Bagikan artikel ini :

Konsep Waktu Menurut Kitab Suci

Waktu selalu dialami, tetapi tidak mudah dijelaskan. Dalam bukunya Confessions, bapa gereja Agustinus berkata: “Apakah waktu? Jika tidak ada yang bertanya, saya tahu; jika saya ingin menjelaskan kepada yang bertanya, saya tidak tahu.” Tentu saja Agustinus bukan tidak tahu akan konsep dan makna waktu. Ia hanya mengungkapkan betapa tidak mudah menjelaskannya. Sekalipun demikian artikel singkat mencoba menjelaskan beberapa poin tentang waktu sebagaimana yang diajarkan oleh Kitab Suci.

Waktu Ada Karena Diciptakan

Pertama, waktu tidak ada dengan sendirinya. Waktu diciptakan oleh Allah. Allah maha ada dan tidak dibatasi oleh ruang. Allah juga kekal dan tidak dibatasi oleh waktu dan tidak hidup di dalam waktu (cf. 2Petrus 3:8). Tidak ada waktu di dalam kekekalan dan sebelum penciptaan. Waktu baru ada saat Allah mencipta. Waktu hanya ada di dalam ciptaan.

Alkitab bersaksi bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kej.1:1). Bersama dengan penciptaan langit dan bumi, Allah juga menciptakan waktu. Allah tidak mencipta di luar waktu, maka tidak ada ciptaan yang tanpa waktu. Namun, Ia mencipta segalanya bersama dengan waktu dan di dalam waktu. Dengan kata lain, waktu ada saat ciptaan ada dan segala ciptaan ada dan hanya ada bersama dan di dalam waktu. Dengan demikian waktu adalah bagian esential setiap makhluk ciptaan.

Waktu Linier Tidak Berputar

Kedua, Alkitab mengajarkan konsep waktu yang terbatas. Waktu hadir dengan titik awal dan titik akhir dalam durasi tertentu. Waktu ada saat Allah menciptakan langit dan bumi (Kej.1:1); dan waktu akan berakhir di akhir zaman saat kedatangan Kristus Yesus ke-2 kalinya (Mat.13:39, 49). Segala yang diciptakan ada titik awal dan titik akhir di dalam waktu. Semua itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena Tuhanlah yang memberi awal dan menentukan titik akhir segala sesuatu (Yoh.1:3; 2 Petrus 3:10). Tuhan adalah Alfa dan Omega, yang Awal dan yang Akhir (Wahyu 21:13; 21:6), bukan karena Ia memiliki awal dan akhir, tetapi Ia yang memberikan awal dan akhir segala ciptaan.

Waktu yang terbatas ada secara linier – garis lurus dari awal sampai akhir. Waktu tidak berputar seperti dipercaya sebagian orang. Menurut konsep waktu yang berputar, manusia hidup dan mati, lalu dilahirkan kembali. Hidup dipercaya dalam lingkaran reinkarnasi yang terus bergulir. Firman Allah, sebaliknya, mengajarkan manusia hidup dalam waktu yang linier dan terbatas. Pemazmur mengatakan umur manusia 70 tahun dan kalau kuat 80 tahun (Mazmur 90:10). Manusia hidup dan mati satu kali saja, dan sesudah itu harus menghadapi penghakiman (Ibrani 9:27).

Penatalayanan Waktu (Stewardess of Time)

Dalam dunia sekarang, manusia hidup dengan waktu terbatas dan tidak terulang. Kebenaran ini menuntut manusia untuk menata waktu mereka dengan baik. Mereka harus menata waktu bukan saja karena alasan praktikal, tetapi juga karena alasan biblikal. Firman Allah menekankan agar manusia menata waktu yang mereka miliki. Manusia harus “menghitung hari-hari” mereka (Mazmur 90:12), serta “[mem]pergunakanlah waktu yang ada” dengan baik (Ef.5:16; Kol.4:5).

Menata waktu dengan baik perlu memperhatikan dua aspek: pertama, keseimbangan antara bekerja dan beristirahat, dan kedua, perbedaan chronos dari kairos. Kedua poin ini akan dikupas di bawah ini.

