Bagikan artikel ini :

Meaningful Life (Hidup Yang Penuh Arti)

2 Korintus 6:1-10

EKSPRESI PRIBADI

Sebagai manusia yang hidup hanya sekali saja di dalam dunia ini, tentu kita ingin hidup kita berarti. Bukan hanya sekedar menjalani hidup ini saja: lahir, besar, sekolah, menikah dan kemudian meninggal. Harapan kita semua, hidup yang dijalani adalah sebuah kehidupan yang bermakna. Pertanyaan adalah apakah saat ini Anda sudah memiliki kehidupan yang berarti? Apakah kriteria hidup yang berarti? (silahkan diskusikan).

EKSPLORASI FIRMAN

Di dalam 2 Korintus 6:1-10, Paulus memberikan nasihat bagaimana seharusnya hidup seorang yang telah diselamatkan oleh Injil Kristus. Perkataan Paulus: “kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah,” mengingatkan atau bahkan menegur jemaat Korintus yang memiliki kehidupan yang tidak sesuai dengan panggilan mereka sebagai umat Allah. Bukannya mereka hidup benar dan harmonis sebagai satu tubuh Kristus, tetapi justru malah menunjukkan hidup yang penuh dengan dosa dan pertikaian.

Nah, menarik di sini, Paulus bukan hanya memberikan nasihat tetapi juga menunjukkan dirinya sebagai contoh atau teladan yang dapat diikuti oleh jemaat di Korintus. Ada dua teladan yang diberikan oleh Paulus di dalam kehidupannya yang menunjukkan bahwa kasih anugerah dan panggilannya sebagai rasul tidak menjadi sia-sia.

Pertama, tidak menjadi batu sandungan (3). Paulus tahu bahwa salah satu penghalang pemberitaan injil adalah kehidupan yang tidak menjadi berkat bagi orang lain. Karena jika ada kesalahan atau hal yang tidak benar dari apa yang dia beritakan dan yang ia lakukan, maka orang-orang lain bisa menyerangnya yang dapat berakibat kepada melemahnya pemberitaan Injil. Karena itulah, Paulus berusaha untuk tidak melakukan kesalahan di dalam pelayanannya. Bukan artinya Paulus orang sempurna, tetapi dia berusaha untuk memiliki kehidupan yang benar di hadapan Tuhan dan di hadapan manusia supaya pelayanan menjadi berkat bagi banyak orang.

Sebagai umat Allah yang sudah ditebus oleh Kristus, kehidupan kita pun seharusnya menunjukkan jati diri kita yang sesungguhnya sebagai murid Kristus. Bukan lagi hidup sebagai manusia yang lama—yang dapat menjadi batu sandungan--, tetapi memiliki kehidupan sebagai manusia yang baru, yang dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Karena Paulus sendiri menyatakan di pasal sebelumnya: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2Kor. 5:17). Ketika kita memiliki hidup yang baru dan memuliakan Tuhan, maka hidup kita menjadi hidup yang berarti bahkan menjadi berkat bagi orang lain.

Kedua, menjadi pelayan Tuhan yang sejati (4-10). Sebagai seorang pelayan yang dipanggil dan diutus oleh Allah kepada umatNya, Paulus tidak menonjolkan kehebatanya sebagai manusia tetapi dia menunjukkan betapa setianya dia melayani Tuhan walaupun banyak tantangan dan pencobaan yang ia alami. Ia tetap setia terhadap panggilan sebagai rasul dengan tetap bertahan di dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran,dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa” (4-5). Sebagai seorang rasul, ia rela menanggung semua itu demi Injil diberitakan ke seluruh dunia. Paulus juga dengan setia menunjukkan integritas sebagai seorang rasul yang tetap menunjukkan kemurnian hatinya di dalam melayani Tuhan dan menggunakan seluruh karunia yang Roh Kudus berikan di dalam kehidupannya (6). Tidak ada niat sekalipun untuk mencuri kemuliaan Tuhan walaupun kesempatan itu ada. Tetapi bagi Paulus sebagai seorang pelayan, dia rindu tetap memberikan yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan dan rindu selalu menjadi berkat bagi banyak orang (7-10).

Demikian pula seharusnya di dalam kehidupan kita. Kita harus percaya bahwa kita dipanggil bukan hanya sebagai umatNya tetapi juga pelayan-pelayanNya. Kita semua sudah dipercayakan karunia-karunia rohani untuk melayani Tuhan sebagai satu tubuh Kristus. Karena itu, milikilah sikap dan karakter sebagai pelayan sejati seperti Paulus ini. Memiliki kerelaan untuk berkorban, memiliki integritas, kesetiaan di dalam melayani dan kerinduan untuk terus menjadi berkat bagi orang-orang yang kita layani. Ketika hidup kita sungguh-sungguh sudah maksimal di dalam melayani Tuhan, maka kasih anugerah yang Tuhan berikan dalam hidup kita, tidak akan sia-sia. Bahkan hidup kita menjadi “bau yang harum dari Kristus” (2Kor. 2:15) dan menjadi “surat Kristus” yang dapat dibaca oleh semua orang.[SO]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apakah penghalang-penghalang yang berpotensi menghambat hidup Anda untuk menjadi berkat bagi orang lain?

Penerapan

Apa saja yang harus Anda lakukan untuk menjadikan hidup berarti?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.