Move on
Filemon 1:8-22
Ekspresi Pribadi
Tahun ini digelar perhelatan akbar sepakbola Piala Dunia di Rusia. Ada banyak cerita menarik dalam Piala Dunia, salah satunya di Piala Dunia Brazil 1950. Sebagai tuan rumah, tentu saja warga Brazil mengharapkan negaranya juara, namun bukan mereka yang juara, karena tim nasional Brazil kalah di final. Seluruh Brazil berduka dan yang dianggap sebagai biang kekalahan adalah kiper mereka yang bernama Moacir Barbosa. Dia dianggap tidak becus menjaga gawangnya sehingga negaranya kalah, sejak saat itu sampai akhir hidupnya, Barbosa dianggap musuh bangsa, tidak ada pengampunan untuknya, hidupnya begitu sulit. Puluhan tahun sudah lewat namun tidak ada maaf untuknya. Sewaktu hidupnya Barbosa pernah mengungkapkan kepedihan hatinya “30 tahun adalah hukuman penjara paling lama di Brazil, tetapi saya seperti dipenjara selama 50 tahun” Kalau dikaitkan dengan kehidupan Anda, pernahkah Anda mengalami sulitnya mengampuni seseorang?
Eksplorasi Firman
Kisah di Filemon adalah bagaimana orang Kristen belajar untuk mengasihi dan mengampuni. Onesimus adalah seorang budak yang pernah bekerja pada Filemon, tetapi dia pernah mengecewakan Filemon, hampir sebagian besar penafsir mengatakan Onesimus mencuri dan dia melarikan diri, entah dia mencuri uang atau barang berharga milik keluarga Filemon, tetapi itu menimbulkan kekecewaan yang mendalam bagi Filemon. Sampai Paulus menuliskan surat ini, supaya Filemon dapat menerima Onesimus kembali. Kalau dilihat dari sudut pandang Filemon ini tentu bukan hal yang menguntungkan baginya, tetapi Paulus mengajak melihat dari sudut pandang Tuhan.
Paulus melihat bukan satu kebetulan ketika Onesimus melakukan kesalahan besar dan dia kabur lalu bertemu dengan Paulus. Dia mengatakan “karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya” (ay 15) Maksudnya adalah bukan Tuhan yang menghendaki Onesimus berbuat jahat, tetapi sekalipun dalam pandangan manusia adalah hal buruk, kadang kala Tuhan dapat memakainya untuk kebaikan. Sekalipun pada saat itu dalam pandangan Filemon, kehadiran Onesimus adalah kerugian besar, tetapi ketika dia kabur, Tuhan pertemukan dia dengan Paulus, sehingga Onesimus bisa percaya Tuhan dan Tuhan memakai orang yang sama ini untuk pekerjaan Tuhan. Dengan dasar melihat apa yang terjadi dari sudut pandang Tuhan, maka Paulus meminta 2 hal besar dari Filemon: pertama menerima kembali Filemon. Dan kedua menerimanya bukan sebagai hamba, tetapi jauh dari pada itu yaitu sebagai saudara yang kekasih, seperti yang Paulus sudah lakukan juga. Mengasihi saja tidak mudah untuk Filemon, apalagi menerimanya sebagai saudara, menjadi sejajar dengan dirinya.
Ini suatu tantangan besar untuk Filemon, saatnya dia membuktikan kasihnya. Ada beberapa keterangan yang mengatakan Filemon adalah orang yang penuh kasih, di dalam ayat 5 Filemon mengasihi saudara-saudara seiman. Lalu ayat ke 7 dan 9 Paulus sendiri mengatakan dia merasakan Filemon juga mengasihinya. Sekarang
bukan orang yang sudah mengasihi dia yang harus dikasihi tetapi yang sudah merugikannya, mengampuni dan menerimanya. Banyak orang Kristen tahu tentang ajaran mengampuni, tetapi mempraktekkannya tidak pernah mudah, apalagi untuk orang-orang yang dengan sengaja menyakitinya. Namun Tuhan Yesus mengajarkan pengampunan seperti ini “dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang - orang yang mengasihi mereka” (Luk.6:32)
Pertanyaannya bagaimana sikap Filemon akhirnya? Jika kita membaca dalam bagian awal dari surat ini ada 2 alamatnya pertama untuk Filemon. Kedua adalah Apfia dan Arkhipus (Kol.4:17) yang adalah jemaat Kolose yang ada di rumah Filemon. Paulus mau bukan hanya Filemon saja yang belajar tentang mengasihi, tetapi seluruh jemaat yang ada di sana. Bagaimana ending dari kisah ini, apakah happy ending atau sad ending? Akhirnya adalah Happy Ending. Kita bisa mengetahuinya dengan membacanya di dalam Kolose 4:9 “Ia kusuruh bersama-sama dengan Onesimus, saudara kita yang setia dan yang kekasih, seorang dari antaramu” ada frasa saudara kita dan seorang dari antaramu, dia telah diterima kembali oleh Filemon, bukan sebagai budak tetapi sebagai saudara, menjadi bagian dalam pekerjaan Kristus.
Orang di luar Kristus tidak akan memahami dan tidak akan sanggup melakukan kasih seperti ini, karena belum mengalaminya, maka itu suatu kemustahilan. Kita mungkin pernah mengalami peristiwa yang menyakitkan atau dikhianati oleh orang lain, bahkan orang yang terdekat dengan kita, sehingga kita sulit mengampuninya. Namun ingatlah, kita bisa mengampuni karena ada kasih Tuhan Yesus yang sudah kita terima lebih dahulu, ketika kita tidak layak untuk menerimanya. Asli atau tidaknya kasih seorang Kristen teruji ketika harus mengampuni dan menerima seseorang yang sudah pernah mengecewakan.
Aplikasi Kehidupan
PENDALAMAN
Haruskah kita mengampuni orang yang sudah menyakiti atau mengkhianati kita? Apakah dasar pengampunan itu?
PENERAPAN
Langkah konkrit apa yang akan Anda lakukan untuk bisa mengampuni orang yang sudah mengecewakan Anda?
Saling Mendoakan
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain