Allah berkuasa - apa artinya ?
Salah satu sifat atau atribut Allah adalah mahakuasa. Jika Allah tidak mahakuasa, maka Dia bukan Allah karena berarti ada sesuatu selain Allah yang membatasi kemampuan Allah untuk bertindak dan ini melawan konsep tentang Allah. Alkitab berulangkali mengatakan bahwa Allah itu mahakuasa. Ia mengatur segala hal di dalam ciptaan, pemeliharaan dan penebusan. Pengaturan-Nya menunjukkan hikmat dan kuasa-Nya yang luar biasa sekaligus ketuhanan-Nya. Tidak ada satu pihak pun yang dapat membuat-Nya frustrasi (2Taw. 20:6, Ayb. 23:13). Ia dapat menaklukkan setiap pihak yang menentang-Nya. Ia melakukan berbagai perkara yang mustahil dan menjadikan segala sesuatu bekerja bersama untuk kebaikan mereka yang mengasihi-Nya. Salah satu nama-Nya adalah El-Shaddai - Allah Mahakuasa.
Istilah 'mahakuasa' dapat mengacu kepada dua konsep di dalam Alkitab yang berhubungan erat satu sama lain: pertama, Allah dapat melakukan apapun yang dikehendaki-Nya dan kedua, tidak ada sesuatu yang terlalu berat/sulit bagi Allah untuk dilakukan. Dengan perkataan lain, segala sesuatu mungkin bagi-Nya. Allah dapat memenuhi janji-janji-Nya kepada kita karena Dia dapat melakukan segalanya. Ketika Allah berjanji untuk melakukan sesuatu yang kelihatannya mustahil, umat Allah seharusnya tidak hanya yakin bahwa Firman Allah selalu benar tetapi juga bahwa Allah dapat melakukan segala sesuatu. Kita tidak boleh membatasi pemikiran kita akan kuasa Allah hanya pada apa yang dikerjakan atau pernah dikerjakan di dalam sejarah.
Sekalipun dikatakan 'segala sesuatu' tetapi sesungguhnya ada juga hal-hal tertentu yang tak dapat dilakukan oleh Allah. Berikut ini adalah beberapa contoh hal tersebut: Pertama, Dia tidak dapat melakukan tindakan yang secara logika berkontradiksi karena Allah adalah Sosok logis dan rasional sekalipun Dia tidak tunduk pada aturan logika manusia. Misalnya, Dia tidak bisa pada akhirnya menyelamatkan tapi juga mengutuk orang yang sama sekaligus; Dia tidak bisa membuat benda yang pada saat bersamaan berbentuk bulat dan persegi. Kedua, Dia tidak dapat melakukan tindakan yang tidak bermoral, seperti berdusta, mencuri dan sebagainya. Ketiga, Dia tidak bisa melakukan tindakan yang hanya cocok untuk ciptaan yang terbatas, seperti membeli obat batuk untuk Diri-Nya. Keempat, Dia tidak dapat melakukan tindakan yang bertentangan dengan natur-Nya sebagai Allah, misalnya membuat allah lain yang setara dengan Diri-Nya atau membuang sebagian sifat-Nya. Kelima, Dia tidak dapat mengubah rencana kekal-Nya. Keenam, Dia tidak dapat membuat batu yang sedemikian besar sehingga Dia tidak dapat mengangkatnya, karena ini kontradiktif dengan natur-Nya yang mahakuasa.
Kalau kemahakuasaan bukanlah hal-hal di atas, apa jadinya yang dimaksudkan dengan kemahakuasaan? Kita tidak dapat menjelaskan dengan tepat apa saja yang dapat dilakukan oleh Allah dalam kemahakuasaan-Nya. Namun kita yakin bahwa Dia dapat melakukan segala sesuatu yang dinyatakan oleh Firman Tuhan dan jauh lebih banyak lagi dari itu. Pembatasnya adalah kebenaran-Nya sendiri, kesetiaan-Nya dan sebagainya. Hal ini memberi keyakinan kepada kita bahwa Allah sungguh-sungguh mampu menggenapkan semua tujuan-Nya yang dipenuhi kasih dan kebenaran.
Kalau kalimat-kalimat di atas terasa abstrak dan kurang mengena pada kita, perlu diingat bahwa Allah tidak menyatakan kemahakuasaan-Nya hanya untuk menjadi obyek spekulasi filsafat atau teologia. Sebaliknya, sama seperti juga semua penyataan-Nya, Allah ingin pemahaman akan kemahakuasaan-Nya membangun hidup umat-Nya. Kuasa Allah akan mendorong kita untuk menyembah-Nya, membawa kita untuk tidak mengatur hidup hanya berdasarkan kemampuan sendiri dan melupakan Allah. Misalnya, kita menghindari menginjili orang-orang tertentu yang sangat jahat atau yang menganiaya orang Kristen karena menganggap mereka sulit bertobat. Kita lebih memilih menginjili orang-orang 'mudah dimenangkan'. Dengan bersikap demikian, kita lupa bahwa "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah" (Luk. 18:27).
Sesungguhnya bukankah kuasa Allah yang dahsyat ini telah masuk dalam dunia manusia yang tak berpengharapan? Allah datang kepada Abraham yang sudah tua beserta Sarah dan membuat mereka memiliki seorang anak. Kuasa Firman-Nya hadir dalam dunia yang penuh dosa dan kematian dan menjanjikan keselamatan. Kemahakuasaan Allah berarti juga adalah kuasa dari janji Allah untuk keselamatan umat-Nya. Janji itu yang digenapi ketika Mesias datang, bukan hanya dari seorang wanita mandul tetapi dari anak perawan Maria, suatu ungkapan kemahakuasaan Allah yang lebih menakjubkan lagi.
Kemahakuasaan Allah melakukan bagi kita apa yang tidak pernah mungkin kita lakukan sendiri. Tanpa kemahakuasaan-Nya, kita hanya akan menjumpai kematian dan penghukuman kekal. Tetapi Allah membawa kehidupan menggantikan kematian. Kebangkitan Kristus menjadi pertunjukan kuasa Allah. Jika Dia dapat membangkitkan orang dari kematian, Dia dapat melakukan apapun. Dia Allah yang layak dipercayai.
Satu lagi pertanyaan yang mungkin muncul adalah apakah kuasa Allah yang dahsyat itu hanya nampak pada hal-hal yang spektakuler? Kita justru harus menjauhkan diri dari pemikiran semacam itu. Rasul Paulus mengatakan bahwa salib adalah kuasa Allah dan hikmat Allah, padahal salib adalah tempat ketika kelemahan itu paling nyata. Kuasa karya Allah yang sangat luar biasa justru adalah dikeluarkannya kita dari kuasa Iblis untuk masuk ke dalam Kerajaan Krsistus yang dilakukan bukan dengan kekuatan peperangan atau politik tetapi melalui pemberitaan Firman (1Kor. 1:21). Kuasa Allah bukan hanya nyata dalam khotbah tetapi juga dalam penderitaan umat-Nya (1 Ptr. 2:13-3:22; 4:12-19). Mereka mengalahkan Iblis dengan persenjataan Allah. Kuasa-Nya seringkali nyata melaluikarya-Nya di balik layar dan karya-Nya yang paling ajaib sering nampak melalui kekalahan yang terlihat sebagaimana dikatakan kepada Paulus "... dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2Kor. 12:9). Terpujilah Tuhan! (Sumber:John Frame,Systematic Theology, bab 16.) (DK)