapkan mazmur tersebut khususnya dalam menghadapi situasi saat ini?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.