Bagikan artikel ini :

Working On Family Transformation (Mengerjakan Transformasi Keluarga)

Kejadian 8:6-9:2

EKSPRESI PRIBADI

Seorang pemuda sangat sedih dan menangis ketika mendengar kabar bahwa ayahnya sudah meninggal dunia dan belum sempat percaya kepada Tuhan Yesus. Dia menangis bukan hanya karena kehilangan sang ayah, tetapi karena menyesal sebab dia belum pernah membagikan berita Injil kepada ayahnya. Sebab dia tidak akan pernah berjumpa kembali dengan ayahnya di surga kelak. Tentu saja kita tidak ingin mengulang pengalaman yang sama dengan pemuda di atas bukan? Karena itu, selama masih ada kesempatan maukah Anda mengerjakan transformasi di dalam keluarga Anda, supaya keluarga Anda beroleh hidup yang kekal di surga? Kapan terakhir kali Anda memberitakan Injil kepada keluarga dan teman-teman Anda? Apa saja tantangan yang dihadapi ketika Anda membagikan berita Injil? Bagaimana solusinya dan apa hasilnya? Bagikan pengalaman Anda di dalam care group Anda!

EKSPLORASI FIRMAN

Untuk mengerjakan transformasi dalam keluarga tidaklah mudah. Itu membutuhkan usaha, ketekunan, perjuangan, pengorbanan dalam memberitakan Injil dan doa yang tekun. Namun Nuh berhasil mengerjakan transformasi dalam keluarganya, khususnya dalam hal menyelamatkan keluarganya dari kebinasaan akibat air bah. Bagaimana caranya Nuh mengerjakan transformasi dalam keluarga?

Langkah pertama, untuk mengerjakan transformasi keluarga dibutuhkan anugerah Allah. Kejadian 6:8, mengatakan, “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.” Walaupun Allah murka dengan semua orang lain di dunia, namun Nuh mendapat kasih karunia Tuhan. Kata “kasih karunia” dalam istilah Ibrani “hen” atau Yunani “charis” (grace) artinya: pemberian, hadiah dan kemurahan hati Allah kepada manusia padahal manusia tidak layak menerimanya. Jadi, Nuh mendapat “perkenanan atau penerimaan” Allah sehingga dia dan keluarganya tidak turut dibinasakan dan itu bukan karena kebaikan mereka tetapi oleh anugerah Allah (bdk. Ef. 2:8-9). Penganugerahan kasih karunia Allah kepada Nuh menunjukkan bahwa pada hari-hari yang akan datang masih ada kehidupan dan harapan yang baru bagi umat manusia. Demikian juga kita membutuhkan anugerah Allah untuk mengerjakan transformasi dalam keluarga. Karenanya, kita perlu senantiasa tekun berdoa untuk anggota keluarga kita, teman-teman kita dan semua orang agar Tuhan dalam anugerah-Nya mencelikkan mata rohani dan menggerakkan hati mereka untuk mendengar dan menerima berita Injil serta percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Langkah kedua, untuk mengerjakan transformasi keluarga, kita harus sungguh-sungguh beriman atau percaya kepada Allah. Firman Tuhan mengatakan, “Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela diantara orang-orang sezamannya dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah” (Kej. 6:9). Itu bukan berarti Nuh seorang yang tanpa dosa, tapi lebih menekankan bahwa Nuh dengan segenap hati mengasihi dan taat kepada Allah karena dia percaya kepada-Nya. Frase “bergaul dengan Allah,” terjemahan NIV. “walked with God”, artinya Nuh seumur hidupnya berjalan dalam iman bersama Allah. Dia menjalin hubungan dengan Allah sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dia menghormati Allah di dalam setiap pilihan dan di setiap aspek hidupnya. Ini menunjukkan bahwa Nuh seorang yang sungguh-sungguh percaya kepada Allah. Penulis kitab Ibrani menegaskan bahwa tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6). Karena iman itu, Nuh menghukum dunia dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran sesuai dengan imannya (Ibr. 11:7). Namun iman yang bagaimanakah yang dimiliki Nuh? Tentu saja bukan iman yang pasif tetapi iman yang hidup dan aktif. Hal ini dia buktikan dengan hidup benar, tidak bercela, saleh dan patuh kepada Tuhan. Selain itu, Nuh benar-benar percaya berita yang disampaikan Allah kepadanya tentang rencana untuk memusnahkan bumi ini dengan air bah (Kej. 6:13-22). Meskipun berita tersebut tampaknya bodoh dan tidak masuk akal, namun Nuh memilih untuk percaya kepada Tuhan. Bukti iman Nuh yang berikutnya adalah dia membuat mezbah dan memberi korban persembahan kepada Tuhan (Kej. 8:20-21). Hal ini dilakukan Nuh sebagai ucapan syukur atas karya keselamatan yang Tuhan kerjakan bagi dirinya dan keluarganya. Kemudian Tuhan memberkati Nuh dan keluarganya (Kej. 9:1-2). Firman Tuhan menegaskan, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1Tes. 5;18). Selama ini apakah Saudara lebih banyak bersyukur ataukah lebih banyak bersungut-sungut kepada Tuhan?

