Bagikan artikel ini :

Beribadah Kembali Di Gedung Gereja

Mari beribadah kembali di gedung Gereja, bila kesempatan itu dimungkinkan sesuai kebijakan Pemerintah dan pemberlakuan protokol kesehatan yang baik. Kapankah virus Covid-19 tuntas lenyap? Sejujurnya belum ada jawaban penjelasan yang dapat memastikan. Pandemik Covid-19 memberikan dampak yang besar, diantaranya kehidupan beribadah orang-orang Kristen pada umumnya beralih ke dalam kebaktian online atau virtual. GII Hok Im Tong merupakan salah satu Gereja yang masih sedang mempersiapkan secara bertahap untuk mengadakan kembali kebaktian onsite di gedung gereja.

Bilamana virus Covid-19 belum sepenuhnya lenyap, apakah sebagai orang Kristen, saya perlu kembali beribadah di gereja. Ataukah saya tetap memilih beribadah secara online atau virtual. Puji syukur, seiring berjalannya waktu, kita mendapatkan pengetahuan dan pengarahan yang semakin jelas bagaimana bersikap menghadapi pandemik dengan protokol dan disiplin yang ketat sambil dapat melakukan kegiatan yang diperlukan dengan terbatas.

Kita menginginkan pandemik Covid-19 bisa segera diatasi tuntas dan tidak lagi mengkuatirkan. Bahkan kita berpikir, kalaupun virus Covid-19 belum lenyap sama sekali, tetapi risikonya semakin menurun, dan ada izin kelonggaran bergerak bebas maka kita sudah mencoba untuk pergi berlibur, nonton di bioskop, berbelanja, makan bersama, dan lain sebagainya. Bagaimana dengan keinginan kita beribadah kembali di gedung gereja, bilamana terbuka kesempatan? Tentunya antusias kita sebagai orang-orang percaya beribadah kembali di gedung gereja seharusnya lebih daripada keinginan mendapatkan kesempatan bergerak bebas untuk kegiatan-kegiatan aspek fisikal kita.

Memang benar bahwasanya penilaian Allah dengan melihat hati dan bukan seperti manusia melihat apa yang di depan mata (1 Samuel 16:7). Ibadah kepada Allah memang menyangkut sikap hati kita kepada Tuhan dan bukan sekedar penampakkan kemeriahan diri dan dukungan kelengkapan pelaksanaan kebaktian. Meskipun demikian, ketika kita beribadah kepada Tuhan dalam bentuk kebaktian, bukankah sikap hati terbangun dengan sikap hormat menghadap Tuhan untuk mengikuti kebaktian melalui susunan liturgi yang kita ikuti. Bilamana kita bandingkan persiapan dan sikap kita saat akan bertemu secara resmi kepada seseorang yang berkedudukan lebih tinggi atau lebih berumur, bukankan kita mempersiapkan diri, berpakaian rapih, dan bersikap hormat sewaktu kita bertemu? Bagaimana dengan kita saat beribadah dalam bentuk mengikuti kebaktian secara online atau virtual. Bukankah godaannya sangat besar saat beribadah dengan sikap yang santai dan beribadah sambil makan atau minum sambil mengikuti kebaktian?

GII Hok Im Tong dalam merencanakan membuka kembali kebaktian secara onsite, tentunya mengikuti ketentuan arahan Pemerintah, memperlakukan protokol kesehatan, proses yang bertahap terhadap kehadiran, dan melakukan koordinasi yang baik agar anggota Jemaat dapat bersukacita dan tenang beribadah.

Beribadah bersama di gedung gereja sebagai komunitas orang-orang percaya, bukanlah sekedar kita berkumpul melepas rasa rindu bertemu. Namun ibadah bersama di gedung gereja memiliki pemahaman pada panggilan gereja untuk membangun persekutuan yang nyata bersama antara saudara seiman. Terdapat pemahaman bahwa persekutuan orang-orang percaya yang lebih nyata secara spiritual melalui kehadiran fisik bersama dalam ibadah di gedung gereja. Pemahaman relasi persekutuan sedemikian dibangun di atas contoh kehadiran Kristus yang berinkarnasi menjadi manusia untuk membangun relasi-Nya, agar Allah dapat dikenal dan berinteraksi dengan manusia.

Komunitas orang-orang percaya dibangun dalam pengertian adanya relasi orang percaya dengan Allah sendiri dan satu dengan yang lainnya. Persekutuan orang-orang percaya bertujuan pada terciptanya pertumbuhan rohani karena itulah yang dikehendaki Tuhan bagi Gereja-Nya yaitu komunitas orang-orang percaya yang digambarkan sebagai tubuh Kristus (Efesus 4:15-16). Ibadah bersama di gedung gereja memberikan kesempatan pertumbuhan bersama karena terjadinya interaksi persekutuan bersama secara nyata bukan secara virtual.

Beribadah bersama di gedung gereja memberikan dampak pelayanan penggembalaan yang lebih baik, lebih menyentuh, dan lebih bersifat personal. Ibrani 10:25 “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”. Panggilan membangun persekutuan orang-orang percaya memiliki juga pengertian tentang bahwa setiap orang percaya terpanggil untuk menjadi penjaga-penjaga bagi saudara seimannya. Tujuannya, setiap orang percaya berjalan dengan Allah membangun kesetiaan dan ketekunan imannya dan jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah (Ibrani 12:15).

Bukankah pandemik Covid-19 pada awalnya telah mendorong gereja menyelenggarakan kebaktian secara online atau virtual agar anggota jemaat dapat tetap beribadah. Bilamana ada orang Kristen memutuskan untuk tetap beribadah secara online atau virtual, apakah itu merupakan sikap yang salah. Peralihan ibadah onsite ke ibadah online atau virtual, tidak terlepas dari kondisi pandemik Covid-19 yang sebelumnya tak pernah diduga dampaknya yang begitu besar. Di masa pandemik, gereja mengikuti ketentuan kebijakan pemerintah perihal pembatasan berkumpul. Selain itu adanya faktor kesehatan yang pada awal pandemik Covid-19, kita diperhadapkan keterbatasan fasilitas dan kemampuan mengatasi virus ini. Kita bersyukur seiring waktu, melalui perkembangan penelitian, penyediaan fasilitas, produksi obat dan vaksin, telah menjadi langkah nyata mengatasi virus ini dan penyebarannya.

Apakah kebaktian online atau virtual tetap diselenggarakan?. Live streaming kebaktian online atau virtual menjadi sarana yang terbuka luas bagi lebih banyak orang dapat mendengarkan pemberitaan Firman Tuhan dan pelayanan yang diberikan. Perlu diketahui bahwasanya di awal memulai kembali kebaktian onsite di gedung gereja akan dilakukan secara bertahap dengan jumlah kebaktian dan kehadiran yang terbatas. Dengan demikian anggota jemaat sebagai Keluarga Besar GII Hok Im Tong yang belum mendapat kesempatan untuk hadir dan karena faktor kesehatan, maka dapat tetap menyatu dengan saudara-saudara seiman lainnya dalam sebuah ibadah. Mari kita membangkitkan kembali kerinduan dan kesediaan untuk beribadah kembali di gedung Gereja bilamana kesempatan itu diberikan kepada kita. * (HS) (Jalur 1 GII HIT)