Bagikan artikel ini :

Bersinar Bagaikan Bintang di Dunia Filipi 2:15

Di dalam suratnya kepada jemaat gereja di Filipi, Rasul Paulus menuliskan kalimat ini, “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,” (Fil. 2:15). Mengapa Rasul Paulus menuliskan kalimat ini dan apa makna dari kalimat ini?

Istilah “tiada beraib” (blameless, Yunani: amemptoi) berarti “tidak bercacat” atau “menjalani hidup yang tidak bercela sehingga tidak membuka peluang bagi celaan atau kritik dari sesama”. Hal ini merujuk kepada perilaku yang bisa diamati oleh sesama. Selanjutnya, Rasul Paulus menggunakan istilah “tiada bernoda” (pure, Yunani: akeraioi), yang merujuk kepada sebuah istilah etis yang digunakan oleh Kristus kepada murid-murid-Nya, “tulus seperti merpati” (Mat. 10:16) dan di dalam Roma 16:19 “bersih terhadap apa yang jahat”. Istilah ini diadopsi dari literatur abad pertama yang menggambarkan anggur yang tidak diencerkan atau logam yang tidak tercampur, dan oleh sebab itu dinyatakan sebagai sesuatu yang “murni”.

Di dalam ayat ini, Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Filipi “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda”. Tetapi kehidupan yang tiada beraib dan tiada bernoda itu sendiri bukanlah menjadi tujuan akhir. Jemaat di Filipi hidup di lingkungan yang mayoritas adalah penyembah berhala, oleh karena itu Rasul Paulus memberi nasihat ini dengan tujuan agar mereka dikenal sebagai “anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini.” Apa maksud dari istilah ini?

Pada bagian ini Rasul Paulus merujuk kepada Perjanjian Lama, secara khusus Kitab Ulangan 32:5 “Berlaku busuk terhadap Dia, mereka yang bukan lagi anak-anak-Nya, yang merupakan noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit.” Kesamaan di antara dua ayat tersebut terletak pada kata “anak-anak” serta “angkatan yang bengkok dan sesat”, namun keduanya memiliki makna yang berbeda. Di dalam Kitab Bilangan, istilah “angkatan yang bengkok dan belat-belit” itu ditujukan kepada umat Allah atau bangsa Israel itu sendiri yang berdosa. Ayat ini pun menyatakan anak-anak Allah (Israel) sebagai angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat. Sedangkan di dalam Kitab Filipi istilah ini ditujukan kepada dunia sekitar dimana gereja tinggal dan bersaksi. Hal ini berarti Rasul Paulus memanggil anak-anak Allah untuk menjadi tidak bernoda di tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat. Dengan mengontraskan Israel dengan gereja di Filipi, Rasul Paulus berharap agar gereja di Filipi belajar dari contoh negatif yang ditunjukkan melalui ketidaktaatan Israel di bawah pimpinan Nabi Musa selama di padang gurun.

Selain itu, frase “anak-anak Allah di tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini” menggambarkan garis pemisah yang tegas antara komunitas Kristen dengan budaya sekitarnya. Melalui nasihat ini, Rasul Paulus merindukan agar jemaat di Filipi menjadi anak-anak Allah yang tidak bernoda di tengah dunia atau budaya yang amoral, menyimpang, tidak jujur, dan korup. Kemurnian gereja harus benar-benar berbeda dengan dunia yang tidak berjalan lurus dan tegak sesuai dengan apa yang telah Allah tetapkan. Rasul Paulus memiliki visi bagi gereja agar menjadi komunitas yang terlihat dan terdengar sangat berbeda dengan dunia.

Orang-orang yang percaya di dalam Kristus telah ditebus oleh Kristus di dunia jahat yang sekarang ini, sehingga mereka tidak lagi berada di bawah kutuk atau keinginan duniawi. Mereka bukanlah milik dunia, namun mereka tetap di dalam dunia, dan Allah tidak memberikan mandat bagi mereka untuk mengundurkan diri atau menutup diri dari dunia. Sebaliknya, umat Kristen memiliki perintah langsung untuk pergi kepada dunia (Yoh. 17:18, Markus 16:15). Tempat kita yang tepat adalah di dunia ini karena hanya di dunia yang seperti inilah kesaksian sejati orang Kristen bisa dilahirkan dan bisa mempengaruhi lingkungan sekitar untuk berpaling kepada Kristus. Selanjutnya, pengaruh gereja sebagai komunitas yang memberikan kesaksian digambarkan oleh Rasul Paulus sebagai pengaruh terang di tengah kegelapan. Rasul Paulus menuliskan kalimat “sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia”. Di dalam bagian ini, Rasul Paulus mengutip Kitab Daniel 12:3 “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.”

