Bagikan artikel ini :

Bukan Sekedar Keluarga

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu” (Kejadian 12:1)

MEMBONGKAR ISI KELUARGA

Pembentukan keluarga yang Tuhan tetapkan dimulai pada saat Dia berkata pada diri-Nya sendiri “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja”. Karena pada dasarnya pada saat Tuhan menciptakan manusia, tidak dibuat sebagai makhluk sendirian, tetapi membutuhkan orang lain yang menjadi penolongnya (Kejadian 2:18) Hal ini Tuhan buktikan pada awal penetapan menciptakan manusia, Dia tidak hanya membuat manusia menurut gambar dan rupa-Nya saja, tetapi juga diciptakannya laki dan perempuan.

Tidak hanya ada penciptaan dua jenis kelamin, tetapi juga Ia memberikan perintah untuk beranak cucu dan bertambah banyak. Ini artinya Tuhan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menciptakan manusia lain sebagai keturunannya. Dengan demikian, pada saat kita membongkar isi keluarga, maka dapat ditemukan bahwa isinya keluarga sangatlah luar biasa mengagumkan.

Mengagumkan dalam pengertian awalnya hanya satu, kemudian diberi penolong; kemudian bisa beranakcucu. Ada pertambahan dan perkembangan kuantitas dan kualitas dalam hal manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Jadi, kebenaran Tuhan mengungkapkan isi keluarga itu adalah “sungguh amat baik”. Pertanyaannya adalah apakah kebenaran yang demikian indah ini disadari oleh seluruh anggota keluarga, khususnya pemimpin keluarga?

REALITA HIDUP KELUARGA.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa terjadi kekacauan dan kehancuran kehidupan keluarga. Kekacauan dan kehancuran ini titik mulanya berawal dari keluarga Adam sendiri. Anak-anak mereka, khususnya anak sulungnya yang bernama Kain memiliki perasaan iri terhadap adiknya. Iri hati melahirkan panas hati, yang membuatnya tega membunuh adik sekandungnya sendiri Habel (Kejadian 4:8)

Kehancuran keluarga meluas. Pernikahan yang pada awalnya bersifat monogami – satu suami dan satu istri, kemudian oleh keturunan Kain yang bernama Lamekh diubah menjadi poligami (Kejadian 4:23). Puncaknya sebelum air bah Tuhan datangkan untuk menghukum manusia ternyata baik keturunan Kain maupun Zet pengganti Habel yang mati, sama-sama melakukan pelanggaran di dalam pernikahan. “Maka anak-anak Allah itu melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka” (Kejadian 6:2). Ada kemungkinan bukan satu yang diambil, tetapi lebih dari satu.

Apakah kekacauan dan kehancuran ini berhenti, setelah penghukuman lewat air bah? Ternyata tidak! Keluarga plus, bukan dalam pengertian positif, tetapi lebih banyak negatif. Pertengkaran, konflik dalam keluarga karena iri dan rebutan warisan, terjadi persaingan antara saudara sekandung, kekerasan dalam keluarga, perselingkuhan, banyak istri, gonta-ganti dan bertukar pasangan, homoseksual, lesbian, perceraian, hedonistik dan masih banyak lagi, yang bisa didaftarkan. Inilah realita potret hidup keluarga.

APA YANG HARUS DILAKUKAN?

Jawabannya jelas, yaitu menemukan kembali apa yang Tuhan kehendaki di dalam pembentukan keluarga. Tuhan memanggil Abram untuk keluar dari negeri dan sanak keluarganya. “Keluar” disini, bukan sekedar pergi, tetapi mau meninggalkan dunia berhala, yang menguasai masyarakat tempat dia tinggal. “Keluar” karena Tuhan berkehendak untuk memulai rencana besar melalui pembentukan keluarga dari Abram untuk membangun bangsa yang besar dan menggenapkan rencana keselamatan. Ada tiga hal yang menjadi dasar membentuk keluarga.

  1. BERANI MELANGKAH DENGAN TUHAN
    Dalam melangkah dengan Tuhan ada kehadiran dan keterlibatan Tuhan. Kalau kita ingin mencapai kebahagian, hal itu tidak pernah dari pengalaman manusia, tetapi harus pengalaman bersama Tuhan. Dialah yang paling tahu siapa manusia itu, apa dan bagaimana pembentukan keluarga dan penetapan keluarga yang Dia kehendaki. Jadikan Tuhan sebagai sumber utama di dalam kehidupan keluarga. Hadirkan dan hidupi Tuhan di dalam seluruh aspek kehidupan keluarga
  2. TINGGALKAN SEMUA DOSA
    Abram keluar dari negeri Ur Kasdim karena Tuhan ingin menyelamatkan Abram dari dosa dan kebinasaan. Abram tidak ngotot untuk tinggal terus di dalam dunia berhala. Dia ingin keluarganya, untuk hidup bersama Tuhan yang menyelamatkan, baik untuk diri sendiri maupun anggota keluarga yang ikut. Jika Anda ingin mendapatkan keselamatan di dalam keluarga maka tinggalkan dunia berhala, yaitu semua dosa yang masih mengikat kehidupan keluarga.
  3. PERCAYAKAN SEMUANYA PADA TUHAN
    Abram berespon karena ada janji-janji yang Tuhan berikan. Dia percaya meskipun sebetulnya dia tidak kenal Tuhan. Akan tetapi pada saat Tuhan menyatakan dirinya dia langsung percaya. Inilah prinsip iman, yaitu percaya dan memercayakan hidup pada Tuhan. Tuhan berjanji dan akan menggenapkannya. Keluarga yang benar pasti hidup dan menghidupi janji-janji Tuhan.

Tiga hal ini Tuhan berikan agar kita bisa membangun keluarga yang bukan sekedar keluarga tetapi menjadi keluarga yang plus – hebat, perkasa dan memuliakan Tuhan. Percaya? Lakukan itu semua. Soli Deo Gloria. (LHP)