Langkah ketiga, untuk mengerjakan transformasi keluarga, kita harus sungguh-sungguh taat melakukan setiap firman Tuhan. Nuh tidak hanya memiliki iman, tetapi juga ketaatan. Tuhan memerintahkan Nuh untuk membuat sebuah bahtera besar untuk menyelamatkan keluarganya (Kej. 6:11-21). Perintah tersebut tampaknya bodoh dan tidak masuk akal karena membuat sebuah bahtera di atas daratan kering yang jauh dari laut. Apa respons Nuh? “Lalu Nuh melakukan semuanya itu tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya” (Kej. 6:22). Artinya, Nuh benar-benar taat melakukan perintah Tuhan, dengan membuat sebuah kapal besar sesuai dengan ukuran yang Tuhan tunjukkan kepadanya. Penulis kitab Ibrani menegaskan hal serupa bahwa Nuh taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya… (Ibr. 11:7a). Selain itu, ketaatan Nuh juga diuji setelah air bah mulai surut. Firman Allah kepada Nuh, “Keluarlah dari bahtera itu…” (Kej. 8:15). Nuh melakukan apa yang Allah perintahkan, “Lalu keluarlah Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya” (Kej. 8:18). Demikian juga pilihan akan datang kepada kita untuk mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya atau mengabaikannya. Bagaimana dengan sikap Anda ketika mendengar firman Tuhan? Mari kita menerima, percaya dan menaati setiap firman Tuhan, sekalipun tampaknya bodoh dan tak masuk akal.

Usaha kita untuk memenangkan atau menyelamatkan anggota keluarga kita bagi Tuhan mungkin saja menimbulkan pertentangan dan perlawanan. Namun jangan membuat kita menjadi pasif dan menyerah. Mari kita belajar dari Nuh yang berusaha dan berhasil merangkul seluruh anggota keluarganya dan orang lain untuk diselamatkan. Sebab Tuhan tidak ingin seorangpun binasa melainkan beroleh hidup yang kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 3:16). Transformasi keluarga ke arah yang lebih baik dan hidup diberkati Tuhan adalah dimulai dari adanya anugerah Tuhan dan merespons anugerah tersebut dengan iman dan ketaatan (trust and obey).[SL]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Allah membinasakan bumi dan manusia dengan air bah, tetapi Dia menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Apa alasan Tuhan menyelamatkan keluarga Nuh? Apa yang Nuh lakukan sehingga terjadi transformasi dalam keluarganya?

Penerapan

Hal-hal praktis apa saja yang bisa Anda lakukan untuk mendorong terjadinya transformasi dalam keluarga Anda, sehingga keluarga Anda diselamatkan dan menjadi saluran berkat bagi orang lain?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.