Kata “cahaya cakrawala” di sini mengacu kepada benda-benda langit, matahari, bulan, dan semua bintang di langit. Kata “bercahaya” juga berarti “menjadi kelihatan, muncul” serta memiliki pengertian yang aktif. Di dalam konteks penglihatan Daniel yang apokaliptik, mereka yang “bercahaya seperti cahaya cakrawala” adalah mereka yang telah dibangkitkan dari debu kepada kehidupan kekal (Dan. 12:2). Selain itu, benda-benda langit yang bercahaya juga identik sebagai alat navigasi. Jadi, sebagai bintang yang bercahaya, umat Kristen mengarahkan dunia yang gelap kepada Kristus.

Rasul Paulus membayangkan penggenapan dari penglihatan eskatologis ini di dalam misi gereja di dunia saat ini. Dengan mengganti istilah “bintang di cakrawala” menjadi “bintang-bintang di dunia”, Rasul Paulus hendak menekankan bahwa misi Kristen memiliki cakupan lingkup dunia. Cahaya sorgawi dari komunitas kecil orang-orang percaya di Filipi akan bersinar kepada dunia yang gelap. Hal ini sejalan dengan perkataan Yesus di dalam Matius 5:14-16 “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Murid-murid Kristus dipanggil untuk menjadi terang dunia dalam arti mereka menjadi bejana atau kendaraan, lentera, dimana Terang Dunia bersinar (Yoh. 8:12).

Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan tentang ayat ini adalah bahwa nasihat ini harus dilihat dalam kerangka sosial. Perintah Rasul Paulus lebih menekankan kepada hidup dan karakter gereja sebagai komunitas daripada kesalehan individual. Rasul Paulus sedang membahas tentang umat Kristen sebagai sebuah keluarga dan juga bagaimana kita bisa memiliki hidup kebersamaan yang berkualitas. Pengertian ini didukung oleh konteks ayat sebelumnya. Nasihat di ayat 15 ini didasari oleh perintah Rasul Paulus untuk tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan (Fil. 2:14). Dengan membersihkan atau memurnikan percakapan di dalam komunitas Kristen, orang Kristen sedang memenuhi misinya di dunia. Ketika percakapan umat Kristen dipenuhi dengan sungut-sungut atau serangan pribadi, umat Kristen kehilangan kualitas yang membedakan kita sebagai anak-anak Allah di tengah dunia yang dicirikan oleh nada-nada pembicaraan yang negatif.

Menjadi komunitas Kristen yang tiada beraib berarti tidak ada seorangpun yang bisa mempersalahkan kita oleh karena pertengkaran yang terjadi di gereja ataupun nada-nada percakapan yang sumbang di dalam komunitas. Untuk menjadi komunitas Kristen yang murni berarti orang Kristen tidak mencampurkan kata-kata baik mereka dengan keluhan yang negatif, percekcokan, kritik yang pahit atau pertengkaran yang penuh amarah. Dapat disimpulkan bahwa nasihat Rasul Paulus kepada anak-anak Allah di sini menekankan kepada kualitas relasi di antara umat Allah. Kita sebagai anak-anak Allah menyatakan kita yang sesungguhnya ketika kita menjadi tidak beraib, tidak bernoda, dan tidak bercacat di dalam hal relasi di antara kita serta bagaimana kita berbicara kepada sesama kita. Tidak seperti generasi jaman Musa di padang gurun yang gagal sebagai anak-anak Allah karena sungut-sungut mereka, Rasul Paulus menginginkan pembacanya untuk menjadi komunitas yang sempurna ketika kita hidup dan bersaksi di tengah dunia yang belum percaya Kristus. Rasul Paulus mengharapkan agar kesaksian yang baik dari komunitas Kristen ini akan membawa semakin banyak orang tertarik untuk percaya Kristus dan menjadi anggota keluarga Allah. * (YS)