Bagikan artikel ini :

In the depth of the sea (di kedalaman laut)

Yunus 2:1-10

EKSPRESI PRIBADI

“Titik nadir” adalah saat yang paling sulit dalam perjalanan kehidupan manusia. Hidup kerapkali dilukiskan seperti roda yang berputar, maka titik nadir adalah saat seseorang berada di tempat yang paling rendah dan tergelap dalam kehidupannya. Orang sekaliber C.S Lewis dibuat frustasi dan batinnya tergoncang saat ia mengalami titik nadir berupa “kehilangan” orang yang paling dicintainya. Seperti yang ia ungkapkan dengan jujur dan terbuka dalam sebuah memoar berjudul A Grief Observed. Daud pun pernah mengalami titik nadir yang ia sebut sebagai “lobang kebinasaan” dan lumpur rawa” yang telah menyesakkan jiwanya (Mzm 40:3). “Titik nadir” seperti apa yang Anda pernah hadapi selama ini? Bagaimana Anda terlepas dari jeratnya tersebut dan mengalami pemulihan?

EKSPLORASI FIRMAN

Ketidaktaatan Yunus terhadap panggilan ilahi telah membawa dirinya semakin terpuruk hingga titik nadir. Alkitab melukiskan hal itu dengan sangat gamblang. Khususnya tampak jelas saat kita melihatnya dalam terjemahan King James, dimana penulis banyak bermain dengan kata, “down” untuk melukiskan grafik kehidupan Yunus yang melaju pesat semakin menurun. Misalnya, saat pergi ke Tarsis dan bukannya ke Niniwe, tertulis, “down Joppa.” Ketika menemukan kapal menuju Tarsis, “went down into it.” Ketika timbul badai, “Jonah had gone [down] below deck.” Tak berselang lama, ia dilempar ke laut dan ditelan seekor ikan besar; seperti yang ditulisnya, ia “sank down” to the “roots of the mountains.” Itulah titik nadir hidup Yunus. Bukan sekadar berbicara soal posisi Yunus yang sedang berada di kedalaman laut, tetapi hidupnya sedang terpuruk di titik terendah. Namun itu bukan titik akhir hidup Yunus! Justru dalam keadaan gelap dan kesendirian itulah, Yunus mengalami momentum titik balik! Di titik nadir, Yunus yang telah melarikan diri dari Allah berupaya untuk kembali kepada Allah dengan berteriak kepada-Nya meminta pertolongan. Ia melakukan apa yang sebelumnya ia tidak pernah lakukan ketika di kapal.

Yunus mengungkapkan refleksi pribadinya ketika ia tenggelam di dalam lautan melalui sebuah doa yang dipanjatkan olehnya di dalam perut ikan yang pengap dan gelap. Setidaknya dalam doanya itu Yunus menyadari dua hal penting:

Sadar akan keberdosaan dan pendisiplinan Allah

Sekalipun hanya secara tersirat, dalam doanya itu, Yunus menyadari bahwa “berhala” berupa keinginan dirinya sendiri telah membuat dirinya memilih jalan pemberontakan kepada Allah (ay. 8). Akibatnya, ketidaktaatan Yunus berbenturan keras dengan karakter Allah yang tidak mengenal kompromi dan membuahkan pendisiplinan keras Allah terhadapnya. Yunus melihat dengan jelas bahwa tangan Allahlah yang telah bekerja di balik segala sesuatu yang terjadi pada dirinya, baik itu berupa badai yang bergelora maupun para awak kapal yang melemparkan dirinya ke dalam lautan. Ketika berada di pusat lautan terdalam Yunus merasa dirinya telah berada di ambang maut (ay. 2-6; bdk Mzm 30:3). Ia akan binasa. Sebuah keadaan yang sama yang pernah dialami oleh para awak kapal ketika berada di tengah badai yang mengamuk (Yun 1:6, 14). Keadaan demikian membawa Yunus terhempas dari hadirat Allah dan mengalami keterpisahan dengan-Nya. Itulah penderitaan terdalam. Dan Yunus menyadari bahwa ia layak mendapatkannya.

Sadar bahwa keselamatan datangnya dari Allah

Yunus menyadari bahwa pengharapan itu ada pada Allah. Ia tidak bisa berbuat apapun dengan dirinya sendiri selain bertobat dan bergantung penuh kepada Allah. Sebagaimana yang ia ungkapkan dalam doanya ini. Ia mengalihkan pandangannya kepada Allah dan berseru kepada-Nya meminta pertolongan (ay. 2, 4, 7). Dan Allah tidak pernah lelah mengejar Yunus itu menjawabnya melalui seekor ikan besar yang diperintahkan untuk menyelamatkan Yunus dari kematian! Yunus menyakini bahwa Allah menyelamatkan dirinya oleh karena belas kasihan-Nya (ay 2, 6b; bdk 9b). Itulah yang membuat Yunus bersyukur. Allah masih memberikan kesempatan kedua kepadanya. Dan Yununs mengungkapkan syukurnya itu berupa nazar yaitu mendedikasikan hidup mentaati panggilan Allah (ay. 9). Tampaknya disini kita melihat bahwa Yunus bertobat. Ia bukan hanya mulai memikirkan apa yang menjadi kehendak Allah yang sebelumnya ia tidak pernah mau pikirkan tetapi menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah tersebut. Yunus menyerah terhadap kejaran Allah dan menundukkan diri kepada panggilan-Nya!

Tuhan memiliki cara untuk membawa kita kembali kepada panggilan-Nya. Terkadang Ia ijinkan kita berada di titik nadir, untuk membongkar kesombongan dan ego kita serta membuka kesadaran kita bahwa Allah adalah segalanya. Sehingga kita menyadari bahwa hidup mentaati panggilan-Nya adalah langkah yang terbaik.[DA]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apakah Yunus sudah bertobat, sehingga ia dengan sepenuh hati mentaati panggilan Allah?

Penerapan

Bagaimana Anda bisa mengetahui bahwa situasi sulit yang Anda alami sebagai bentuk pendisiplinan Allah terhadap Anda untuk kembali pada panggilan-Nya?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.