Bagikan artikel ini :

Kemenangan yang membebaskan [chain-breaker]

Roma 7:13-25

Ekspresi Pribadi

Jika kita mengetik “world’s most expensive meal” di Google, kita akan menemukan banyak list makanan yang mungkin bahkan tidak pernah kenal sebelumnya. Ramen seharga US$110 per mangkok hanyalah salah satu yang berada di entry level. Beberapa lain yang bisa ditemukan, misalnya: [1] Satu Douche Burger dari Food Truck 666 Burger untuk menikmati kombinasi rasa Kobe beef, lobster, caviar dan barbeque sauce yang dibuat dari biji Kopi Luwak dengan harga $666, [2] senampan pizza Louis XIII di Italia dilabel dengan harga $12,000, [3] Frozen Haute Chocolate, dessert dari restaurant Serendipity 3, disajikan di hadapan kita jika bersedia membayar $25,000.

Kebanyakan orang tidak bermimpi untuk menikmati makanan termahal di dunia. Tetapi, sadarkah kita bahwa sesungguhnya di meja perjamuan kudus Tuhan - kita sesungguhnya menikmati jamuan paling mahal di dunia? Sebuah jamuan yang Kristus bayar dengan nyawanya untuk membayar semua harga yang tidak mampu kita bayar untuk pengampunan dosa dan keselamatan kita. Ironisnya, banyak orang sama sekali tidak pernah menyadari betapa hebat anugerah Tuhan yang mampu membebaskan kita dari dosa. Dalam karya salib Tuhan, kita mengingat bahwa sesungguhnya kita tidak mampu lepas dari kutuk dosa, tetapi Tuhan membebaskan kita oleh kasih dan anugerahNya.

Eksplorasi Firman

Roma 7:13-25 memaparkan dengan gamblang pergumulan orang banyak tinggal di tengah dunia yang penuh dosa. Sekalipun oleh anugerah Tuhan, kita dibebaskan dari kutuk dosa dan menjadi orang merdeka; tetapi dalam kehidupan keseharian, manusia masih terus dicobai oleh dosa. Di sini Rasul Paulus berceritera tentang pengalaman hidupnya sebagai sebagai seorang Yahudi - bagaimana dulu Ia berada di bawah hukum Taurat, sebelum percaya kepada Kristus. Dulu Ia berusaha hidup menyenangkan Allah dengan menaati dan melakukan hukum Taurat dengan hikmat dan usahanya sendiri. Hasilnya, kegagalan dan kefrustrasian. Baru kemudian Ia menyadari bahwa tanpa bergantung kepada kasih karunia, kemurahan dan kekuatan Allah (Rm. 8:5) tidak mungkin seorang dapat menghidupi kebenaran.

Mengapa? Karena manusia di bawah kutuk dosa tidak mungkin menyelamatkan dirinya sendiri (ay. 13-20). Paulus berkata, “Aku bersifat daging, terjual dibawah kuasa dosa” Hukum Taurat menyadarkan manusia akan dosa yang tadinya tidak disadarinya. Tetapi, hukum Taurat membuat banyak Paulus merasa frustrasi karena kedagingannya yang masih terus dicobai oleh kejahatan. Sekalipun orang percaya berusaha melawan dosa, tetapi umumya gagal karena kuatnya dosa kedagingan menarik kita jauh dari kebenaran Tuhan.

Pada ayat 21-26, sederhananya, Paulus berkata, “Ketika aku ingin berbuat baik dan menghidupi kebenaran, ada “si jahat” dalam diriku yang menghambatku melakukannya. Dalam hatiku, aku suka akan hukum Allah (taurat), tetapi dalam dagingku adalah hukum lain yang menjadikan aku tawanan dosa. Aku celaka! Apa yang kurindukan dan apa yang kulakukan tidak berjalan seirama. Selalu ada dua sisi yang tarik menarik di dalam diriku. Dengan akal budiku aku melayani Tuhan, tetapi dengan tubuh fisikku aku masih melakukan dosa. Aku celaka! Siapa yang dapat melepaskan aku dari tubuh maut ini? Puji Tuhan! Yesus Kristus, Tuhan kita, Dialah yang dapat membebaskan aku!”

Hanya di dalam Kristus, kita mampu“mengatasi” dosa. Perjuangan melawan dosa bagi orang Kristen adalah sebuah realitas hidup setiap hari. Dari Paulus kita belajar apa yang harus kita lakukan. Ketika ia jatuh dalam dosa, tidak terus tinggal dalam dosa, tetapi ia bangkit kembali memulai kehidupan rohaninya bersama Tuhan. Ia ingat bahwa ia sudah dimerdekakan oleh Kristus dan ia tidak boleh lagi hidup dibawah kuasa dosa. Saat seperti itulah Ia berseru dan mengklaim keselamatan dari Tuhan, “Syukur kepada Allah oleh Yesus Kristus Tuhan kita” (ay. 25).

Keteladanan Paulus. Dalam kebenaran ini, Paulus bukan saja mengajarkannya kepada orang banyak. Ia sendiri mengalaminya. Ia menjadi teladan bagi kita bagaimana seharusnya hidup di tengah dunia yang penuh dosa ini. Ia menunjukkan kepada kita bagaimana hidup di tengah jatuh-bangun melawan dosa. Dalam jatuh-bangun kita melawan dosa, jangan menyerah. Apa yang kita perlu senantiasa ingat adalah bahwa Tuhan Yesus sudah mati - sudah adalah kata kuncinya - untuk menebus dosa kita. Tuhan membayar kita dengan harga yang sangat mahal, kita diberikan kuasa untuk menang atas dosa.

Pentingya mengakui dosa dan kelemahan kita. Menarik sekali menemukan bahwa Paulus - seorang rasul yang sangat dihormati - mengakui terang-terangan rasa frustrasinya akan dosa. Ia jujur sekali mengakui bahwa roh dan dagingnya berjalan tak seirama. Tidak ada yang ditutupinya untuk menjaga gengsi dan nama baiknya. Ia jujur dengan dosa dan kelemahannya, dan dari titik itulah Ia dapat belajar mengandalkan Tuhan.

Hambatan terbesar kita dalam menghidupi kekudusan adalah bahwa kita terlalu sibuk untuk terlihat baik. Hanya ketika kita belajar jujur mengakui kelemahan dan dosa kitalah, kita dapat belajar mengandalkan Tuhan. Sebagaimana perkataan Paulus, “Aku celaka! Siapa yang dapat melepaskan aku dari tubuh maut ini? Puji Tuhan! Yesus Kristus, Tuhan kita, Dialah yang dapat membebaskan aku!” Yesus Kristus adalah satu-satunya Pribadi yang mampu membebaskan kita dari dosa. Karya salib Kristus adalah satu-satunya yang mampu memberikan kepada setiap orang percaya sebuah kemenangan yang membebaskan.

Aplikasi Kehidupan

PENDALAMAN

Apa yang Anda pikirkan ketika mengetahui bahwa bahkan Rasul Paulus pun mengakui rasa frustrasinya akan dosa yang tidak mampu ia lawan sendiri? Menurut Anda, mengapa Paulus berani begitu gamblang membuka diri dan kelemahannya?

PENERAPAN

Apakah Anda memiliki keberanian untuk membuka dosa dan kelemahan Anda seperti Paulus kepada beberapa orang tertentu? Apa yang menghambat Anda untuk terbuka berbicara mengenai dosa dan kelemahan Anda? Bagaimana Anda akan menemukan sahabat atau komunitas untuk terbuka dan saling mendoakan?

Saling Mendoakan

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain