Bagikan artikel ini :

Kebangkitan Yesus dan Kebaktian Hari Minggu

Setiap hari Minggu di seluruh dunia berjuta bahkan bermilyar orang Kristen memuji dan menyembah Allah Tritunggal. Mereka berkumpul, entah dalam jumlah banyak ataupun sedikit jumlahnya, di gedung gereja, gedung pertemuan, restoran, rumah, ladang, atau di mana saja yang memungkinkan. Mengapa mereka harus berkumpul di satu tempat? Mengapa tidak beribadah secara pribadi saja? Atau hanya dengan keluarga sendiri? Mengapa secara khusus pada hari Minggu? Artikel singkat ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Mengapa Ibadah Komunal?

Orang Kristen tentu saja dapat beribadah baik secara pribadi maupun dengan keluarga mereka sendiri di mana saja dan kapan saja, namun mereka juga harus beribadah komunal dengan orang-orang Kristen lainnya setidaknya sekali dalam seminggu. Mengapa demikian? Pertama, karena Allah menghendaki demikian.

Allah adalah maha hadir. Kehadiran-Nya tidak dibatasi oleh tempat tertentu (1Raj. 8:27; Yer. 23:24). Maka kita dapat menyembah Allah di mana saja. Ia juga Allah yang kekal, yang melampaui waktu, maka kita bisa beribadah kepada Allah setiap waktu (Yes. 40:28; Ibr. 13:8). Namun Allah yang maha hadir dan yang kekal juga memerintahkan manusia datang kepada-Nya dengan cara tertentu dan hari tertentu untuk menyembah-Nya. Ia memberikan 10 Hukum di mana hukum ke-1 sampai hukum ke-4 mengatur bagaimana manusia seharusnya menyembah Allah (Kel. 20:1-11). Mereka harus menyembah Allah yang benar (hukum ke-1), dengan cara benar (hukum ke-2) – bagaimana seharusnya memuji Allah (hukum ke-3) dan pada hari Sabat, hari yang telah dialokasikan untuk itu (hukum ke-4).

Maka kita tidak dengan sembarangan menyembah Allah yang benar. Orang-orang percaya harus menyembah Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Perintah ini berlaku bagi umat perjanjian di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru. Jika orang Israel berkumpul pada hari Sabat, maka orang-orang percaya di Perjanjian Baru berkumpul pada hari Minggu untuk beribadah.

Kita harus beribadah sepanjang waktu, namun secara bersama-sama (komunal) setidaknya sekali dalam seminggu. Mengapa harus beribadah komunal sekali dalam seminggu? Menurut bapa Reformator John Calvin, ini adalah tuntutan minimal bagi orang percaya. Seharusnya kita menyembah Tuhan dengan tidak berhenti. Namun mempertimbangkan kelemahan kita sebagai manusia, Tuhan tidak menuntut kita melakukan ibadah komunal setiap waktu. Tuhan hanya menuntut kita satu hari dalam seminggu untuk beribadah secara komunal. Dalam hukum ke-4, kita hanya dituntut sehari dalam seminggu untuk ibadah komunal.

Ibadah Komunal Sebagai Latihan Rohani

Apakah tujuan ibadah komunal? Tujuan utama ibadah komunal bukan untuk mendapatkan makanan rohani sekali seminggu. Hal mana tentu saja tidak cukup. Sebagaimana jasmani kita perlu mendapatkan makanan, rohani kita juga perlu dihidupi oleh Firman Allah (Mat. 4:4). Untuk mencukupi kebutuhan jasmani, kita makan tiga kali sehari. Jika tujuan utama ibadah komunal adalah untuk mendapatkan makanan rohani, maka satu kali seminggu, tentu saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rohani kita. Maka menurut Calvin, tujuan utama dari ibadah komunal bukan untuk mencari makanan rohani seminggu sekali, tetapi sebagai latihan rohani. Jadi seminggu sekali bukan semata-mata untuk makanan rohani, tetapi untuk latihan rohani.

Kita latihan rohani sekali seminggu dalam ibadah komunal di hari Minggu. Seterusnya setiap hari, orang-orang percaya harus mengisi rohani mereka dalam ibadah pribadi dan keluarga. Ibadah komunal di hari Minggu berfungsi untuk mengajarkan dan melatih kita bagaimana beribadah, memuji, berdoa, membaca dan memahami Firman. Selain itu kita juga belajar melayani dan dilayani. Latihan rohani yang terpenting adalah belajar mematikan keinginan daging dan dosa (Rom. 8:13). Mengekang diri agar tidak berbuat dosa dan untuk hidup kudus di dalam Tuhan.

Hari Minggu sifatnya adalah sebagai latihan dan contoh. Contoh ini harus dipraktekkan berulang di hari-hari lain. Dengan demikian orang Kristen tidak boleh berpikir bahwa dengan ke gereja seminggu sekali, maka kebutuhan rohani mereka telah cukup terpenuhi. Tidak cukup hidup kudus seminggu sekali. Sebaliknya mereka harus ke gereja untuk belajar kebenaran, belajar hidup kudus, dan seterusnya dipraktekkan kembali dalam hidup mereka setiap hari.

Ibadah Komunal Pada Hari Minggu

Di akhir abad pertama orang-orang percaya sudah memiliki kebiasaan untuk beribadah komunal pada hari pertama Minggu itu, yakni pada Hari Minggu (Kis. 20:7, 8; 1Kor. 16:2). Apakah harus beribadah pada hari Minggu? Jawabnya tidak harus, karena Kristus telah menggenapkan semua tuntutan hukum Taurat, sehingga aspek seremonial Hukum Taurat tidak lagi mengikat. Hukum Taurat memiliki aspek moral dan aspek seremonial. Aspek moral tetap berlaku bagi orang Kristen, tetapi aspek seremonial tidak lagi mengikat. Aspek moral hukum ke-4, yakni istirahat rohani di dalam Kristus, tetap berlaku bagi orang Kristen, tetapi aspek seremonial-nya, yakni menjaga Sabat, tidak boleh bekerja, pada hari ke-7 (Hari Sabtu) tidak lagi mengikat. Semua ini adalah bayangan yang telah digenapkan oleh Yesus Kristus (Kol. 2:16-17). Ibadah komunal tetap harus bagi orang Kristen, tetapi tidak harus pada hari tertentu. Tidak harus pada hari Sabtu, juga tidak harus pada hari Minggu. Di dalam Kristus, semua hari adalah baik. Orang Kristen tidak lagi terikat pada hari tertentu (cf. Gal. 4:10-12). Maka secara teologis, gereja Kristen bisa saja memilih satu dari tujuh hari yang ada untuk ibadah komunal.

Jika demikian, mengapa mereka memilih hari Minggu untuk ibadah komunal? Secara historis tidak ada catatan mengapa mereka melakukannya. Tetapi secara teologis, hari Minggu memiliki signifikansi karena kebangkitan Yesus Kristus. Ia bangkit pada hari Minggu (Mat. 28:1; Mrk. 16:2, 9; Luk. 24:1; Yoh. 20:1). Yesus juga menampakkan diri kepada murid-murid-Nya ketika mereka berkumpul pada hari Minggu (Yoh. 20:19). Setelah itu pula murid-murid memiliki kebiasaan untuk berkumpul pada hari pertama setiap Minggu untuk beribadah (Kis. 20:7; 1Kor. 16:2).

Dengan demikian secara teologis hari Minggu adalah hari kebangkitan Yesus Kristus. Ia bangkit pada hari Minggu dan menyatakan diri-Nya hidup pada hari Minggu. Maka ketika murid-murid Yesus berkumpul dan beribadah pada hari Minggu, mereka sedang memproklamasikan bahwa Kristus Yesus bangkit dan hidup. Mereka memproklamasikan bahwa hanya Yesus Kristus adalah layak untuk disembah – menerima segala hormat dan pujian (Rm. 11:36; Gal. 1:4-5). Maka adalah sangat alami gereja mula-mula memilih hari Minggu sebagai hari ibadah komunal mereka.

Selain itu, ibadah komunal di hari Minggu juga memiliki aspek misional. Ketika orang-orang Kristen keluar dari rumah mereka dan berkumpul bersama di satu tempat untuk ibadah bersama, sesungguhnya mereka sedang memproklamasikan kepada dunia bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang bangkit dan hidup. Kebaktian hari Minggu adalah sifatnya penginjilan. Ini adalah undangan terbuka bagi setiap manusia untuk datang kepada-Nya bertelut dan menyembah-Nya. Oleh sebab itu marilah kita sebagai murid-murid Yesus dengan giat dan setia beribadah secara komunal setiap hari Minggu (Ibr. 10:25). Ibadah itu baik untuk hidup hari ini dan untuk hidup yang akan datang (1Tim. 4:8). Dengan turut beribadah secara komunal, kita turut memproklamasikan Injil bagi dunia. (PD)