Bagikan artikel ini :

One By One (Satu Demi Satu)

Kisah Para Rasul 9:1-19

EKSPRESI PRIBADI

Dalam bukunya yang berjudul Why I Am Christian, John Stott menegaskan di bagian awal dan sekaligus menjadi premis dari pemikirannya bahwa seseorang menjadi Kristen semata-mata bukan karena faktor keturunan-dilahirkan dari keluarga Kristen, bersekolah di sekolah yang berlandaskan kekeristenan, berasal dari negara yang mayoritas Kristen. Sekalipun faktor-faktor itu memiliki peran yang sangat penting dan berpengaruh dalam mewarnai perjalanan hidup seseorang menjadi Kristen, tetapi itu bukanlah faktor utamanya. Itu hanya mengisi sisi luarnya saja. Namun sisi dalamnya adalah karena Kristus telah mencari dan menemukan dirinya secara personal sehingga ia mengambil keputusan untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Kristus dalam iman kepercayaan, dan bukan karena ia yang telah menemukan Kristus.

Setiap anggota CG dipersilahkan untuk mengsharingkan awal perjalanan kekeristenannya, bagaimana ia menjadi seorang Kristen. Bagaimana pertobatan itu terjadi dan dalam peristiwa seperti apa hal itu terjadi? Ceritakanlah!

EKSPLORASI FIRMAN

Kisah Para Rasul 9:1-19 menyajikan sebuah adegan dramatis yang sangat penting dan menentukan dalam kehidupan Paulus. Perjumpaannya dengan Tuhan Yesus yang telah bangkit [bdk. 1Kor. 9:1; 15:8] dalam perjalanannya menuju Damsyik, 100 mil di sebelah utara Yerusalem, telah menjadi sebuah momentum yang mengubahkan. Pada titik itulah Paulus mengalami pertobatan. Ia tidak lagi menjadi sama seperti sebelumnya. Lebih dalam dari sekadar perubahan nama dari Saulus menjadi Paulus. Setidaknya ada dua hal penting terkait dengan momentum perjumpaan (encounter) tersebut

Perjumpaan yang diinisiasi Kristus yang mencari oleh karena rahmat-Nya

Bagi Paulus peristiwa itu tentunya mengejutkan. Sebuah interupsi yang terjadi mendadak, tanpa terpikirkan sebelumnya, telah menghentak laju langkah kakinya dan mengganggu agenda misinya untuk menangkap dan menganiaya pengikut Jalan Tuhan di sinagoge-sinagoge kota Damsyik secara agresif hingga tanpa ada yang tersisa. Seketika itu juga Paulus di paksa berhenti untuk masuk ke dalam suatu ‘perhentian ilahi’ dimana Kristus menampakkan Diri di dalam kemuliaan-Nya yang menyilaukan di hadapannya (ay. 3; bdk. 22:6; 26:13). Tanpa daya, Paulus pun rebah di hadapan-Nya, Pribadi yang selama ini menjadi objek sasaran utama dari amarah kebenciannya yang ia ungkapkan melalui penganiayaan secara membabi buta terhadap pengikut-Nya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Kristus sendiri akan adanya kesatuan yang tak terpisahkan antara Diri-Nya dan para pengikut-Nya, sehingga penganiayaan Saulus merupakan serangan langsung terhadap Kristus [ay. 5; bdk. Mat. 10: 18-22; 18:5,6]. Namun saat itu, justru Kristus sendiri yang mendatangi dirinya, memburu dan menangkapnya. Hughes dalam komentarinya yang berjudul Acts: The church afire, menyebut Paulus sebagai “the Hunter Hunted” dan pengalaman yang dialami Paulus disebut sebagai ‘perburuan ilahi’ (the divine hunt). Dengan demikian, perjumpaan dengan Kristus yang bagi Paulus tampaknya dadakan itu sesungguhnya adalah puncak dari proses panjang pencarian, pemburuan dan penangkapan Paulus yang dilakukan Kristus (bdk. Kis. 26:14; Flp 3:12). Tentunya, inisiatif itu dilandasi oleh karena rahmat-Nya. Sebab bagaimanapun, sulit untuk dipahami, seorang penganiaya, pemberontak sekaliber Paulus justru mengalami kesempatan untuk mengalami momentum pertobatan sedramatis itu jika bukan karena kasih karunia Ilahi (Gal. 1:15; Flp. 3:6; 1Kor. 15:9-10; 1Tim. 1:15-16). Betapa berharganya satu jiwa yang terhilang di mata Kristus yang mengasihinya, sehingga Ia mengejar dan menangkapnya melalui sebuah peristiwa yang sangat personal (ay. 3; bdk. Kis. 26:9 dan ay. 4 penyebutan nama ‘Saulus,’ ‘Saulus’). Seperti yang digambarkan dalam perumpamaan tentang domba yang hilang, sang gembala rela meninggalkan 99 domba lainnya demi mencari satu dombanya yang hilang sampai ia menemukannya (Luk. 15:1-7). Itulah yang Kristus lakukan, Ia datang ke dalam dunia, menerobos batasaan ruang dan waktu serta lorong yang paling kelam demi mencari dan memburu mereka yang terhilang supaya mengecap anugerah keselamatan.

