Bagikan artikel ini :

Keluarga yang Bermisi (Family with A Mission)

Kejadian 6:11-21; Ibrani 11:7; 2 Petrus 2:5

Setiap keluarga diutus untuk melakukan misi yaitu menyaksikan Berita Injil kepada dunia dan lingkungan sekitarnya. Pdt. Stephen Tong pernah menyebut Nuh sebagai “penginjil yang teragung sepanjang sejarah.”  Setelah 120 tahun memberitakan firman, yang menerima hanya keluarganya sendiri. Allah memutuskan untuk membinasakan dunia yang jahat dengan air bah, tetapi Dia peliharakan hidup Nuh dan keluarganya. Alkitab mencatat, “Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi… Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa. Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu” (Kej 6:13, 17-18).

Keluarga sebagai sumber gerakan misi

Dalam menjalankan rencana penyelamatan-Nya, Allah berkenan memakai keluarga. Tuhan memakai keluarga Nuh untuk menyatakan kedaulatan-Nya dan melaksanakan misi  penyelamatan-Nya kepada manusia (Kej 7-9).  Manusia menolak karya penyelamatan-Nya dengan menolak bahtera Nuh, sehingga mereka binasa dalam penghukuman. Pada zaman modern ini masalah-masalah yang muncul dalam keluarga semakin kompleks. Berbagai persoalan menimpa keluarga inti, mulai dari relasi suami-isteri, orang tua-anak, sampai pergaulan bebas di luar rumah. Di  tengah-tengah keluarga sendiri, Berita Injil harus terus disaksikan melalui keteladanan yang baik dari orangtua kepada anak-anak. Cinta Tuhan perlu diingatkan terus-menerus (Ul 6:5-7). Perjanjian Baru mencatat, karena iman, maka Nuh, “dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya” (Ibr 11:7). Pendidikan iman perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Betapa pentingnya peranan keluarga dalam meneruskan tradisi iman kepada generasi selanjutnya. Dalam suratnya kepada Timotius, anak rohaninya, Paulus menyatakan iman tiga generasi: Nenek Lois – Ibu Eunike – Timotius (2 Tim 1:5). Tidak mungkin keluarga dapat memberitakan Berita Injil di luar rumah, jika tidak mulai dari dalam rumah tangga sendiri.

Tantangan kemajuan teknologi

Budaya internet memiliki unsur positif maupun negatif dalam bidang teknologi dan informasi. Hidup di era media sosial tetapi tidak dibarengi dengan kepekaan sosial. Kemajuan teknologi memiliki tantangan tersendiri dalam mengumandangkan dan memperluas Berita Injil. Anak-anak tanpa sadar dimuridkan oleh teknologi. Konten-konten negatif menyebar luas di dunia maya dan anak-anak dengan mudah mengaksesnya. Kemudahan mendapat informasi dan berbagi informasi dengan cepat, tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu, bisa menjadi ajang menebar berita bohong (hoax). Mengungkap curhat pribadi, mencari sensasi, sampai saling mencaci sudah biasa menjadi konsumsi sehari-hari. Akses internet dimanfaatkan untuk kemajuan tetapi sekaligus bisa untuk kehancuran generasi. Peran orang tua sebagai keluarga yang merupakan tameng terdepan guna membentengi anak-anak mereka dari dampak negatif teknologi. Orang tua perlu mendampingi anak-anak mereka dan mendidiknya sesuai kebenaran firman Tuhan sekalian menjadi figur yang dapat diteladani. Yang dibutuhkan anak-anak adalah tuntunan, bukan tontonan. Dari keluarga, anak-anak belajar mengenal Tuhan dan kebenaran akan firman-Nya. Waktu terbanyak pendidikan iman dan integritas bukanlah di sekolah ataupun di gereja, tetapi justru di rumah, di dalam keluarga.

Gereja konsentrasi bermisi kepada Keluarga

Keluarga adalah anugerah Allah yang tidak ternilai harganya. Keluarga Kristen adalah tempat pendidikan yang pertama menjalankan misi Allah kepada keluarga. Ayah dan ibu sebagai inti  keluarga sangatlah berperan dalam memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi bagi anak-anak. Ayah sebagai kepala keluarga melalui teladan hidupnya menjadikan anak-anak mendapatkan gambaran Bapa di Sorga. Karakter seseorang tidak dapat dilepaskan dari pendidikan keluarga yang diterima.  Keluarga adalah tempat yang Tuhan siapkan untuk menabur dan menanamkan nilai-nilai  kehidupan. Dibutuhkan anugerah Allah dan disiplin, agar orang tua memiliki kerohanian yang berkualitas dan terampil mendidik anak dalam Tuhan. Keluarga Kristen yang telah dikuasai oleh Tuhan Yesus, pasti keluarga itu akan menjadi taat dan kuat. Gereja harus berkonsentrasi terhadap keluarga, bukan saja sebagai obyek pelayanan gerejawi, namun menjadikan subyek pembawa Berita Injil. Strategi dibangun untuk memperkuat sendi kehidupan iman keluarga hingga dapat menjangkau keluarga lain. Dengan dimulainya misi dalam keluarga, maka misi ini akan  dilanjutkan juga oleh anak-anak di lingkungan mereka seperti dalam pertemanan.  

Peranan keluarga sebagai pembawa Berita Injil seperti gereja, dimana keluarga harus menjadi tempat injil disaksikan dan tempat injil memancarkan sinarnya. “Gereja rumah” menjadi tempat di mana anak-anak dan generasi muda dapat menerima pengajaran dan teladan yang otentik. Rasul Paulus memakai suatu gambaran yang bagus, jemaat Kristen disebut “rumah/keluarga Allah” (1 Tim 3:15). Dalam keluarga yang menyadari misi itu, semua anggota keluarga menjadi saksi Berita Injil. Bersatu mengikuti kebaktian keluarga, memuji Tuhan, membaca firman dan berdoa bersama. Mempraktikkan nilai-nilai kebenaran, seperti Nuh dikenal sebagai “pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain” (2 Pet 2:5). Dalam keluarga dipupuk semangat gotong royong, saling menolong, membiasakan peduli dengan sesama anggota keluarga, murah hati, saling menghormati, membiasakan sikap jujur, dan mengasihi satu dengan yang lainnya. Demikianlah keluarga Kristen akan bercahaya di antara mereka yang belum atau tidak percaya, bagaikan bintang-bintang di dunia (Flp 2:15). Berita Injil bisa dipancarkan melalui kata-kata, maupun melalui perbuatan nyata. Setiap keluarga dipanggil untuk bermisi, cinta Tuhan dan menjadi saluran berkat bagi sesama dalam hidup sehari-hari.(YM)