Bagikan artikel ini :

Apakah perbedaannya kalau seseorang menjadi kristen ?

Sekarang saya adalah orang Kristen. Saya akan masuk surga, tetapi apa pengaruhnya saat ini bagi saya? Ada tertulis, "Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2Kor. 5:17). Tetapi, terlalu banyak orang Kristen dan non Kristen yang kelihatannya sama saja, sehingga membuat banyak orang bertanya-tanya, "Apakah perbedaan orang Kristen dengan orang dunia ini?"

Setelah kita menerima Tuhan Yesus, Allah tidak memaksakan kehendak-Nya kepada kita. Dalam batas tertentu, kita bebas menentukan bagaimana kehidupan kita berlangsung, mau bertumbuh dan taat atau mau hidup sesukanya. Walaupun menjadi orang Kristen seharusnya membuat perbedaan besar dalam sikap dan perbuatan kita, tetapi bila kita tidak mengikuti apa kata firman Tuhan, maka kehidupan kita tidak akan berbeda dengan orang dunia pada umumnya.

Rasul Yakobus menulis tentang orang yang tidak membiarkan Allah bekerja dalam sikap dan tindakan mereka setelah mereka menjadi orang Kristen. Di dalam tulisan itu, ia tidak memuji mereka. "Apakah gunanya, Saudara-Saudaraku, jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan?" (Yak. 2:14). Kita bisa bercermin diri dari yang dinyatakan oleh Yakobus dari sisi positif. Tuhan Yesus mengatakan bahwa ada dua hukum yang terutama, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Bagi kebanyakan orang, prioritas mereka adalah berusaha menjadi nomor satu, keuntungan pribadi, penerimaan, popularitas dan ambisi-ambisi diri yang lain.

Perubahan terbesar sejak kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita seharusnya adalah kasih. Itu tujuan utama kita (Yoh. 15:12-17). Hal ini tidak mungkin terjadi jika kita tidak membiarkan Kristus memenuhi dan menguasai hati dan pikiran kita. Natur alami kita adalah suka mementingkan diri sendiri. Kita memerlukan sifat Allah, kekuatan Allah untuk mengasihi. Tetapi sesuatu hal yang menggembirakan adalah bahwa Allah akan memberikan hal itu kepada kita waktu kita mengijinkan Allah bekerja di dalam diri kita. Ada banyak ayat Alkitab yang mendukung ide ini. Misalnya dalam Ef. 4:23-24, "Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." Dengan kata lain, "Sekarang semua sikap dan pikiran kita harus selalu menjadi lebih baik…. Kenakanlah sifat yang baru itu." Ayat-ayat setelahnya dari surat Efesus ini menyebutkan hal-hal khusus yang dalamnya sikap dan tindakan kita harus diubah. Jika kita sudah membaca ayat-ayat firman Tuhan dari surat Efesus tersebut dan merasa bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat melakukannya, mari kita melihat Ef. 6:10. Di sana, Rasul Paulus berkata, "Akhirnya, hendaknya kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." Rasul Paulus hendak mengatakan, "Akhirnya saya ingin memperingatkan bahwa kekuatan Saudara sesungguhnya datang dari kuasa Tuhan di dalam diri Saudara." Tidak ada seorang pun yang baik dan sanggup melakukan kebenaran firman Tuhan atau kehendak-Nya. Namun jangan khawatir, kita punya kuasa Tuhan di dalam diri kita.

Berapa banyakkah kuasa yang disediakan untuk menolong kita melakukan kehendak-Nya dan hidup di jalan-Nya? Sekalipun kita sungguh-sungguh bersedia melakukan apa yang benar dalam situasi yang sulit, bukankah itu sangat-sangat sulit?

Inilah yang sering kali menjadi alasan bagi kita. Tetapi kebenaran Tuhan telah ditunjukkan kepada kita. Rasul Paulus berdoa untuk semua orang Kristen di sepanjang zaman dan tempat, termasuk kepada kita hari ini, "Saya berdoa supaya Saudara mengerti betapa besar kuasa-Nya untuk menolong mereka yang percaya kepada-Nya. Kuasa yang besar inilah yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati" (Ef. 1:19-20). Kita harus percaya kepada kuasa-Nya yang besar dan yang sanggup mengubahkan kehidupan kita.

Selain itu, hal yang lain yang harus kita hindari agar bisa menjadi orang Kristen yang berbeda dengan dunia ini adalah tidak membandingkan diri kita dengan orang lain. Seringkali kita melihat dan membandingkan diri kita dengan orang lain dan kita merasa lebih baik dari orang tersebut. Ini merupakan tipu muslihat Iblis yang berbahaya. Seharusnya, kita membandingkan diri kita dengan standar Allah, firman-Nya, bukan dengan standar orang lain. Rasul Paulus menunjukkan beberapa orang semacam ini di dalam 2Kor. 10:12-13, "Mereka hanya membandingkan diri mereka satu dengan yang lain, dan mengukur diri mereka dengan pikiran mereka yang picik... Tujuan kami adalah melaksanakan rencana Allah bagi kami."

Lalu, bagaimanakah seharusnya perubahan sikap dan tindakan kita ketika kita menjadi orang Kristen? Sikap kita yang baru seharusnya lahir dari dorongan kasih yang melimpah/meluap dalam hidup kita. Mengenai tindakan kita—jika kasih adalah motivasi kita--tindakan kita akan berubah dan Tuhan senantiasa akan memurnikan hidup kita.

Kita tidak akan bisa melakukan itu semua dengan kekuatan kita sendiri. Kita harus membiarkan sifat Allah menjadi sifat kita. Mereka yang telah menjadi milik Kristus, telah menyalibkan keinginan mereka yang jahat pada salib-Nya. Kalau sekarang kita hidup oleh kuasa Roh Kudus, marilah kita mengikuti pimpinan Roh Kudus (Gal. 5:24-26). Marilah kita mengikuti pimpinan Roh Kudus dalam setiap segi kehidupan kita.

Orang Kristen yang berubah dan diubahkan adalah orang Kristen yang hidup di dalam kuasa, kasih dan pimpinan Roh Kudus. Sehingga, hidupnya berbeda dan tidak sama dengan dunia ini. [RS]