Bagikan artikel ini :

Iman umat Allah terhadap Allah dan Agenda-Nya

Pendahuluan

Menarik sekali dalam menghadapi pelbagai badai kehidupan, banyak orang beropini bahwa pertolongan Allah pasti nyata bagi umat kepunyaan-Nya, karena memang obsesi Allah yang terbesar adalah untuk kesejahteraan umat-Nya. Dan pada momen-momen yang kritis dalam hidup, iman yang teguh kepada Allah adalah kunci masuk di dalam berkat yang Allah sediakan. Dan konten dari iman ini adalah bahwa Allah setia, dan Dia akan memberikan pertolongan bagi umat-Nya. Secara sepintas nampaknya opini semacam ini benar, namun kisah exodus membukakan kebenaran yang sedikit berlainan.

Kisah Exodus sebagai fakta sejarah

Kisah exodus yang tercatat di dalam kitab Keluaran mengklaim bahwa Allah Israel (Yahweh) itulah yang menjadi protagonist sejarah bangsa Israel. Sesuai dengan janji-Nya kepada nenek moyang bangsa Israel, Abraham, maka setelah 400 tahun masa perbudakan, bangsa Israel akan dibebaskan. Bangsa Mesir yang menindas mereka akan mendapatkan hukuman. Hari ini, bukti-bukti arkeologi tentang keberadaan bangsa Israel di tanah Mesir, serta bukti fisik dari kereta-kereta berkuda tentara Firaun yang berhasil diketemukan di dasar Laut Merah, adalah saksi yang hidup yang membungkamkan para arkeolog dunia yang skeptis untuk mengakui bahwa kisah exodus itu bukan kisah isapan jempol belaka, melainkan fakta sejarah. Jika Alkitab adalah Firman dari Allah Pencipta yang berfirman dan bertindak di dalam sejarah manusia, maka prinsip cara kerja Allah di dlamnya patut menjadi perhatian kita, umat-Nya.

Agenda Yahweh yang utama

Setelah ditimpa sepuluh tulah yang bertubi-tubi yang dikirimkan Yahweh, bangsa Mesir yang sudah sangat muak dengan keberadaan bangsa Israel mengusir mereka pergi dengan membekali mereka dengan banyak perhiasan berharga, persis seperti janji Allah kepda Abraham (Kej.15:36). Yahweh segera menginstruksikan agar bangsa Israel berkemah persis di depan Baal-Zefon. Hati Firaun yang tadinya sudah lumer dengan membiarkan bangsa Israel pergi, sekarang menyesal dan mengeraskan hatinya lagi. Dia dan pasukan kereta kudanya akan mengejar bangsa Israel. Namun, Yahweh akan menyatakan kemuliaan-Nya, sehingga bangsa Mesir akan mengetahui bahwa Dialah Tuhan (Kel. 14:4). Di sini jelas, bahwa obsesi dan agenda Yahweh dalam rentetan plot ini adalah show of force untuk kemuliaan-Diri-Nya.

Dewasa ini tidak sedikit umat Allah yang salah kaprah karena berpikir bahwa agenda Allah yang utama adalah untuk diri mereka. Allah begitu tidak tega melihat umat-Nya terkurung, dan ingin sekali memberikan pertolongan agar mereka terlepas dari kesulitan mereka. Padahal, catatan kisah exodus lanjutan ini memberitahukan bahwa Yahweh sendirilah yang membawa mereka masuk di dalam situasi terjepit itu untuk show of force, pertama-tama kepada Raja Firaun yang angkuh serta bangsa Mesir yang dia pimpin, dan barulah kemudian kepada bangsa Israel, umat kepunyaan-Nya. Secara etika moral, Allah yang agenda dan obsesi-nya adalah untuk Diri-Nya nampaknya absurd, dan kurang dapat diterima. Hal ini memang absurd karena kesalahan filsafat ontological (categorical) error, karena menerapkan kategori manusia terhadap Allah.

