Bagikan artikel ini :

The woman who gives the best

Lukas 21:1-4

EKSPRESI PRIBADI

Seorang peternak berkata kepada istrinya bahwa ia ingin memberi persembahan seekor anak sapi untuk pekerjaan Tuhan. Beberapa hari kemudian induk sapi pun melahirkan dua ekor anak. Peternak itu bingung dan berpikir anak sapi manakah yang akan diberikan kepada Tuhan. Seminggu kemudian daerah itu diserang wabah penyakit ternak. Salah satu dari kedua anak sapi itupun terjangkit penyakit dan mati. Ketika peternak itu mendapati anak sapinya mati, ia segera memberitahukan istrinya bahwa sapi yang mau dipersembahkan untuk Tuhan itu mati. Isterinya pun heran dan bertanya: "Bukankah engkau belum memutuskan sapi mana yang hendak kau persembahkan?" Suaminya menjawab, "Kemarin memang belum kuputuskan, tetapi tadi ketika aku berada di kandang telah kuputuskan bahwa yang mati itu adalah sapinya Tuhan." Betapa sering kita berlaku seperti peternak itu bukan? Kita berdoa minta berkat yang terbaik dari Tuhan namun ketika diberkati, kita mengambil yang terbaik untuk diri sendiri dan menyerahkan yang kurang baik atau yang cacat atau bahkan tidak pernah memberi untuk Tuhan (Mal. 1:5-8). Apakah itu sikap yang pantas? Apakah Anda sudah memberikan yang terbaik untuk Tuhan?

EKSPLORASI FIRMAN

Teks ini menceritakan Yesus yang memberikan pelajaran tentang bagaimana Allah menilai persembahan yang kita berikan dan mengajarkan sikap memberi persembahan yang benar. Ada tiga belas kotak persembahan yang disediakan di Bait Allah guna menampung persembahan orang yang beribadah di sana. Uang tersebut untuk membiayai berbagai keperluan di Bait Allah termasuk membantu orang miskin. Tuhan Yesus melihat orang-orang kaya memberi dalam jumlah yang banyak, sementara seorang janda miskin memberi hanya dua peser. Tetapi bukan orang-orang kaya yang dipuji Yesus, melainkan janda miskin ini. Sebenarnya apa yang salah dari pemberian orang-orang kaya pada waktu itu? Apa yang dapat kita pelajari dari Lukas 21:1-4?

  1. Tuhan Yesus melihat setiap persembahan yang kita berikan (ayat 1-2).

    Walaupun sangat sibuk melayani, Yesus masih meluangkan waktu untuk melihat orang-orang memberi persembahan di Bait Allah. Itu tandanya Dia sangat peduli dan menganggap penting soal uang dan persembahan. Yesus melihat orang-orang kaya dan seorang janda miskin sama-sama memberi persembahan. Bedanya, orang-orang kaya memberi dalam jumlah yang besar, sedangkan janda miskin itu hanya memberi dua peser. Peser adalah (Yunani: lepta/lepton) mata uang terkecil dari uang logam Yahudi yang beredar waktu itu. Satu dinar senilai dengan 128 lepta, upah sehari untuk seorang pekerja. Jadi yang dipersembahkan sang janda miskin itu bernilai 1/64 upah sehari seorang pekerja. Hal ini menunjukkan betapa miskinnya janda itu. Namun ia tetap setia memberi bahkan seluruh nafkah hidupnya dan itu dilihat Yesus. Mata Tuhan mengawasi setiap hal yang kita kerjakan termasuk memberi persembahan (Ams. 15:3). Karena itu, ketika kita mempersembahkan uang, waktu, talenta dan sebagainya, janganlah memberi dengan terpaksa, tetapi dengan tulus, sukacita dan rasa syukur kepada Tuhan (2Kor. 9:6-8).
     
  2. Tuhan Yesus menilai motivasi kita dalam memberi persembahan (ayat 3-4).

    Janda miskin ini memberi "lebih banyak" kata Yesus. Mengapa? Alasan pertama, bukan lebih banyak dalam kuantitas, tetapi lebih banyak dalam kualitas pengorbanan. "Sebab orang kaya memberi dari kelimpahannya tetapi janda ini memberi dari kekurangannya atau seluruh nafkah hidupnya (ayat 4). Pengorbanan adalah suatu ukuran yang lebih baik tentang di mana hati kita berada. "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (Luk 12:34). Yesus bukan tidak menghormati persembahan orang kaya, tetapi Dia mengetahui isi hati mereka. Meskipun orang kaya memberi lebih banyak, namun mereka masih memiliki banyak kelimpahan sehingga hatinya akan mudah berada di sisi hartanya. Tetapi Janda ini berkorban bagi Tuhan dan tidak menyisahkan sedikit pun tempat dihatinya bagi uang. Hatinya berharap dan bergantung mutlak kepada Tuhan daripada kepada uangnya. Jadi, nilai pemberian tidak diukur dari jumlahnya melainkan dari jumlah pengorbanannya. Mari kita memberikan terutama hati kita dan berikutnya juga uang kita kepada Tuhan. Kedua, karena Tuhan Yesus menilai motivasi sang pemberi persembahan. Sebenarnya salahkah memberi dalam jumlah yang besar? Tentu saja tidak! Yesus tahu motivasi mereka yang memberi dalam jumlah besar, yaitu supaya dipuji dan dihormati orang (Mat. 6:1-4). Sedangkan motivasi janda ini memberi karena ia sangat mengasihi Tuhan dan itu menyatakan ketaatan serta ibadahnya yang sejati (Rm. 12:1-2). Apakah itu berarti jumlah persembahan tidak penting? Tentu saja penting! Seperti kata orang bijak, "Jumlah tidak dengan sendirinya mencerminkan hati. Tetapi hati yang mengasihi Tuhan selalu tercermin dengan jumlah persembahan." Semakin besar hati Anda mengasihi Tuhan, semakin besar pula kerelaan dan sukacita Anda memberi dalam jumlah yang besar dan pengorbanan untuk pekerjaan Tuhan. Mari kita memberi dengan motivasi yang benar. Bukan bermotifkan kesombongan agar dipuji dan dihormati. Bukan pula demi ketamakan dan mengharapkan balasan Tuhan berupa materi yang berlipat ganda, tetapi karena mengasihi dan bersyukur kepada Tuhan yang lebih dulu mengasihi kita dan mengorbankan nyawa-Nya menebus dosa kita [SL]

APLIKASI KEHIDUPAN

(PROFIL MURID : KRISTUS, KARAKTER, KOMUNITAS, KELUARGA & KESAKSIAN)

Pendalaman

Apakah yang menjadi dasar penilaian Tuhan Yesus bahwa Janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang kaya itu?

Penerapan

Apa komentar Yesus jika melihat dan menilai persembahan Anda saat ini? Langkah konkrit apakah yang Anda lakukan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.