Perjumpaan yang mengubahkan untuk menjadi alat misi Kristus

Perjumpaan dengan Kristus berdampak radikal bagi hidup Paulus. Bukan sekadar nasib kekalnya yang berubah melainkan juga, orientasi, tujuan dan arah hidupnya pun berubah arah. Hidupnya yang sekarang, pasca perjumpaan, adalah milik Kristus yang harus dinafasi hanya untuk menjalankan misi-Nya. Sebab untuk itulah seorang Paulus di pilih dan ditangkap, yaitu untuk memberitakan Injil bagi bangsa non-Yahudi, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.” (Kis. 9:15; bdk. 13:2; Rm. 1:1; 11:13; Gal. 1:15-17). Allah memilih Paulus untuk menjadi alat-Nya yang efektif dalam menjangkau jiwa-jiwa yang tersesat. Sehingga melalui kehidupannya yang digerakkan oleh misi Allah, banyak jiwa dimenangkan melalui pemberitaan Injil yang dilakukannya secara agresif dan militan, dari satu tempat, ke tempat yang lain. Sehingga melaluinya, perubahan besarpun terjadi atas orang-orang yang menerimanya dengan iman. Kehidupan Paulus benar-benar merefleksikan sebuah profil saksi Kristus yang giat menggemakan suara Injil tanpa mengenal lelah dan tanpa ada satupun yang dapat membendungnya. Itulah tujuan Paulus di tangkap oleh Kristus, adalah untuk menangkap banyak jiwa demi Kristus. Diburu untuk bergabung bersama dengan Sang Pemburu berpartisipasi dalam ‘misi pemburuan’ jiwa-jiwa yang tersesat. Disini kita melihat dengan gamblang bahwa kasih karunia yang telah menyelamatkannya tidak serta merta berhenti demi kenyamanan dan kepentingan dirinya sendiri, tetapi untuk menjadi saluran berkat yang menjangkau banyak orang. Sebagaimana yang disaksikan oleh John Newton yang telah menerima kasih karunia Ilahi secara berlimpah [abundant grace]. Namun, tidak berhenti sampai di situ, kasih karunia yang telah memenuhi hidupnya itu [the rich grace of God] tumpah kepada banyak kehidupan melalui karyanya, pelayanannya, kesaksiannya sebagai saksi Kristus yang berdampak luas dan mengubah banyak orang. Profil kehidupannya sebagai saksi Kristus di tuangkan di atas batu nisannya, tertulis “John Newton, pejabat, seorang yang dahulunya penentang Kristen dan penganut kebebasan yang oleh anugerah yang kaya dari Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus, dijaga, dibaharui, diampuni dan diurapi untuk memberitakan iman yang dahulu sangat berusaha dihancurkan olehnya, hampir 16 tahun di Olney di Bucks dan 28 tahun di gereja ini.”

Ingatlah selalu, ketika Anda ditangkap oleh Kristus di dalam pelukan rahmat-Nya yang ajaib, kehidupan yang kompatibel untuk dihidupi sekarang ini adalah kehidupan yang misional sebagai ‘penjala manusia,’ untuk memenangkan banyak jiwa melalui Anda![DA]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Bagaimana seseorang itu bisa mengalami pertobatan dan menjadi Kristen?

Penerapan

Tindakan apa yang Anda lakukan untuk menjangkau jiwa-jiwa di sekitar Anda melalui pemberitaan Injil?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.