The New Mindset (Cara Pikir Baru)
Filipi 4:8-9
EKSPRESI PRIBADI
Istilah "new normal" atau normal baru akrab didengar beberapa waktu belakangan ini. Istilah tersebut secara sederhana merujuk pada pola hidup baru dalam menghadapi pandemi Covid-19. Bukan hanya kita dituntun memiliki cara hidup baru di tengah masyarakat, keluarga dan pekerjaan, tetapi kita juga dituntut mempunyai kebiasaan baru, dan pastinya harus mempunyai cara pikir yang baru. Sebagai contoh di tengah perekonomian yang sulit, jika kita hanya meratapi maka yang terjadi kita akan terus berpikiran negatif dan pada akhirnya menyerah dengan keadaan. Tetapi tidak demikian kita sebagai anak-anak Tuhan, Dia memberikan kita hikmat agar kita mempunyai ide-ide kreatif untuk bisa bertahan dan berjuang menghadapi kondisi. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda seringkali jatuh di dalam pemikiran negatif dan menyerah di tengah keadaan yang sulit?
EKSPLORASI FIRMAN
Secara umum, berpikir positif itu sangat baik, karena menolong kita untuk menjaga diri dan tindakan kita kepada orang lain. Mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif sangat penting karena hal itu akan berdampak dalam kehidupan kita. Pikiran kita dapat menentukan setiap perkataan dan tindakan kita. Bila yang ada dalam pikiran kita adalah hal-hal yang positif maka hal-hal yang baik akan terjadi. Sebaliknya, jika kita memiliki pemikiran negatif akan sangat merugikan diri kita sendiri; rasa kuatir, takut, cemas, putus asa dan sebagainya akan bermunculan di dalam diri kita.
Lebih dari itu Rasul Paulus di dalam Filipi 4:8-9, bukan hanya mengajak kita untuk memiliki pemikiran yang positif, tetapi juga memiliki pemikiran yang sesuai dengan Firman Tuhan, yang terarah kepada Kristus. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Filipi sebagai berikut: "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Fil. 4:8). Ini adalah sebuah anjuran yang sangat penting, karena mengingatkan kita untuk mendasari pikiran kita dengan segala hal-hal yang positif. Perhatikanlah ketika Rasul Paulus menuliskan hal ini, dia sendiri sebenarnya sedang dalam keadaan yang jauh dari ideal. Paulus tengah di penjara pada saat itu. Ia punya segudang alasan untuk mengeluh, merasa kecewa atau bahkan menyalahkan Tuhan, setidaknya ia punya alasan untuk tidak melayani buat sementara waktu. Dan mungkin kita akan maklum jika ia melakukan itu, karena kita pun mungkin akan berbuat hal yang sama pada saat kita berada dalam keadaan sulit. Namun Paulus tidak mau membiarkan pikirannya dikuasai oleh hal-hal negatif. Dia menolak untuk terjebak. Meski situasi sedang buruk, Paulus tetap memancarkan ungkapan-ungkapan sukacita dan terus mengingatkan jemaat-jemaat lewat surat-suratnya agar tidak pernah menyerah dan kehilangan harapan. Rasul Paulus terus menggugah hati orang lain untuk tetap berpikir positif, meski situasi yang dihadapi semuanya berlawanan dengan itu sekalipun.
Hal apa yang membuat Paulus bisa memiliki pemikiran seperti demikian?
Pertama, memahami dan percaya akan kehendak-Nya. Kenapa Paulus bisa dengan yakin mengajak jemaat Filipi untuk tetap memiliki keteguhan hati, bersukacita (ay.4) dan untuk tetap tidak kuatir (ay. 6)? Karena Paulus belajar memahami dan percaya akan kehendak Tuhan dalam dirinya adalah baik adanya. Setelah Paulus memberikan nasihat terakhirnya, dia menutup suratnya dengan mengajak jemaat Filipi dan setiap kita sebagai pembaca untuk tetap memiliki pikiran yang “benar” yang berarti tetap sesuai dengan kebenaran Firman, percaya kepada Firman Tuhan sebagai kebenaran untuk kita bisa memahami segala kejadian yang terjadi dalam hidup kita. Yang “mulia” menekankan bahwa di dalam segala peristiwa yang kita alami pun tetap memiliki tujuan untuk memuliakan Dia dan pastinya yang terbaik untuk kita. Yang “adil” berbicara mengenai, bahwa Dia adalah Tuhan yang adil, yang pastinya ketika banyak orang yang mungkin menyakiti kita, menganiaya kita sekalipun, kita harus tetap menunjukan kasih Kristus, karena penghukuman dan pembalasan adalah hak nya Tuhan. Sebaliknya, Rasul Paulus mengajak kita untuk memikirkan “hal yang manis” (segala kebaikan ditengah penderitaan), “semua yang sedap di dengar” (menyaksikan pertolongan Tuhan dalam hidup kita kepada banyak orang), “semua yang disebut kebajikan” (untuk tetap menjadi berkat walaupun keadaan sulit) dan “semua yang patut dipuji” (terus menjadi teladan iman bagi banyak orang). Kita diajak untuk tidak fokus kepada masalah yang sedang terjadi, tetapi selalu bertanya kepada Tuhan, apa yang Tuhan ingin kita kerjakan di tengah pergumulan/permasalahan yang kita sedang atau akan kita alami.
Kedua, mengerjakan apa yang kita pikirkan. Kata “lakukanlah itu” menjadi penegasan dan perintah bagi setiap kita bahwa Roh Kudus tidak hanya memperbaharui pikiran kita, tetapi mengubah kehidupan kita, bukan hanya untuk dipikirkan dan memikirkan, tetapi juga untuk action (bertindak). Dan terakhir, Rasul Paulus mengingatkan kita juga bahwa Allah sang sumber damai sejahtera akan senantiasa menyertai kita untuk menghadapi, melewati masa-masa sulit sekalipun. Tetap percaya dan senantiasa bersyukur di dalam segala keadaan yang kita sedang alami. Kiranya Tuhan memenuhi pikiran kita dengan firmanNya setiap hari.[SA]
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Sudahkah pikiran Anda diubahkan dan dipenuhi dengan pikiran yang baik ketika kita menghadapi setiap pergumulan? Berikanlah contohnya sebagaimana yang Anda alami.
Penerapan
Apa yang membuat Anda selalu berpikiran negatif dan mudah menyerah? Dan bagaimana Anda mengatasinya selama ini?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.