Misalnya, ketika manusia berkata: ‘Akulah yang terbesar,’ maka dia sombong dan tidak berkata benar, karena perkataannya tidak sesuai dengan realita. Lain halnya dengan Allah. Ketika Allah berkata, ‘Akulah yang terbesar,’ Allah tidak sombong, karena perkataan-Nya menyatakan kebenaran yang sesuai dengan realita. Demikian pula ketika agenda Allah adalah untuk kemuliaan-Nya, Allah tidak sombong, dan memang selayaknyalah Allah memiliki agenda yang sedemikian. Seandainya jika agenda utama Allah sang Pencipta bukan untuk kemuliaan-Nya sendiri, melainkan untuk ciptaan-Nya, maka Allah sedang mengidolakan ciptaan-Nya. dan dengan demikian menyangkal jati Diri-Nya sebagai kebaikan tertinggi absolut yang harus selalu dijunjung tinggi. Allah memang harus memiliki agenda untuk kemuliaan-Nya (cf. Kol. 3:16; Kel. 20:7).

Musa, sang Abdi Allah dan Agenda Allah

Menarik sekali bahwa Musa seringkali digambarkan sebagai sesosok pemimpin handal yang penuh iman kepada Allah. Padahal di dalam kisah exodus lanjutan ini, ketika bangsa Israel melihat pasukan berkuda tentara Mesir yang mengejar sudah sangat dekat, mereka mulai panik dan berseru-seru kepada Tuhan sambil menyumpahi Musa yang membawa mereka masuk di dalam situasi terjepit itu. Respon rMusa sangat memukau: ‘Jangan takut, berdiri tetap, dan lihatlah keselamatan dari Tuhan.’ Tuhan akan berperang untuk bangsa Israel dan membinasakan pasukan Mesir. Namun, respon Allah terhadap Musa adalah berupa suatu teguran: Mengapakamu berseru-seru demikian kepada-Ku?’ Secara manusia, Kita tahu tidak mungkin Musa sebagai pemimpin berseru-seru panik sama seperti bangsa Israel yang dia pimpin, apalagi ketika baru saja dia memberikan instruksi jangan takut dan berdiri tenang. Pastilah Musa berseru-seru kepada Yahwehdi dalam hatinya. Sehingga di luar dia nampak tenang dan meyakinkan, namun di dalam hatinya ketar-ketir tak keruan memohon agar Tuhan segera turun tangan. Dan memang hal yang patut dilakukan adalah ‘berdiri tenang’ (yasab), artinya diam, tutup mulut. Di dalam teguran Yahweh itu, Dia menginginkan Musa menenangkan hatinya yang bergejolak, memandang kepada-Nya dan menantikan instrukksi-Nya. Instruksi Yahweh segera datang: Musa disuruh-Nya untuk segera mengangkat tongkat ke atas air laut, maka air laut akan terbelah dua, menyediakan tanah kering bagi bangsa Israel untuk menyeberangi lautan (Kel. 14:15-16).

Seperti apakah kira-kira situasi hati Musa ketika ia mengangkat tongkat itu? Kemungkinan besar masih ketar-ketrir dan bingung, karena dia adalah manusia biasa yang tidak punya gambaran yang utuh tentang agenda Yahweh. Sama bingungnya seperti Abraham,ketika mentaati perkataan Allah untuk pergi ke m negeri yang akan ditunjukkan keapdanya. Musa yang masih bingung itu juga mau taat dan mengangkat tongkatnya, maka terbelahlah air laut dan Musa menyaksikan Yahweh memimpin bangsa Israel menyeberangi lautan dengan berjalan di tanah kering.

Penutup

Sebagai umat kepunyaan Allah, janganlah kita terombang ambing dengan pelbagai angina pengajaran. Kisah exodus yang terjadi di dunia mikro bangsa Israel bukan saja sebuah epic legendaris, melainkan adalah fakta sejarah yang hari ini akan terulang lagi dalam versi yang berbeda, sesuai dengan Agenda Allah Israel yang Maha tinggi. Agenda Allah untuk kemuliaan-Nya di dalam masing-masing hidup kita itu berbeda, dan tidak mungkin kita salami seutuhnya, Allah ingin agar kita melakukan apa yang Dia instruksikan kepada Musa: (1) Jangan takut; (2) Tinggal diam, dan tidak berkoar-koar di dalam hati kita; (3) Lihat dan nantikan Allah yang akan berkarya menuntaskan Agenda-Nya; dan (4) Bergerak mengangkat tongkat kita ketika intruksi Allah diberikan, kendatipun di dalam ketakutan, ketidak-pastian dan kebingungan kita. Melalui teladan Abraham, Musa, marilah kita berjalan bersama Allah di dalam kelembuan hati mendengarkan instruksi-Nya yang akurat, maka kita akan dilibatkan-Nya masuk di dalam Agenda-Nya yang agung.Amin.**IT