Bekerja dan Istirahat

Kitab Suci mengajarkan agar menata waktu dengan baik dengan bekerja. Bermalas-malasan adalah tidak bertanggung-jawab atas waktu yang dipercayakan Allah kepada manusia. Manusia harus bekerja dengan rajin. Amsal menasihatkan orang yang malas untuk belajar kepada semut (Amsal 30:25). Paulus berkata bahwa mereka yang tidak mau bekerja, janganlahlah ia makan (2Tes. 3:10). Bekerja adalah bagian esensial dari manusia sebagai citra Allah. Allah adalah yang senantiasa. Yesus berkata: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang ini, dan Aku pun bekerja juga” (Yoh.5:17). Maka bekerja adalah bagian dari mandat penciptaan yang diberikan Allah kepada manusia sebelum mereka jatuh ke dalam dosa (Kej.1:28).

Kitab Suci yang mengajarkan manusia mempergunakan waktu untuk bekerja, juga dalam mengajarkan manusia untuk beristirahat. Beristirahat bukan bermalas-malasan. Beristirahat adalah aktivitas yang harus dilakukan setelah manusia bekerja keras dan rajin. Dalam seminggu, mereka harus enam hari bekerja dan satu hari beristirahat (Kel.20:9-10). Ritme berlaku bukan saja untuk orang percaya dewasa, tetapi juga untuk anak-anak, hamba-hamba, ternak-ternak peliharaan mereka dan orang asing yang tinggal di antara mereka (Kel. 20:8). Bahkan tanah ladang yang dikelola pun tidak boleh dikelola terus menerus, tetapi perlu diberikan istirahat pada tahun ke-7 (Ima. 25:2; Kel. 23:10-11). Seperti halnya perintah untuk bekerja, perintah untuk beristirahat berakar dari Allah sendiri. Ia Allah yang bekerja & mencipta, dan juga Allah yang beristirahat setelah penciptaan (Kej. 2:1-2; Kel. 20:11).

Chronos dan Kairos

Waktu dibedakan antara chronos dan kairos. Chronos merujuk kepada durasi, ukuran, atau kuantitas satu waktu (cf. Mat. 25:19; Luk. 4:5), sedangkan kairos adalah momen tertentu, saat khusus, atau kualitas satu waktu (cf. Mat. 13:30; Luk. 1:20). Manusia hidup 70 tahun dan kalau kuat 80 tahun. Ini adalah chronos. Dalam delapan puluh tahun hidup seorang manusia, tidak semua momen memiliki kualitas yang sama. Ada momen yang lebih khusus atau bermakna dibandingkan dengan momen lainnya. Itulah kairos.

Chronos bisa sama tetapi kairos berbeda. Lima menit chronos sama untuk semua orang dan di mana pun itu terjadi. Tetapi kualitas lima menit berbeda dari satu momen ke momen yang lain. Lima menit saat duduk santai dan menikmati secangkir kopi berbeda kualitasnya dengan lima menit saat seorang dokter sedang menjalankan tugas menyelamatkan nyawa pasien. Itulah kairos.

Secara teologis, chronos adalah waktu yang diberikan Tuhan dan kairos adalah momen di mana Allah bekerja dalam hidup seseorang. Manusia harus menghargai chronos. Panjang pendeknya umur manusia adalah pemberian dan anugrah Tuhan. Manusia terlebih harus memperhatikan kairos, momen di mana Allah bekerja secara khusus dalam hidup mereka. Secara chronos Yesus Kristus hidup hanya 33½ tahun di dunia. Jauh dari umur rata-rata manusia. Namun secara kairos Ia telah menggenapkan semuanya dan melebihi semua yang ada. Perkataan Yesus di atas kayu salib: “Sudah selesai” (Yoh.19:30) menyatakan Ia telah merespon secara sempurna kairos-kairos di mana Allah telah bekerja di dalam hidupNya.

Panggilan setiap manusia adalah menghargai chronos yang Allah telah berikan dan meresponi dengan benar kairos di saat Ia bekerja dalam hidup mereka. “Pergunakanlah kairos yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef.5:16). Allah bekerja dalam momen-momen tertentu hidup manusia. Adalah tugas manusia bertindak menurut kairos – waktu yang telah ditentukan oleh Allah dan waktu di mana Ia bekerja dalam hidup mereka. [PD]