Bagikan artikel ini :

Implikasi Theology of Hope Jürgen Moltmann bagi gereja

Salah satu buku teologi Kristen terpenting dalam satu abad terakhir yang membahas tentang pengharapan adalah buku "Theology of Hope: On the Ground and the Implications of a Christian Eschatology" karya Jürgen Moltmann. Teologi Moltmann tentang pengharapan telah menginspirasi banyak sekali teolog Kristen, pemimpin gereja, dan bahkan kaum awam sehingga terbit sebuah istilah "Moltmannian hope" (pengharapan ala Moltman). Di satu sisi, teologi pengharapan Moltmann ini mencoba menolak gerakan pengunduran diri orang Kristen dari dunia ini sebagai akibat daripenekanan yang terlalu kuat akan kehidupan yang akan datang. Di sisi lain, teologi ini menolak pengharapan yang dangkal akan dunia ini.

Teologi pengharapan Moltmann menjadikan eskatologi sebagai konsep utamanya. Menurut Moltmann, semua pengajaran lain berputar sekitar eskatologi dan hanya bisa dimengerti secara benar melalui pandangan eskatologis. Teologi pengharapan diawali dengan kebangkitan Kristus. Melalui iman, orang percaya terikat kepada Kristus, dan oleh karena itu kita memiliki pengharapan akan kebangkitan Kristus dan pengetahuan bahwa Kristus akan kembali. Teologi pengharapan adalah tentang pengharapan orang percaya, pengharapan yang menopang dan membawa setiap orang percaya dalam melalui kehidupan. Seperti dikatakan dalam 1 Petrus 1:3 "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan." Ini adalah pengharapan yang mengubah kita dan mengubah dunia. Kita berharap bahwa janji-janji Tuhan sudah dalam proses pemenuhan.

Menurut Moltman, semua hal harus dilihat dari perspektif eskatologis, menanti hari ketika Kristus akan menjadikan segalanya baru. Eskatologi bukanlah akhir, namun awal dari setiap pandangan. Moltmann percaya bahwa janji Tuhan akan masa yang akan datang lebih penting daripada apa yang telah dilakukan-Nya di masa lalu. Fokus akan masa depan ini tidak berarti kita menarik diri dari dunia atas dasar pengharapan bahwa dunia yang lebih baik akan muncul. Namun, teologi pengharapan ini mendorong keterlibatan aktif di dalam dunia untuk mempercepat kedatangan dunia yang lebih baik yang telah dijanjikan tersebut. Karena pengharapan yang kita pegang ini, kita tidak akan pernah bisa hadir dalam keharmonisan di tengah masyarakat yang didasari atas dosa. Orang Kristen harus menemukan pengharapan akan masa depan tapi juga mengalami ketidakpuasan dengan apa yang terjadi dalam dunia ini sekarang, dunia yang korup dan penuh dosa, karena dosa didasarkan atas ketiadaan pengharapan.

Pengharapan akan memperkuat iman dan membantu orang percaya untuk menghidupi kasih, dan mengarahkan kita pada ciptaan yang baru akan segala hal. Pengharapan akan menciptakan kerinduan akan kemungkinan-kemungkinan. Orang Kristen bukannya menghakimi dunia dengan segala realitasnya, namun kita berantisipasi, yaitu menambahkan kemungkinan-kemungkinan kepada realitas dunia ini. Kerinduan akan kemungkinan-kemungkinan ini bersumber dari pengharapan akan kebangkitan dan kembalinya Kristus yang mengubah hidup orang percaya dan yang mendorong perubahan yang dirindukan oleh orang-orang percaya untuk diwujudkan di dalam dunia.

Refleksi atas teologi pengharapan Moltmann akan membawa orang Kristen untuk membayangkan kemungkinan-kemungkinan dan mengusahakan perubahan-perubahan terhadap dunia ciptaan Allah ini. Sebagai bentuk aplikasi, orang Kristen didorong untuk peduli akan isu-isu publik yang bersinggungan dengan hajat hidup orang banyak. Misalnya, orang-orang Kristen diharapkan melakukan partisipasi aktif dalam kehidupan sosial-politik karena politik adalah kendaraan dalam menerbitkan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi masyarakat luas. Selain itu, isu kontemporer yang sangat mendesak saat ini adalah isu tentang kerusakan lingkungan hidup. Kita melihat kebakaran hutan terjadi di negara-negara seperti Indonesia, Brasil, beberapa wilayah di AS serta Australia. Kebakaran hutan ini telah memakan ribuan hektar tanah, rumah-rumah penduduk, dan korban jiwa. Selain itu, isu lain yang juga mendesak adalah hal pemanasan global. Pemanasan global telah dan akan terus membawa dampak-dampak destruktif terhadap bumi dan semua makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Sebagai orang Kristen kita perlu bertanya kemungkinan apa yang bisa terjadi bagi bumi ini sebagai alternatif dari destruksi yang diakibatkan pemanasan global serta bagaimana mewujudkan kemungkinan tersebut.*** (YS)