Allah Berbicara Kepada Kita
Kadangkala kita mendengar seseorang berkata, “Tuhan berbicara kepadaku”. Mendengar itu kita mungkin berpikir, apakah benar Tuhan berbicara kepada dia? Dengan cara apa dan mengapa Tuhan perlu berbicara kepadanya.
Sebagai orang percaya, tentu kita meyakini ada Allah yang bersifat supranatural yang telah bertindak dengan luar biasa di dalam sejarah Alkitab dan Dia seringkali berbicara secara langsung kepada manusia.Karena itu, pertama-tama kita bertanya apakah Allah masih berbicara kepada kita hari ini? Penulis kitab Ibrani mengutip banyak bagian Perjanjian Lama. Ia memperlakukan kata-kata di dalam Perjanjian Lama bukan sebagai perkataan yang berlaku hanya untuk umat Israel di masa lalu, tetapi juga masih berlaku untuk para penerima suratnya saat itu (Ibr. 1:6-8; 2:12; dsb). Bagi penulis kitab Ibrani dan penulis Perjanjian Baru lainnya, Allah masih tetap berbicara kepada mereka.Selain itu, Firman Tuhan sendiri memandang kutipan itu bukan sebagai sesuatu yang dikatakan Allah untuk umat Israel di masa lalu, tetapi juga untuk penerima surat tersebut. Selain itu, dikatakan juga bahwa Firman Allah itu hidup dan berkuasa (Ibr. 4:12) sehingga Firman itu juga masih terus ‘hidup’ sampai sekarang.
Jika memang masih berbicara, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara Allah berbicara kepada kita? Jikalau melihat kepada Alkitab, Allah banyak kali berbicara kepada manusia, melalui berbagai cara: melalui para nabi-Nya (Ibr. 1:1), melalui malaikat, tulisan di dinding (Daniel 5), dan juga secara langsung (Kel. 3:4; dst),dan sebagainya. Di dalam Perjanjian Baru, ketika Yesus masih dalam inkaranasi-Nya, jelas Allah berbicara secara penuh melalui Yesus (Ibr. 1:1). Dia juga berbicara dari langit yang terbuka pada waktu baptisan Yesus (Mrk. 1:11). Yang menarik adalah di dalam Kisah Para Rasul tampak sekali bagaimana Roh Kudus berbicara kepada orang-orang percaya. Misalnya, dalam Kis. 13:2, berkatalah Roh Kudus, “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” Atas dasar ayat ini dan sejumlah contoh lainnya, sebagian orang berkeyakinan bahwa Roh Kudus berbicara langsung dan suaranya betul-betul dapat terdengar oleh manusia.Sebagian lain mengatakan bahwa Dia berbicara di dalam hati nurani di dalam diri kita.
Masalahnya adalah kita tidak benar-benar tahu bagaimana Roh Kudus berbicara di dalam Kisah Para Rasul tersebut, apakah memberikan perasaan ‘aneh’ yang sama dalam diri para murid, atau berbicara dan didengar oleh semua orang, atau mungkin hanya oleh para murid, atau bagaimana. Yang pasti mereka memiliki keyakinan bahwa Roh Kudus telah berbicara. Kesulitan lain terkait hal-hal di dalam Kisah Para Rasul ini adalah bahwa apa yang terjadi di masa awal lahirnya gereja tidak bisa serta merta diambil sebagai sesuatu yang pasti harus terjadi juga di masa sekarang karena situasinya sungguh sangat berbeda.Kesimpulannya, Allah Roh Kudus telah berbicara kepada berbagai orang di awal perkembangan gereja sebagaimana tercatat di Kisah Para Rasul, tetapi bagaimana pastinya Allah berbicara, tidak dijelaskan secara terang benderang. Karena itu, Allah bisa saja berbicara secara langsung dan dapat didengar seperti orang berbicara atau dengan cara lainnya. Kita tidak dapat membatasi bagaimana Allah harus bekerja, terutama dalam perkembangan gereja mula-mula.
Permasalahannya adalah menyangkut apakah betul yang didengar itu adalah suara Allah. Di dalam masa Perjanjian Baru, para rasul masih hidup dan memiliki otoritas mengetahui kebenaran dari Allah (Yoh. 16:7-15) sehingga mereka menulis atau mensupervisi dalam menuliskan kitab suci. Selain itu, kitab suci pun belum selesai ditulis semuanya. Karena itu, kalau kita mendengar orang mengatakan bahwa Allah berbicara kepada dia, maka standar mana yang akan dipakai untuk mengatakan bahwa betul Allah berbicara kepada dia dan bahwa isi pembicaraan itu adalah benar. Tanpa sebuah standar, setiap orang bisa mengklaim Allah berbicara kepadanya, padahal dia ditipu oleh Si Jahat, atau hanya memuaskan kemauannya sendiri, menipu orang dan sebagainya.
Selain itu, sesuai dengan maksud penyataan Allah di dalam Alkitab, semua komunikasi langsung yang Allah lakukan kepada manusia selalu di dalam konteks karya Allah untuk menebus umat manusia. Tidak ada tercatat bahwa Allah berbicara kepada manusia untuk melakukan ini dan itu tanpa konteks langsung yang berkaitan dengan pengerjaan karya penebusan Tuhan. Allah tidak pernah tercatat menyuruh seseorang begitu saja untuk membeli gandum, tanpa efek dari pembelian itu secara nyata bagi karya-Nya.
Alkitab sendiri menyatakan bahwa dia adalah Firman Allah (2Tim. 3:16, 1Ptr. 1:21), yakni Firman yang disampaikan Allah kepada manusia di waktu lampau, tetapi juga masih berlaku sampai masa kini, sebagaimana disampaikan di atas. Alkitab juga telah selesai dikumpulkan menjadi satu kanon yang terdiri dari 66 kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Karena itu, Alkitab tentu harus menjadi standar dalam mengevaluasi klaim pernyataan apapun yang disampaikan orang atas nama Allah. Tetapi lebih dari itu, sesungguhnya Alkitab adalah sarana paling utama Allah berbicara kepada kita di masa kini. Pada waktu kita membaca Alkitab dengan terang pimpinan Roh Kudus, maka Allah sedang berbicara kepada kita mengenai apa yang diinginkan-Nya untuk kita lakukan saat ini. Inilah yang menjadi bagian dari iluminasi atau pencerahan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang membawa suara Allah bagi kita hari ini. Kita tidak perlu mencari sumber lain untuk mengetahui suara Allah yang membimbing kita untuk hidup di masa sekarang.
Jadi, segala macam klaim yang orang katakan tentang suara Allah kepadanya baik melalui suara di dalam hati maupun suara yang sepertinya terdengar telinga, harus sangat amat dikritisi dalam terang Firman Allah. Bukan hanya ini sangat langka di zaman Alkitab sekalipun, juga hal ini sangat terkait dengan peristiwa-peristiwa khusus dalam perkembangan sejarah keselamatan Allah. Bagi kita zaman sekarang, cukup berpegang pada keyakinan bahwa Allah berbicara kepada kita melalui Firman Tuhan. Jadi, pelajari baik-baik dan hidupi baik-baik dengan pertolongan Roh Kudus. TDK