Bagikan artikel ini :

With All Boldness, Without Hidrance (Dengan Seluruh Keberanian, Tanpa Halangan)

Kisah Para Rasul 16:16-34

BAHAN CARE GROUP

Ada dua ekstrem dalam hidup manusia. Ekstrem pertama adalah menjadi seragam dengan semua orang sehingga sama sekali tidak menonjol (uniformity). Tidak heran seseorang ingin menjadi sama dengan lingkungan sekitarnya. Keseragaman menawarkan keamanan di dalam suatu masyarakat sosial. Tidak heran dalam film-film science fiction, salah satu ciri-ciri masyarakat yang dystopian adalah homogenitas dan keseragaman. Mereka yang tidak seragam akan diasingkan, diburu, bahkan dimusnahkan oleh pemerintahan. Cara berpikir uniformity seperti ini umumnya ditekankan dalam budaya timur, khususnya negara seperti Jepang, yang sangat kolektifis dan komunal.

Ekstrem yang kedua adalah “just be yourself” atau menjadi diri sendiri. Seseorang dapat sebebas-bebasnya mengekspresikan dirinya dan menjadi seberbeda mungkin dengan orang lain (uniqueness). Di masa modern ini, tidak hanya remaja berusia 12-18 tahun, bahkan muda-mudi berusia sampai dengan 30 tahun masih saja mencari jati dirinya dan keunikannya dibandingkan yang lain. Akibatnya, kadang kala mereka tidak takut melakukan hal yang seringkali melawan norma, misalnya seks bebas dan tatoo. Cara berpikir uniqueness seperti ini umumnya dutekankan dalam budaya barat seperti Amerika Serikat yang masyarakatnya sangat individualis.

Sebagai orang Kristen, dimanakah kita harus berpijak? Perlukah kita takut menjadi berbeda? Ataukah kita seharusnya berani menjadi diri sendiri meski hal tersebut kadang melanggar norma-norma tertentu?

EKSPLORASI FIRMAN

Di dalam Kisah Para Rasul 16:16-34, Rasul Paulus serta rekannya, Silas, memberikan jawaban bagaimana seseorang harus memposisikan dirinya. Secara singkat, jawabannya adalah: baik cara berpikir timur (uniformity) yang kolektivis karena takut berbeda maupun cara berpikir barat (uniqueness) yang individualis karena ‘semau gue’ sama-sama salah.

 

  1. Berbeda dengan Dunia
    Di dalam bagian ini, kita membaca bagaimana Paulus dan Silas dianiaya dan dipenjara, bukan karena mereka melakukan tindak kriminal, tetapi justru karena mereka melepaskan seorang budak perempuan yang diperalat majikannya sebagai ahli tenung dari roh jahat dalam dirinya. Namun di malam tersebut Paulus dan Silas malah menyanyi puji-pujian kepada Tuhan. Bahkan, ketika terjadilah gempa yang melepaskan mereka dari belenggu, mereka tetap tidak mau pergi. Pada akhirnya, ketika kepala penjara akan bunuh diri, mereka justru mewartakan Injil kepadanya?
    Sekarang coba pikirkan: mana ada orang waras yang memuji Tuhan sesudah mengalami penganiayaan? Mana ada orang waras yang mau tetap diam di penjara padahal ia tidak bersalah? Mana ada orang yang mau mewartakan kabar baik kepadaa orang yang telah berbuat jahat kepadanya? Namun, inilah yang dilakukan Rasul Paulus dan Silas, sesuatu yang sangat berbeda dari dunia!
  2. Seragam dengan Kristus
    Tetapi, apakah ini berarti mereka adalah orang-orang yang semau gue dengan pemikiran individualis ala dunia barat? Tidak juga! Memang mereka berbeda dari dunia, tetapi mereka serupa dan melakukan yang sama seperti Tuhan Yesus Kristus yang mereka beritakan. Mereka mengampuni kepala penjara tersebut, memberitakan firman Tuhan, dan membaptis ia dan seluruh keluarganya.

2 solusi yang ditawarkan dunia tidak menyelesaikan masalah identitas kita sebagai manusia yang dijadikan menurut gambar dan rupa Allah. Kedua solusi, baik uniformity maupun uniqueness, hanya akan lebih jauh mendistorsi gambar dan rupa Allah tersebut. Uniformity membuat kita “menjadi serupa dengan dunia ini” (Rom. 12:2). Tetapi uniqueness membuat kita menjadi orang-orang yang sama sekali tidak bisa diatur, dengan kata lain menjadi orang-orang yang lawless atau pelanggar hukum (1 Yoh, 3:4).

Namun di dalam Kristus, kita menemukan solusi bagaimana seharusnya kita hidup. Kita tidak boleh menjadi uniform dengan dunia, tetapi ini tidak berarti kita boleh asal berani ‘semau gue’ dan ‘menjadi diri sendiri’. Jargon-jargon seperti ini biasanya dipakai anak muda untuk menjadi unik. Namun, bukannya menjadi unik, pada akhirnya mereka harus melihat kawan-kawan sebayanya untuk menjadi “unik”. Pada akhirnya, tidak ada yang benar-benar unik. Tidak ada yang benar-benar “berani benda”. Yang benar-benar “berani beda” justru adalah mereka yang melakukan seturut yang Kristus lakukan dan memberitakan kebenaran serta kasih, tidak hanya sekedar melalui kata-kata, tetapi yang terutama melalui perbuatan, sebagaimana diteladankan Rasul Paulus dan silas dalam bagian ini. Inilah yang seharusnya menjadi pola hidup orang Kristus.(DO)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Bagaimana cara Paulus dan Silas menunjukkan bahwa mereka adalah pengikut-pengikut Kristus dalam Kis. 16:16-34? Bagaimana tindakan mereka yang berbeda dengan dunia membuat si kepala penjara menjadi percaya?

Penerapan

Adakah hal-hal yang dapat Anda lakukan yang menunjukkan bahwa Anda adalah murid Kristus yang serupa dengan-Nya dan berbeda dengan dunia? Bagaimanakah Anda memperoleh keberanian untuk melakukannya?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain